Hatiku pedih mengingat tahun-tahun itu…
Tetapi tetap saja, aku tidak pernah menyadarinya. Sampai akhirnya, Dia benar-benar meninggalkan aku…

Banyak orang mengatakan bahwa aku ini spesial; kelahiranku dan kekuatanku adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Ketika aku kecil, aku menyadari bangsaku ditindas oleh bangsa Filistin dan Tuhan mengutusku untuk membebaskan bangsaku, Israel. Mereka juga menceritakan bagaimana aku dikandung dengan ajaib sampai pada jalan-jalan hidupku yang seharusnya aku tempuh…

Sebagai Nazir Allah Yang Maha Tinggi…

Sepertinya itu tidak sulit, karena aku memiliki banyak karunia dari Sorga. Aku bertumbuh dengan sangat kuat. Tidak ada yang dapat menandingi kekuatanku, aku bahkan mampu merobek seekor singa dengan tangan kosong.

Kurasa semua orang mengetahui kisahku… Ah, aku malu sekali mengakuinya! Jika saja aku bisa mengulang kembali dan memperbaiki kesalahanku…
Tetapi aku akan menceritakannya. Aku sangat berharap tidak ada lagi kegagalan fatal yang akan dilakukan para pahlawan Allah selanjutnya di muka bumi.

Tampaknya, dari zaman ke zaman, aku menjadi saksi bagaimana kesalahanku terus diulang dan diulang… Ini sangat menyedihkan… Semuanya bukan bermula dari panggilanku. Aku tidak meragukan panggilanku dan aku juga tidak menemui kesulitan apapun dalam melakukan kehendak-Nya untuk menjadi Nazir Allah. Dengan sekali peperangan, aku dapat mengalahkan dan mengacaukan barisan Filistin. Haahh… itu saat-saat yang indah; kemenangan dan kekuatan Tuhan mengalir begitu saja dalam diriku dan aku bisa merasakan Roh-Nya menggerakkanku setiap kali bangsaku diganggu oleh Filistin. Aku menikmati semua kemenangan itu. Bagiku, juga bagi bangsaku. Aku pun mulai dikenal dan ditakuti.

Namun…
itu juga adalah pembuka dari buku yang bercerita kegagalanku. Semua kegagalanku bermula dari HATI

Bagiku, hati adalah sebuah misteri yang sulit kupahami dan sulit kukuasai. Aku masih mengingat saat di mana aku jatuh hati pada seorang gadis Filistin. Aku hendak menikahinya, tetapi semua gagal. Walau perasaan cinta itu tiba-tiba datang, aku percaya ada kekuatan tangan Allah yang sedang membuat rencana bagiku, meski tentu saja aku merasa sakit hati. Mungkin itu adalah maksud Tuhan. Tetapi selanjutnya, aku harus mengaku dosa, aku selalu tidak tahan dengan masalah wanita dan masalah hati. Setelah kehilangan gadis itu, aku patah hati. Tapi, tidak lama kemudian, aku jatuh cinta kepada seorang perempuan sundal di Gaza. Aku tahu perbuatanku dibenci Allah… Aku merasakan teguran Roh-Nya yang lembut… tetapi aku selalu merasa bahwa aku kuat dan hebat untuk mengatasi semua masalah. Dan akhirnya… aku terjebak dalam panggilan yang palsu.

Aku mulai melakukan kehendakku sendiri. Yang penting, aku masih kuat, tak terkalahkan, dan aku juga masih tetap orang pilihan Allah, aku pasti akan tetap menghajar orang Filistin, tidak ada yang perlu dikuatirkan!

Cerita segera berakhir saat aku lagi dan lagi jatuh dalam urusan cinta. Entah… apa itu cinta? Mungkin yang kurasakan hanyalah sebuah nafsu… Aku mencintai seorang wanita dari Lembah Sorek yang cantik, tetapi sekali lagi, aku jatuh cinta kepada orang yang salah! Walaupun aku tahu dia mengkhianati aku dan mungkin juga… tidak tulus mencintai aku… Tetapi aku telah dimabuk oleh cinta! Aku tidak peduli dengan orang-orang Filistin, karena aku yakin… mereka tidak akan bisa mengalahkanku…

Aku mengaku, di hari-hari itu, aku hanya mementingkan kepentinganku saja dan aku melupakan panggilan mula-mulaku… Saat wanita yang kucintai itu merengek berhari-hari agar aku menceritakan rahasia kekuatanku… rahasia kekuatan panggilan Ilahi itu…, akhirnya aku tidak tahan, aku sangat menderita dan ingin mati rasanya… Akhirnya, aku membocorkan rahasia itu, dan itu berarti, aku juga sudah melemparkan mutiaraku kepada babi… Dan benar saja, akhirnya mereka menginjak-injak aku… dan api yang kumainkan membakar aku dari belakang…

Hai, pahlawan yang dipilih Allah… Dengan hati yang penuh harap, aku menceritakan semua ini kepada kalian! Aku telah menganggap remeh kasih karunia-Nya; menjadi sombong sebagai hamba Allah dan aku selalu bermasalah dengan hati. Sehingga itu menjadi celah besar yang menghancurkanku! Aku tidak takut pada musuhku. Aku memiliki banyak karunia besar dan terkenal. Tetapi, aku tidak sanggup menjaga hatiku… Aku kalah karena wanita.

Aku mengingatkan kalian…
Berhati-hatilah dengan celah! Berhati-hatilah dengan hatimu! Sekuat apapun seorang pahlawan, akan lumpuh dan jatuh apabila celah dalam hatimu tidak engkau sadari dan bereskan segera!

Aku menyesali para hamba Tuhan yang dipanggil sama seperti aku dengan kekuatan dan panggilan besar, tetapi jatuh dalam kesombongan! Jatuh dalam kekotoran dan percabulan, dalam peperangan yang tak ada habisnya dengan masalah diri sendiri dan hatinya… Luka-luka yang tidak dibereskan, kemarahan yang meledak-ledak… Oh, aku menyesalinya sama seperti aku menyesali dosa-dosaku sendiri…

Setidaknya aku masih dapat kembali pada tangan Bapa yang mengulurkan tanganNya padaku di tengah kegelapan itu. Saat aku buta dan sangat dipermalukan! Aku menjadi seperti pelawak di depan musuh-musuhku… Yang ada hanyalah kesedihan dan penyesalan… Disana, hanya ada satu suara lembut memanggilku kembali….. Oh mengapa Dia begitu mengasihi aku yang kotor dan tidak berharga ini??
Semua kekuatan dan kesombonganku sudah patah… hanya ada Dia…
dan aku…

Aku telah merusak rencana Allah, tetapi lihat! Betapa ajaib caraNya untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat anak-anak-Nya yang bodoh ini! Dengan sembrono kita merusaknya, dan Dia memperbaikinya.
Tetapi kesalahan tetaplah kesalahan… ada harga yang sangat mahal yang harus kutanggung.

Tibalah hari yang Dia tentukan. Di hari itu, di hari Perayaan besar, di mana para raja-raja dan rakyat Filistin berkumpul. Jumlah mereka pastilah sangat banyak, aku mendengar riuhnya suara beribu-ribu orang menertawakanku saat mereka mengarakku keluar seperti binatang.

Aku masih mengingatnya jelas… Tidak ada lagi ketakutan… Rasa bersalah yang membebaniku sudah Dia angkat… KasihNya membasuh aku yang sudah kotor… Aku memandang ke atas walau hanya ada kegelapan, tetapi aku seperti sedang melihatNya dan Dia tersenyum padaku…
”Tuhan Allah Bapaku…kepada tangan-Mu kuserahkan nyawaku, lakukanlah sekarang kehendak-Mu… Ijinkan aku melakukan kehendak-Mu sekali lagi dan aku akan mati bersama mereka!”
Tiba-tiba kekuatan Allah mengalir begitu kuatnya dan semuanya… riuh… gaduh…
kemudian sunyi…
Dan itu juga saat terakhir kali aku dibumi…

Hei, Pahlawan Allah, jangan bermain-main dengan panggilanmu! Hidup hanyalah sekali dan begitu singkat. Kini aku hanya dapat menantikan munculnya pahlawan-pahlawan baru di generasi kalian. Sekali lagi, belajarlah dari kesalahanku dan jangan mengulang sejarahku! Menangkan dan jadilah pahwalan yang hanya menyenangkan hati-Nya…

Sahabatmu,

Simson, Hakim-Hakim 13-16