Apakah arti dari sebuah penyembahan menurut anda? Kita tentu telah mengetahui bahwa sebuah penyembahan bukanlah hanya sekedar sikap penyembahan atau aturan-aturan penyembahan yang dibuat manusia. Penyembahan bukanlah kata-kata puitis yang kita buat untuk merayu Sang Pencipta agar Dia mau menuruti apa yang kita rindukan. Sesungguhnya, PENYEMBAHAN adalah memberikan kepada Bapa hal TERBAIK yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Bapa telah memberikan segalanya kepada kita, hidup, keselamatan, dan segala yang kita miliki sekarang adalah pemberian Bapa. Pernahkah anda menyayangi pemberian-pemberian itu? Ataukah ada pemberian Bapa yang paling anda sayangi? Saat seorang wanita menyayangi mutiara kesayangannya, dia akan menjaganya baik-baik untuk dirinya sendiri. Dia menyukai dan menyayangi mutiara itu dikarenakan dia merasa lebih cantik, lebih indah dengan mutiara itu. Itu membuatnya lebih merasa berharga dan lebih baik. Itulah mutiara kesayangan. Apakah anda memiliki mutiara kesayangan itu dalam hidup kita? Kita menyayangi dan “eman-eman” terhadap barang kesayangan kita.

Saudaraku, berhati-hatilah dalam memperlakukan milik kita yang terbaik. Seringkali yang terjadi, kita begitu mencintai pemberian Bapa tetapi tidak diiringi cinta kepada Bapa yang memberikannya. Pemberian itu tidaklah jahat. Itu baik dan membangun kehidupan kita, karena semua itu datangnya juga dari Bapa. Tetapi sangatlah mendukakan hati Bapa, apabila kita lebih mencintai dan berfokus kepada pemberian Bapa daripada Bapa itu sendiri. Inilah yang seringkali menjadi sebab kejatuhan anak-anak Bapa. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak Bapa akan melewati sebuah proses dan ujian yang bernama MENYERAHKAN. Menyerahkan apa yang sudah Bapa berikan kepada kita akan selalu mengingatkan kita bahwa pemilik seluruh kehidupan kita ini adalah Bapa sendiri. Itu membuat kita selalu sadar bahwa Dialah yang terutama dan yang harusnya kita paling inginkan, bukannya pemberian-Nya. Apakah anda sering lebih menginginkan pemberian-pemberian-Nya daripada pribadi-Nya sendiri?

Masih ingatkah akan pelajaran Firman Tuhan bagi kita dalam Keluaran 16, saat bangsa Israel bersungut-sungut mengingat keadaan mereka di Mesir dan bagaimana kehidupan mereka di Padang Gurun. Mereka merasa menderita dan memilih untuk hidup di Mesir, walau hidup dalam perbudakan tapi mereka merasa kenyang. Bangsa Israel hanya memikirkan nafsu yang menyenangkan daging mereka sekalipun terikat, menderita dan tidak bertumbuh. Itu tidak menjadi masalah bagi mereka. Betapa ini menyakitkan hati Tuhan. Begitupun juga ternyata banyak sekali anak-anak Tuhan yang berlaku seperti ini. Mereka mau tetap hidup dalam ikatan dosa dan perbudakan mereka, asalkan mereka puas dan hidup memuaskan hawa nafsu mereka. Mereka tidak benar-benar menginginkan pembebasan yang sejati. Demi apapun yang dapat menyenangkan mereka, mereka akan menjual kebebasan sejati demi kepuasan dan nafsu yang sesaat.

“Aku inginkan sekarang!”

Segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi nafsu. Lapar tidak salah, namun kerakusan dan keserakahan karena nafsu inilah yang salah. Nafsu adalah berkata “aku inginkan sekarang!”. Nafsu tidak pernah bisa menunggu dan bersabar. Perhatikan apa yang terjadi selanjutnya dalam kisah Bangsa Israel itu. Mereka mendapatkan manna, makanan dari sorga!

Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
“Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu;
maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari,
supaya mereka Kucoba,
apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak”.
Keluaran 16:4

“Supaya mereka Kucoba” atau “that I may prove them”

Bapa ingin mencoba dan menguji mereka, apakah mereka taat. Bapa memberi, tetapi Dia juga menetapkan syarat. Tuhan memiliki ketentuan bagi bangsa Israel dalam mengambil manna tersebut. Manna harus diambil tiap-tiap hari, bukan sekaligus. Dan apabila mereka mengambil melebihi jatah Tuhan perhari, maka manna akan menjadi busuk. Seringkali kita juga seperti bangsa Israel, kita suka menimbun pemberian Tuhan dan tidak taat saat Bapa memberikan syarat dan ketentuan bagi kita. Dia adalah Bapa yang murah hati, pastilah Bapa sebenarnya senang memberi dan senang apabila kita bahagia dengan semua pemberian-Nya. Tapi Bapa tetaplah Bapa yang mendidik kita. Jika kita menimbunnya untuk diri sendiri, maka itu akan menjadi KEBUSUKAN rohani, seperti yang terjadi atas manna yang ditimbun bangsa Israel (Keluaran 16:20).

Ketika mereka menakarnya dengan gomer, orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.

Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya. Musa berkata kepada mereka: “Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai pagi.” Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka. Setiap pagi mereka memungutnya, tiap-tiap orang menurut keperluannya; tetapi ketika matahari panas, cairlah itu.
Keluaran 16:18-21

Segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik dan berubah menjadi mencelakakan kita. Bapa ingin kita berbagi kepada orang lain dan bukan mengambil pemberian-pemberian-Nya hanya untuk diri sendiri. Segala yang terbaik haruslah kita kembalikan kepada Dia agar Tuhan kita dapat menjadikannya berkat bagi lebih banyak orang.
Saudaraku, apa yang terbaik yang kita miliki? Mari mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dan menyerahkan-Nya untuk menjadi dampak bagi banyak orang.