Apakah anda pernah mengalami cinta pertama? Cinta pertama dialami oleh manusia dimulai dari seorang anak. Manusia yang terlahir dari ibunya, ia akan merasakan cinta pertama kali ketika ibunya memeluk dan menciumnya. Apabila seseorang tidak mempunyai orang tua, minimal ia merasakan cinta dari orang yang menemukan dan merawatnya. Tidak ada bayi yang baru lahir yang langsung mencintai Tuhan. Seorang anak akan mengenal kata cinta pertama kali dari orang tua yang merawatnya.

Cinta Anak

Ketika seorang anak mulai tumbuh besar dan dewasa dan belajar tentang arti cinta, dia akan mulai tertarik dengan lawan jenis. Keberhasilan orang tua adalah ketika mereka tetap bisa menjadi cinta pertama dari anak-anaknya. Seorang anak perempuan akan bermimpi punya pasangan seperti ayahnya, demikian juga dengan anak laki-laki yang ingin punya pasangan seperti ibunya. Apakah kita memiliki perasaan seperti itu? Ataukah kita berkata bahwa “Aku tidak akan menikah dengan orang yang seperti ayah/ibuku.” Cinta pertama yang kita rasakan sejak bayi, yang hanya satu-satunya cinta yang kenal dari ayah dan ibu kita. Tapi ketika mulai kenal cinta yang lain, kita akan bisa punya kecenderungan untuk berkata demikian.

Ketika banyak orang yang tidak mau punya pasangan seperti ayah atau ibunya, artinya cinta pertama kita sudah rusak. Anak kecil sudah mengerti rasa sakit. Mungkin kita pernah tidak suka mempunyai kakak atau adik. Kita hidup di bawah bayang-bayang kakak atau adik kita. Sehingga kita merasa tidak dikasihi. Sejak kecil, anak-anak sudah bisa mengerti dan mempertanyakan keadilan. Mereka bisa merasa dibandingkan dengan saudaranya. Kita kemudian akan merasa bahwa orangtua kita tidak mengasihi kita. Padahal kita tidak mengerti arti kasih yang orangtua berikan kepada kita. Gambaran cinta kita pun menjadi rusak. Jika cinta kita sudah dirusak dan tidak dibereskan sampai kita dewasa, maka hati kita akan menjadi keras. Kita tidak akan memiliki kasih yang pulih kalau kita tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Maka dari itu, luka anak harusnya dipulihkan dulu supaya kita mengenal kasih seorang Bapa. Anak-anak perlu dibimbing dan diberitahu tentang kasih yang benar sejak mereka masih kecil supaya tidak memiliki gambaran cinta yang salah.

Karena luka anak, itu berpengaruh terhadap hubungan kita dengan Bapa. Kita harus mengalami keintiman sebagai seorang anak.

Kita perlu belajar untuk terbuka dan bicara dengan Tuhan. Orang dengan luka sebagai anak akan mudah mencurigai kasih Bapanya, akan sukar untuk terbuka dan mengkomunikasikan semua permasalahannya. Mari kita belajar untuk menjadikan Tuhan sabahat kita. Dia Bapa kita, yang memahami hati kita. Kita perlu belajar untuk tidak curiga dengan Tuhan dan percaya dengan kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Kadang kita sering salah paham, sehingga kita sering menyalahkan Tuhan. Mari kita jaga bibir dan hati kita. Jangan sampai perkataan kita menyakiti hati Tuhan. Mari kita belajar memulihkan luka anak yang ada dalam diri kita.

Cinta Persahabatan dan kekasih

Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”
Wahyu 19:7

Setelah cinta pertama sebagai seorang anak, ketika kita sudah tumbuh dewasa, kita akan mengenal cinta persahabatan atau cinta sebagai kekasih. Wahyu mengatakan sebagai gereja Tuhan adalah mempelai Tuhan. Kita tidak hanya disebut sebagai anak atau sahabat, tetapi kita dirindukan Tuhan untuk menjadi mempelaiNya.

Cinta kita harus mengalami pertumbuhan.

Cinta Tuhan Yesus kepada kita tetap selama-lamanya. Cinta Tuhan tidak akan bertumbuh lagi. Mungkin kita berpikir bahwa cinta Tuhan akan bertambah apabila kita melakukan pelayanan dengan bagus, taat, dan melakukan kehendak Tuhan. Tetapi itu adalah pemahaman yang salah. Cinta Tuhan tidak akan bertambah lagi karena cintaNya untuk kita sudah 100%. Tetapi cinta kita sebagai manusia harus bertumbuh. Kapasitas cinta dalam kita harus bertambah kepada Tuhan dan sesama kita. Ketika Tuhan memperkenalkan cinta sebagai seorang kekasih, di dalamnya ada hasrat dan passion. Di dalam cinta seorang kekasih, ada sukacita, kerinduan, kepercayaan dan keintiman. Gereja kita harus memasuki level yang lebih tinggi. Karena itu, setelah kita belajar menjadi anak, kita perlu belajar menjadi kekasih.

“Dia akan mengejar para kekasihnya, tetapi tidak akan mencapai mereka; dia akan mencari mereka, tetapi tidak bertemu dengan mereka. Maka dia akan berkata: Aku akan pulang kembali kepada suamiku yang pertama, sebab waktu itu aku lebih berbahagia dari pada sekarang.”
Hosea 2:6

Hosea menggambarkan kasih Tuhan sebagai seorang suami kepada bangsa Israel. Kita tanpa sadar mudah sekali mencintai para kekasih. Setelah bangsa Israel menjadi istri Tuhan, ternyata mereka mengejar kekasih-kekasih lain. Hati kita ini mudah sekali terbawa oleh perasaaan, mudah sekali menjadi tidak stabil. Seringkali kita juga bisa memiliki “kekasih-kekasih” lain. Kekasih kita mungkin bisa berupa pekerjaan kita atau mungkin sahabat yang terlalu kita ikat. Mungkin itu juga bisa berbicara tentang keluarga atau kekasih kita. Kekasih-kekasih kita itu telah menjadi orang-orang asing dalam hubungan kita dengan Tuhan.

