Di dunia ini, begitu banyak figur pemimpin; ada yang memang pemimpin, ada pula yang mengklaim dirinya pemimpin. Tetapi, saat ini dunia sedang mengalami krisis dalam memiliki Pemimpin yang Berkarakter Ilahi. Ada 2 masalah besar yang membuat kita harus segera memiliki pemimpin yang memiliki karakter yang Ilahi:

Domba yang tidak bergembala

Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Matius 9:36)

Mengapa domba membutuhkan gembala? Karena domba adalah hewan yang paling lemah. Gembala memastikan semua dombanya untuk tetap berada dalam kawanannya. Jika tidak, domba ini akan dengan mudahnya diburu oleh serigala yang berkeliaran. Karena itu, Yesus mengajak murid-muridnya untuk memiliki belas kasihan kepada orang-orang yang tidak bergembala itu; untuk mengambil keputusan untuk membimbing dan memuridkan mereka.

Orang Buta Menuntun Orang Buta

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan berkeliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8)

Apa yang terjadi ketika tidak ada pemimpin dengan karakter Ilahi bergerak dan memimpin domba yang tak bergembala itu? Akan ada orang-orang “buta” yang mau mengambil alih memimpin mereka. Orang buta yang menuntun orang buta, semuanya akan berujung jatuh ke dalam jurang. Seorang yang juga tidak mengerti jalan kebenaran, menggiring orang-orang yang belum kenal kebenaran. Ini yang berbahaya; mereka bisa sesat.

Bagaimana menjadi Pemimpin yang Berkarakter Ilahi?

Untuk menjadi pemimpin yang berkarakter Ilahi, ada standar-standar yang harus kita penuhi:

Memiliki Tujuan Hidup yang Benar

Banyak orang berkata bahwa tujuan hidup mereka adalah menjadi orang sukses. Tetapi itu itu adalah jawaban yang abstrak. Ukuran kesuksesan berbeda-beda, bergantung nilai hidup orang tersebut. Orientasi kesuksesan dan tingkat keberhasilan kebanyakan orang rata-rata berbicara soal harta. Ada tingkatan ukuran kesuksesan yang seringkali jadinya kita balik urutannya. Urutan prioritas harta:

  1. Harta Rohani (Anugerah Keselamatan)
  2. Jiwa
  3. Kesehatan
  4. Sosial (Memiliki pergaulan dan berteman)
  5. Keluarga yang Harmonis
  6. Harta Jasmani / benda

Seharusnya kita dapat membawa anak kita mengenal Tuhan, tetapi banyak yang membalik urutan prioritas tersebut, sehingga harta jasmani menjadi urutan pertama dalam hidupnya. Pemimpin yang berkarakter Ilahi tahu dengan pasti apa yang menjadi tujuan dan prioritas dalam hidupnya. Tentunya tujuan hidupnya adalah tujuan yang Ilahi; Tujuannya adalah untuk memuliakan nama Tuhan.

Sebab beginilah Firman Tuhan kepada kaum Israel: Carilah Aku, maka kamu akan hidup! Janganlah kamu mencari Betel, janganlah pergi ke Gilgal dan janganlah menyeberang ke Bersyeba, sebab Gilgal pasti masuk ke dalam pembuangan dan Betel akan lenyap..” (Amos 5:4-5)

Dari ayat tersebut, dikatakan bahwa tujuan kita seharusnya tertuju kepada Tuhan. Tuhan tidak menghendaki kita pergi ke Betel, Gilgal, dan Bersyeba. Betel adalah gambaran dari hal-hal fisik, sarana prasarana, dan fasilitas. Misalnya mereka hanya mau ke gereja karena gedung yang besar dan mewah. Sedangkan Gilgal berbicara tentang posisi dan jabatan; Bersyeba berbicara tentang harta duniawi. Karena itulah Tuhan berkata, janganlah kita mengejar hal-hal yang demikian. Jika kita menjadikan Yesus sebagai yang terutama bagi kita, maka Dia cukup bagi kita.

Apapun yang kita miliki di dunia ini tidak akan bisa membuat kita cukup. Hanya Tuhan yang cukup untuk setiap kita.

Keintiman dengan Tuhan

Kepada siapa kita intim? Kita sering hadir ke gereja bukan berarti kita intim dengan Tuhan. Mungkin kita sering menunjukkan diri pergi ke gereja, tetapi Tuhan berkata, “… Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dai pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:23). Itu artinya kita kurang intim dengan Tuhan. Orang yang sharing di gereja pun belum tentu intim dengan Tuhan.

Pemimpin yang berkarakter Ilahi memiliki keintiman dengan Tuhan. Orang yang intim dengan Tuhan adalah orang yang selalu mengutamakan Tuhan dalam hidupnya. Ketika Tuhan yang terutama dalam hidup kita, maka nilai kita semakin besar. Sebaliknya, ketika kita menempatkan Yesus di belakang, maka segala karya yang kita buat tidak ada artinya.

Ukuran sebuah keintiman dengan Tuhan adalah haus dan lapar akan kebenaran.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6).

Apakah kita sudah haus dan lapar akan Tuhan? Anak muda jaman sekarang sudah sangat ketagihan dengan gadget mereka; tidak bisa sehari saja tidak terkoneksi dengan internet. Tetapi apakah kita sudah ketagihan dengan Firman Tuhan? Seberapa ketagihan kita kepada Tuhan dibandingkan koneksi internet?

Seorang pemimpin yang berkarakter Ilahi harusnya selalu ter-connect dengan Tuhan. Jika tidak, tujuan hidupnya sebenarnya palsu.

Rendah Hati

Demikianlah jugalah kamu, hai orang-orang muda tunduklah kepada orang-orang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang ayng rendah hati.” Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktu-Nya.  (1 petrus 5:5-6)

Output dari seorang pemimpin berkarakter Ilahi ialah: rendah hati. Menjadi seorang pemimpin seringkali membuat kita berpikir bahwa kita seharusnya dilayani. Tetapi seorang pemimpin di dalam Tuhan seharusnya melayani sesama. Belajar dari pribadi Yesus; Dia datang di dalam dunia ini tidak dilayani, tetapi melayani sesama.

Tuhan membenci orang yang sombong dan angkuh. Oleh karena itu, mari kita belajar untuk merendahkan diri kita. Sebab Firman Tuhan berkata bahwa ketika merendahkan diri kita di bawah tanganNya yang kuat, maka kita akan ditinggikanNya pada waktuNya.

Sudahkah kita mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang berkarakter Ilahi? Untuk menjadi pemimpin mudah, tetapi menjadi pemimpin yang berkarakter Ilahi, diperlukan sebuah standar, yaitu memiliki Tujuan yang benar, Keintiman dengan Tuhan, serta karakter rendah hati. Mari persiapkan diri kita agar kita bukan hanya sekedar menjadi pemimpin. Tetapi menjadi pemimpin-peminpin yang membawa terobosan di dalam Tuhan.

Sumber : grahacmc.org