THIS IS MY STORY…

Aku terlahir dalam keluarga yang menyembah banyak allah. Kami menyembah allah yang sebenarnya tidak terlalu kami kenal, tetapi kami menyembahnya hanya untuk memenuhi kebutuhan kami. Berbeda dengan zaman kalian hidup sekarang, aku hidup di awal permulaan zaman dimana kami tidak mengenal siapa Pencipta itu. Kami hanya menyembah apapun yang kami suka atau yang kami takuti agar tidak terhindari dari bencana.

Aku dikenal mungkin karena semua orang telah mengenal pamanku, seorang tokoh legendaris di bumi dan di sorga. Kisah hidupnya luar biasa! Sebelum sejarahnya terbentuk dengan hebat karena imannya, aku telah mengenalnya dari kecil dan mengambil keputusan untuk mengikuti dia saat dia beranjak dari tanah Haran, dimana kakek dan keluargaku tinggal.

“Tuhan” yang tidak kami kenal berbicara kepadanya dan menyuruhnya pergi meninggalkan keluarganya. Aku mengikutinya dan kuakui itu bukan perjalanan yang mudah, kami harus menghadapi banyak tantangan, badai pasir juga musuh-musuh di sekeliling kami. Aku juga tidak tahu mengapa pamanku itu mau meninggalkan keluarga karena mendengar suara “Tuhan” itu.

Beberapa kali aku mengangkat senjataku untuk berperang melindungi kaum kami, namun pamanku selalu dapat menyelesaikan persengketaan dan mendamaikan kembali. Sungguh dia memang orang yang luar biasa. Aku melihat bagaimana memang Allah yang mulai Dia kenal itu menyertai dia. Memang Allah yang Dia kenal itu adalah Allah yang berbeda dari semua tuhan yang dulu kusembah.

Dalam perjalanan kami, kami pun makin bertambah kuat dan bertambah banyak sehingga sumur-sumur penggembalaan kami tidak cukup lagi untuk kami berdua. Akhirnya persengketaan yang mengerikan terjadi di antara orang-orang pamanku dan orang-orangku. Aku sendiri merasa aku sudah cukup mengikut pamanku dan sudah waktunya aku memiliki perjalananku sendiri. Untunglah pamanku yang bijaksana itu menyuruhku memilih tanah yang hendak kudiami.

Aku harus membuat KEPUTUSAN yang besar! Sudah lama aku mengamat-amati lembah di sebelah timur yang subur, penuh air dan hijau di dekat sungai Yordan. “Masa depanku pasti cerah!” pikirku. Aku sering tidak mengerti jalan pikiran pamanku itu, dia menolak berkali-kali untuk mengembangkan daerah kami di lembah subur itu dan memilih tinggal di daerah yang kering. Waktu itu aku berpikir bahwa pamanku sama sekali tidak mengerti hukum keberhasilan, hukum dagang dan kemakmuran! Aku memutuskan meninggalkan pamanku dan membawa orang-orangku ke sana, ke lembah yang subur dan hijau, serta…. dekat dengan kota SODOM…

Aku tahu sejak lama bagaimana kelakuan orang-orang Sodom, namun… ah, aku akan tetap aman di sana. Aku akan kan berada di luar kota itu. Tidak lama, aku menuai bencana dari pilihanku itu, saat kami berkemah diluar kota Sodom itu, kami ditangkap pula oleh empat raja-raja yang sedang menjarah Sodom. Kami menjadi tawanan. Tapi untunglah pamanku segera menolong kami dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

Kami kembali ke Kota Sodom dengan selamat. Ia membujukku untuk keluar dari lembah ini dan kembali mengikutinya, tapi aku tidak mau ikut pulang bersamanya dan memilih untuk tinggal di kota Sodom yang lebih menjanjikan untuk masa depanku. Pamanku tidak mau mendapat upah sedikitpun dari hasil kemenangannya, tapi aku mendapatkan upahku. Aku hidup dengan baik dan mendapat kehormatan yang makin besar di kota itu, sebagai keponakan “penolong” Sodom.