Kita akan seringkali digoda untuk meletakkan apa yang kita cintai diurutan yang pertama, dan menggeser posisi Tuhan dalam hati kita. Karena itu kita perlu hati-hati. Kita boleh mencintai atau belajar tentang cinta, tetapi jangan sampai membuat Tuhan cemburu dan marah karena kita lebih mementingkan hal itu lebih dari Tuhan. Karena kita tahu hati kita lemah. Kita bisa tanpa sadar memasukkan kekasih-kekasih lain dalam hati kita. Maka ketika suatu saat kita merasakan jatuh cinta, mari jadikan Yesus tetap menjadi yang utama. Berikanlah hatimu kepada Tuhan. Saat kita berikan seluruh hati kita kepada Tuhan. Tuhan-lah yang akan memberikannya kepada seorang yang menjadi pasanganmu.

Terkadang kita menjadi egois; kita ingin menjadi yang pertama, entah dengan pasangan kita atau orang yang kita sayangi. Padahal, Tuhan meletakkan cinta di antara manusia supaya kita belajar tentang cinta Tuhan. Kita harus belajar untuk mengenal hasrat dan kerinduan Tuhan sebagai mempelai. Tuhan punya kecemburuan yang kudus kepada setiap kita. Dia ingin menjadi yang terutama dalam hidup kita.

Dikatakan dalam Hosea 2:6,”….  Aku akan pulang kembali kepada suamiku yang pertama, sebab waktu itu aku lebih berbahagia dari pada sekarang.” Dengan kekasih-kekasih yang masuk dalam kehidupan kita tidak membuat kita bahagia. Itu tidak akan pernah membuat kita puas. Hidup di dalam Yesus yang membuat kita bahagia. Kita akan mengalami sukacita dan kepuasan dalam Tuhan.

Pada masa nabi Yesaya, bangsa Israel dalam masa pembuangan. Sehingga Tuhan memerintahkan para nabi pada waktu itu untuk menguatkan dan menegur bangsa itu. Kata “istri” disebutkan dalam Yesaya berkali-berkali (Yesaya 54:5-7; Yesaya 62:3). Pada hari pernikahannya, mempelai pria akan menantikan mempelai wanita di depan altar. Ketika melihat mempelai wanita masuk, hatinya akan meluap-luap dan bahagia. Itulah hati Tuhan untuk gereja Tuhan.

Kita harusnya memiliki keintiman setiap hari. Keintiman kita adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Seperti Ratu Ester dan Raja Ahasyweros, mereka punya keintiman dalam hubungan pribadi mereka. Keintiman bukan hanya berbicara tentang hal-hal seksual saja, tetapi keintiman juga berbicara tentang kedekatan dalam hubungan pribadi. Tuhan ingin kita punya keintiman denganNya. Yang Tuhan rindukan adalah kita punya komunikasi dan kepercayaan dengan Tuhan. Ketika ada pertemuan besar, semua orang menghormati Raja, Sang Ratu akan ikut menghormati suaminya juga. Demikian juga dengan kita akan Tuhan. Kita harusnya punya keinitiman dengan Tuhan dalam keseharian kita. Ketika kita dalam ibadah, kita harusnya dengan lantang menyembah dan memuji Tuhan bersama dengan banyak orang.

Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu Ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
2 Korintus 11:2

Paulus mempersembahkan kita dihadapan Tuhan, seperti seorang ayah yang mengantarkan anak perempuan untuk bertemu dengan mempelainya. Dia mempersembahkan kita sebagai perawan suci kepada Kristus. Tuhan tidak lihat masa lalu kita yang buruk. Ketika kita dikuduskan sebagai mempelai dihadapan suami kita, kita sebagai seorang yang suci. Apakah anda adalah pria yang egois? Anda tidak mau ada pria lain dalam hidup pasangan anda. Anda selalu ingin menjadi yang pertama. Ada banyak pria yang tidak mau menikah dengan perempuan yang sudah tidak virgin lagi. Dalam Kristus, tanda-tanda lahiriah itu tidaklah penting. Kita harus melihat cinta Kristus, yaitu cinta seorang mempelai yang melihat kita sebagai perawan suci. Kita harus belajar menerima, seperti Kristus yang menerima jemaatNya. Yang sudah di dalam Kristus adalah ciptaan baru. Masa lalu kita yang buruk sudah dibuang. Kita adalah murni perawan suci di dalam Tuhan.

Dalam Hosea 2:18-19, Tuhan mengatakan janji pernikahanNya untuk kita semua. Janji Tuhan untuk kita adalah janji yang lebih kuat dari janji pernikahan manusia. Bahkan, Tuhan mengasihi kita dengan kasih yg kekal (Yeremia 31:3). Dalam Firman Tuhan, ada beberapa arti cinta. Yang pertama adalah Hesed, yang artinya mercy, kasih karunia, belas kasihan. Seperti seorang raja yang memberikan belas kasihan dengan perjanjian yang teguh. Yang kedua, adalah Auhap yang artinya  “aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal”. Inilah cinta yang penuh dengan passion dan hasrat seperti suami istri, seperti sahabat, seperti orangtua kepada anaknya. Dalam Yeremia 43:4 dikatakan, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.” Tuhan mencintai kita dengan sangat bergairah. Oleh karena itu, mari kita belajar bertumbuh di dalam kasih Tuhan.