Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut. Hari ini, Presiden Vladimir Putin telah mengumumkan operasi militer di wilayah Ukraina. Putin menyampaikan bahwa mereka tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina, tetapi untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Ia juga turut memperingatkan negara lain untuk tidak ikut campur dalam urusan ini atau akan ada konsekuensi yang akan diberikan Rusia.

“Kepada siapapun yang akan mempertimbangkan untuk ikut campur dari luar: jika Anda melakukannya, Anda akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar daripada yang pernah Anda hadapi dalam sejarah. Semua keputusan yang relevan telah diambil. Saya harap Anda mendengar saja,” kata Putin memperingatkan negara-negara lain untuk tidak ikut campur.

Pukul 5 pagi waktu setempat, terjadi ledakan-ledakan di beberapa kota besar Ukraina, termasuk di ibukota, Kyiv. Menurut keterangan Kementerian dalam negeri Ukraina, negara itu diserang dengan rudal jelajah dan balistik. Penduduk kota Kyiv segera mencari perlindungan begitu suara ledakan terdengar.

Sirine telah terdengar di seluruh kota. Ukraina melaporkan ada serangan roket terhadap beberapa fasilitas militer di seluruh Ukraina. Pasukan Rusia juga telah mendarat di kota pelabuhan selatan Odessa dan Mariupol. Menurut keterangan Kementerian dalam negeri Ukraina, negara itu diserang dari rudal jelajah dan balistik dan tampaknya Rusia menargetkan infrastruktur di dekat kota-kota besar seperti Kyiv, Kharkiv, Mariupol dan Dnipro.

“Putin baru saja meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina. Kota-kota Ukraina yang damai sedang diserang,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba. “Ini adalah perang agresi. Ukraina akan mempertahankan diri dan akan menang. Dunia dapat dan harus menghentikan Putin.”

Konflik Rusia dan Ukraina telah berlangsung cukup panjang. Bermula dari penolakan Ukraina mengakui bahwa Rusia dan Ukraina, serta Belarusia adalah satu bagian dari peradaban Rusia.

Hal ini disebabkan Ukraina dan Rusia memiliki perbedaan jauh dalam banyak hal, tidak hanya bahasa, namun juga sejarah hingga politiknya. Ukraina terus menolak supremasi Rusia dan terus melakukan revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Ukraina juga terus mencari cara untuk dapat bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Artlantic Treaty Organization) yang ditolak keras oleh Rusia dan meminta Ukraina tidak pernah bergabung dengan NATO yang memang memiliki tujuan melawan ancaman ekspansi Rusia pascaperang Eropa di awal pendiriannya.

Pada saat revolusi Ukraina pada 2014, terjadi protes besar-besaran untuk menggulingkan presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia. Protes tersebut disebabkan Viktor yang menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Saat Viktor digulingkan, terjadi pemberontakan separatis di Ukraina Timur. Ukraina Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung pemberontak, namun hal ini dibantah oleh Rusia dan mengatakan bahwa orang Rusia yang bergabung adalah sukarelawan.

Konflik Rusia & Ukraina Memanas

Pada bulan November tahun lalu, konflik keduanya memanas. Citra satelit menunjukkan militer Rusia menumpuk pasukan baru di perbatasan Ukraina. Ukraina menuduh Rusia telah memobilisasi 100.000 tentara, termasuk dengan tank dan peralatan militer lainnya. Pada awal bulan Desember, Amerika Serikat memperingatkan Rusia akan adanya saksi ekonomi dari Barat jika menyerang Ukraina.

Pada 17 Desember 2021, Rusia mengajukan tuntutan keamanan yang terperinci kepada Barat, termasuk bahwa NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa timur dan Ukraina. Rusia juga meminta NATO untuk tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Soviet lainnya sebagai anggota. Namun pada pertemuan selanjutnya antara pejabat AS dan Rusia di Jenewa, konflik ini tidak selesai karena AS tidak mau memberikan tuntutan dari Rusia.

Pada bulan Januari, NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur dengan kapal dan jet tempur. Amerika Serikat sendiri menempatkan 8.500 tentara dalam keadaan siaga. Presiden Ukraina, Zelenkskyy  memperingatkan untuk menghindari sikap yang bisa menciptakan kepanikan karena akan berdampak negatif terhadap perekonomian negaranya.

Mari kita berdoa agar konflik Rusia dan Ukraina dapat segera diselesaikan tanpa peperangan dan kedamaian boleh kembali ada antar kedua negara. Mari berdoa juga agar pemimpin-pemimpin negara di dunia diberikan hikmat untuk memimpin negaranya dengan baik dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Sumber : berbagai sumber