Akan kuceritakan seperti apa kota yang sangat terkenal itu. Sekarang setiap kali orang mendengar namanya, akan mengejeknya dan menjadi lambang dosa yang paling mengerikan! Gomora… sudah terkenal menjadi pasangan kota yang kudiami, Sodom. Sodom dan Gomora adalah kota yang sangat maju dan indah, kota yang sangat ramai dan perdagangan sangat pesat disana. Dua kota ini adalah pusat perdagangan, dimana orang-orang menjual, membeli, menanam dan banyak membangun gedung-gedung megah. Sangat mudah menjadi kaya disana dan kota itu penuh keriuhan siang dan malam, penuh kesukaan yang besar! Tidak seperti kehidupan pengembaraan pamanku yang sepi di padang-padang gurun. Aku berpikir inilah kota perjanjianku.

Di sana orang kawin dan mengkawinkan. Di jalan-jalan suatu pemandangan yang biasa jika engkau melihat pria dengan pria saling bercabul sembarangan, atau wanita bercumbu dengan wanita, bahkan jika kau “beruntung”, kau bisa bertemu dengan manusia yang sedang bercumbu dengan binatang! Ayah dengan anaknya saling bercabul dan semua persetubuhan yang tidak wajar, mereka lakukan!

Tapi jangan salah menilaiku…! Aku tidak menyukai dosa mereka! Batinku yang paling dalam tersiksa melihat semua pemandangan itu! Aku telah belajar mengenal kebenaran dari pamanku, namun harus kuakui… aku terlalu berambisi untuk keduniawian disana! Aku tak punya keberanian dan kekuatan untuk menceritakan kebenaran itu kepada mereka! Berpuluh-puluh tahun… tidak ada satu orang pun yang kumenangkan disana.

Lama kelamaan roh Sodom telah menguasaiku. Aku terikat dengan kedudukan yang cukup penting yang kuterima di kota itu. Sampai suatu saat dua malaikat mendatangiku di kota itu dan mereka menunggang-balikkan kota cemar itu. Aku melihat penduduk kota menjadi buta oleh kedua malaikat itu dan kami segera berlari keluar dari kota itu. Walau dengan berat hati, kami meninggalkan kota itu. Istriku tidak tahan untuk tidak melihat hujan api itu, akhirnya istriku ikut berubah menjadi tiang garam, yang kemudian menjadi tiang peringatan untuk kalian juga, jangan menoleh kepada kekayaan dan dunia ini.

Kedua anak gadisku masih ikut bersamaku. Mereka mengira semua telah berakhir dan tidak ada lagi penduduk bumi. Kota cemar itu sudah terbakar habis, namun dosa Sodom terus mengikutiku! Andai saja aku mati saja waktu itu! Dengan tanpa sadar, dalam kemabukan yang mereka buat, aku menghamili kedua anakku. Sungguh keji perbuatanku! Dosa Sodom tetap menurun pada anak-anakku dan lahirlah Moab dan Amnon, dua bangsa besar yang menjadi musuh umat Allah yang sangat buruk! Oh… itu dari keturunanku! Darah dagingku! Dari benih Sodom yang terkutuk! Inilah hal yang paling kusesalkan.

Mungkin di zaman kalian hidup sekarang tidak banyak orang yang seperti pamanku itu.. Namun engkau akan menjumpai lebih banyak orang yang seperti aku! Aku melihat sesuatu yang “baik”, peluang kesuksesan yang ditawarkan dunia dan kenikmatan, serta kedudukan yang baik. Ingatlah, aku bukan orang cabul dan cemar seperti penduduk Sodom, namun karena terlalu banyak kompromiku dengan dunia ini, aku telah menurunkan benih Sodom kepada generasi demi generasi. Jangan melihat sesuatu dari apa yang nampak! Beranilah mengatakan kebenaran! Dan jangan hidup diantara orang fasik!

JANGAN ULANGI KESALAHANKU…

(Lot, keponakan Abraham)