Pernahkah kita membayangkan jika Bapa, yaitu Tuhan kita, seperti manusia pada umumnya? Dia akan letih menunggu anak-anak yang dicintaiNya, mudah menghukum dalam kegeraman karena anak-anakNya lari dari kehendakNya dan tidak menuruti perintahNya.

Hanya mereka, yang mau belajar menyukai apa yang Dia suka dan membenci apa yang Dia benci, yang akan dapat menyenangkan Dia pada akhirnya. Namun, pada kenyataannya, banyak anak-anak Bapa begitu frustasi untuk menyenangkan Bapanya.

Mari kita renungkan, pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan adalah pribadi yang sukar untuk disenangkan? Kita mungkin menuntut diri sendiri untuk tampak sempurna di mata-Nya. Kita tidak puas, tidak bahagia, tidak aman, dan tidak bisa bersyukur dengan banyak hal. Karena itu banyak anak Tuhan yang begitu mengejar harta, pengakuan, dan ketenaran. Mungkin kita pernah berpikir bahwa Bapa tidak adil, seperti seolah-olah orang lain bahagia, tetapi kita tidak diperkenankan untuk bahagia seperti yang lain.

Begitu banyak “racun” dari dunia yang merusak gambaran kasih Bapa yang benar. Sehingga membuat kita salah memandang kasih seperti yang dunia tawarkan. Harga diri kita bergantung pada kata orang lain. Kita mungkin akhirnya memiliki banyak ketakutan dalam hidup; takut tidak diterima, takut dianggap aneh, takut gagal, dan takut untuk menjadi beda dari orang lain. Saat itu benar-benar terjadi, artinya kita sedang kehilangan esensi kasih Bapa yang sejati.

Kita sering salah paham terhadap kasih Bapa! Kasih Bapa bukanlah seperti transaksi penjualan, yang menuntut balasan dari kita akan segala kebaikanNya yang ditujukan untuk kita. Pandangan yang salah terhadap kasih Bapa membuat fokus kita teralih kepada diri kita sendiri. Kita akan dengan mudahnya menghakimi diri kita sendiri banyak tuntutan. Kita merasa tidak pernah puas dengan hidup ini, susah bersyukur, dan depresi. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa hidup kita tidak bahagia. Saat kita merasa hidup kita tidak bahagia, kita akan bisa merasa bahwa Tuhan sedang mengurangi kasih dan berkat-Nya kepada kita.

“Kasih Bapa bukanlah seperti transaksi penjualan, yang menuntut balasan dari kita akan segala kebaikanNya yang ditujukan untuk kita.”

Mungkin kita bukan orang yang tidak mengenal Tuhan, bahkan kita adalah orang-orang yang mengalami kasih dan pemeliharan dari Tuhan. Tetapi kita sangat tertekan ketika kita melihat hidup kita tidak kunjung menang dalam pertandingan hidup kita. Kita bisa menekan diri, menghakimi diri kita, dan menyalahkan hidup yang kita jalani. Mari kita belajar punya fokus yang benar. Ketika kita berfokus pada masalah-masalah dalam kehidupan kita, kita akan kehilangan waktu-waktu berkualitas kita dengan Tuhan. Mari kita pakai waktu-waktu kita untuk mencari Tuhan. Saat kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, kita akan semakin mengenal dengan pribadi-Nya dan kita dapat memahami kasih-Nya dengan benar.

Apa kunci mengalami kemenangan? Kemenangan kita dapatkan ketika kita mengalami perjumpaan dengan Kristus. Perjumpaan dengan Kristus-lah yang mampu mengubahkan hidup kita, cara pandang kita akan kasih dan hidup yang kita jalani.

Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
1 Korintus 13:12

Perjumpaan dan pengenalan akan Tuhan bukanlah sebuah momen saja, tetapi sebuah proses yang terjadi setiap hari dalam hidup kita. Hidup di dalam Tuhan bukan hanya berbicara tentang menerima berkat dan kasih karunia dari Tuhan semata, tetapi lebih dari itu. Pengenalan akan Tuhan adalah pengalaman demi pengalaman yang kita alami bersama dengan Dia, baik itu sebuah berkat maupun didikan Tuhan. Sudahkah kita mengenal hati Bapa? Seorang ayah yang baik, tidak hanya memberikan kasih sayang dan pelukan kepada anaknya. Kasih seorang ayah juga mendidik dan mendisiplin anaknya. Kita harus belajar untuk mau dikoreksi dan ditegur. Apa respon kita ketika ditegur oleh Roh Kudus? Jangan kita meresponinya dengan menghakimi diri sendiri dan tidak berdamai dengan teguran itu. Kita harus bangkit dan menyadari bahwa itulah kasih Bapa yang sesungguhnya untuk kita. Bapa mengasihi kita, Dia juga rindu mendidik kita supaya kita tidak tinggal di dalam keterpurukan.

Dosa Pemberontakan yang membuat kita menghakimi diri sendiri dan tidak berdamai dengan jalan Tuhan

Ketika kita menghakimi diri kita sendiri dan tidak berdamai dengan jalan Tuhan, akarnya adalah “Dosa Pemberontakan”. Dosa pemberontakanlah yang membuat kita merasa bahwa Tuhan tidak adil, tidak bahagia dalam mengenal Tuhan, dan kita tidak berbahagia menjalankan panggilan-Nya. Kita harus memiliki damai sejahtera yang benar, itulah kunci hidup dalam pengenalan yang benar akan kasih Bapa. Untuk memperoleh damai sejahtera, perlu adanya Penerimaan dan Penyerahan. Mari bangkit dari setiap penghakiman, tuduhan, dan keterpurukan yang merusak gambaran kasih Bapa yang benar dalam hidup kita. Hidup kita bukan dari kata orang, bukan dari setiap keberhasilan yang kita peroleh. Biar kasih Bapa yang benar hidup di dalam kita.