“Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Lukas 16:13).

Ketika kita selalu khawatir akan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, maka kita tidak akan bisa menjadi seperti yang Tuhan kehendaki. Namun, ketika kita belajar untuk berpikir seperti Yesus, maka kita tidak akan khawatir tentang menyenangkan semua orang. Yesus memiliki fokus yang benar. Dia hanya fokus untuk menyenangkan hati Allah.

Yesus tidak pernah dimanipulasi oleh orang banyak atau dengan persetujuan atau ketidaksetujuan orang lain. Dia hidup untuk satu Penonton: “Sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yohanes 5:30b). Ketika kita memiliki pikiran yang seperti Kristus, itulah yang seharusnya kita lakukan.

Bukankah hidup untuk satu Penonton akan membuat hidup kita lebih sederhana? Jika Tuhan menyukai apa yang kita lakukan, maka kita tahu bahwa kita melakukan hal yang benar.

Tuhan berfirman dalam Matius 3:17, “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Sesungguhnya kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Bahkan Tuhan sekalipun tidak bisa menyenangkan semua orang! Ketika seseorang berdoa meminta cuaca cerah, orang lain berdoa agar hujan turun. Ada yang berdoa agar timnya bisa bermain bagus, dan ada yang berdoa agar tim lawan menang. Kita tidak bisa menyenangkan semua orang.

Kita harus memutuskan persetujuan siapa yang kita cari, persetujuan Tuhan atau persetujuan orang lain.

Apakah kita akan menjalani hidup demi apa yang orang lain pikirkan atau apa yang Tuhan pikirkan tentang kita? Ketika kita selalu mencari persetujuan dari orang lain, itu artinya kita tidak benar-benar menyadari siapa diri kita. Kita tidak mengerti bahwa Tuhan memiliki tujuan menciptakan kita dan ingin agar kita percaya bahwa Ia selalu beserta kita.

Yesus tidak pernah membiarkan persetujuan orang lain atau rasa takut akan penolakan mengendalikan Dia.

Dia tidak pergi melakukan pelayanan untuk memenangkan kontes popularitas. Dia tidak butuh pendapat orang lain untuk membuktikan bahwa diri-Nya benar. Ketika kita memiliki pikiran yang seperti Kristus, maka kita akan merasa sangat nyaman dengan identitas kita, tujuan kita, dan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Kita tidak perlu meminta persetujuan orang lain atas diri kita. Pikirkan saja apa yang berkenan di mata Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati.