Kita mengenal istilah give and take dalam sebuah hubungan. Setiap pasangan memiliki pandangan masing-masing mengenai keadilan dalam hubungan. Ada yang menghitung keadilan dalam tugas rumah tangga, siapa yang lebih banyak menghasilkan uang, siapa yang lebih banyak merawat anak dan lain sebagainya. Intinya siapa yang lebih banyak memberi dan siapa yang lebih banyak menerima.

Dalam beberapa penelitian, para psikolog menyatakan bahwa kita memiliki bias dan tidak bisa membaut perkiraan tepat mengenai kontribusi dalam hubungan, atau pernikahan. Oleh karena itu, mendapatkan keadilan dalam pernikahan akan sangat sulit. Kita berpikir kita telah memberi lebih banyak, tetapi ternayata pasangan memberi peran krusial yang tidak kita perhitungkan.

Para pakar menganjurkan radical generosity atau kebaikan yang radikal dalam hubungan. Maksudnya adalah kebaikan tanpa memikirkan apa yang orang lain berikan. Mungkin kita bertanya, “Mengapa saya yang harus berkorban?” Tetapi bila salah satu dari pasangan mempraktikkan kebaikan tanpa perhitungan, hal ini dapat mengubah budaya dalam pernikahan. Kebaikan dan kemurahan hati dapat menular.

Banyak orang yang telah menikah lebih dari 40 tahun berkata bahwa siap untuk menerima lebih sedikit adalah kunci untuk pernikahan yang awet dan bahagia. Mereka fokus pada apa yang bisa mereka berikan untuk pasangan daripada apa yang bisa pasangan berikan untuk mereka.

Martha dan Dave Ryan, sepasang suami istri yang telah menikah selama 44 tahun di Ohio berkata, “Kalau Anda berkomitmen untuk pernikahan seumur hidup, maka Anda akan menyadari bahwa pernikahan tidak pernah 50/50.  Kadang 0/100 atau 100/0 bahkan selama bertahun-tahun!  Kadang 90/10 atau 10/90. Kadang 55/45…” Maria dan Warren Krech menambahkan, “Anda harus bisa terima bahwa Anda telah memberi semuanya dan mendapatkan kembali hanya sedikit. Persentase ini berubah, kadang bertahun-tahun. Tapi pada akhirnya, Anda punya memori yang penuh syukur bahwa pasangan Anda mendukung Anda pada saat-saat yang sulit.”

Kebahagiaan pernikahan tidak bergantung pada pembagian kerja atau keadilan 50-50.

Ketika kita fokus memikirkan 50-50, pernikahan kita dalam masalah, karena kita akan cenderung menuntut pasangan. Ketika hal itu tidak dipenuhi, kita menumpuk kejengkelan dalam hati dan pernikahan akan menjadi beban dalam hidup. Karena itu, kita perlu menerapkan prinsip radical generosity. Selalu pikirkan “apa yang bisa aku berikan untuk pasanganku hari ini?”

”Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Matius 7:12

Alkitab sendiri mencatat bahwa apa yang ingin kita terima dari orang lain, kita lakukan lebih dulu. Kita fokus untuk memberi, bukan menerima.

 

Sumber : Esther Idayanti