Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.  Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Matius 5:14-16

Kita tentu tidak asing dengan garam. Garam adalah bumbu masakan yang sangat diperlukan, dan harganya pun murah. Tetapi pernahkah anda membayangkan apabila terjadi kelangkaan garam? Tentu harga menjadi 3-4 kali lipat lebih mahal.

Begitupula dengan kasih karunia. Kasih karunia diberikan oleh Tuhan secara murah dan gratis, hampir tidak berharga. Namun saat kasih karunia itu langka, kita akan memburu kasih karunia itu dengan harga berapapun, tidak peduli walaupun itu mahal. Namun, belum tentu kita akan mendapatkannya kembali atau bahkan ada. Masalah terbesar dalam anak-anak Tuhan adalah kita tidak tahu cara menghargai kasih karunia yang Tuhan berikan.

Tuhan rindu kita memuliakan namaNya dengan terlihat, tidak meletakkannya di bawah gantang. Memuliakan Tuhan adalah kita mempercayai Tuhan.

Namun kita pun harus waspada terhadap guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, bahkan jangan kita menjadi salah satunya. Kita akan menjadi guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu ketika kita mengejar kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan, tapi kita berikan untuk diri sendiri. Misalnya dalam pelayanan WL atau singer atau musik, kita berpikir “ah, kalau saja aku yang pelayanan, maka suasana akan dipenuhi dengan Roh Kudus“. Ini berarti, kita sudah punya pikiran untuk mengambil kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan, menjadi milik sendiri.

Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik.
Filipi 1:15

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Filipi 1:21-22

Jika kita mengejar segala sesuatu untuk kemuliaan diri sendiri, sebenarnya kita hanya mencari sampah, sesuatu yang tidak berguna dalam tahta pengadilan Bapa. Semakin hari, kita harus mengenal Kristus, karena itulah yang berguna. Kita takut tidak makan besok, kita sudah menghina Tuhan. Takut tidak menikah, kita menyalibkan Dia kedua kali.

Percaya itu penting, percaya menandakan hubungan ayah dan anak.

Kalau kita curiga pada Tuhan, tidak percaya pada Tuhan, kita tidak bisa disebut sebagai anak Tuhan, karena seorang anak pasti percaya pada Bapanya. Ketika kita tidak percaya, berarti kita sudah menjauhi kasih karunia Tuhan. Percaya berarti Yesus adalah “center” dalam hidup ktia.

Kasih karunia Tuhan diturunkan pada semua orang, tetapi mendapat warisan Tuhan hanya diperuntukkan pada anak-anakNya. Mari kita lakukan yang terbaik dan hasilkan buah yang kita persembahkan bagi Dia. Jangan kita terlalu sibuk mencari sampah-sampah sampai lupa akan gelanggang pertandingan kita.

Sumber : grahacmc.org