Dunia tengah dihantui dengan ancaman krisis pangan. Food and Agriculture Organization (FAO) telah memperingatkan akan terjadinya krisis pangan global. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah memprediksi bahwa 30% wilayah Indonesia akan mengalami kekeringan.

Beberapa negara sudah merasakan dampak dari krisis pangan ini, termasuk Indonesia. Harga bahan makanan di Indonesia sudah mengalami kenaikan, ini merupakan salah satu dampak dari krisis pangan.

Pengamat pertanian Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., menyebut bahwa tanda-tanda krisis pangan sudah ditandai dengan iklim yang tidak menentu, hujan ekstrim dan bencana alam yang membuat petani gagal panen karena kebanjiran atau kekeringan, atau juga karena ledakan hama dan penyakit. Saat ini, yang menjadi kendala terbesar adalah perubahan iklim yang tidak menentu, apalagi pemanasan global membuat suhu lebih panas dan CO2 lebih tinggi yang berpengaruh terhadap hasil pertanian.

“Jumlah penduduk terus naik, sementara kenaikan jumlah pangan tidak seimbang dengan kenaikan jumlah penduduk,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa harus ada beberapa upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi krisis pangan. Di antaranya, yaitu bagaimana penghadapi perubahan iklim, pengembangan varietas yang adaptif, persoalan pupuk, persoalan perilaku tidak boros dan juga regenerasi petani.

Presiden Joko Widodo juga telah mengantisipasi terjadinya krisis pangan. Sejak Juni lalu, Presiden Joko Widodo meminta jajaran pemerintahan untuk bisa meningkatkan produksi pangan. Ketersediaan bahan pangan lokal dapat mengurangi ketergantungan kepada produk impor dan dapat menjaga kestabilan harga.

Presiden Joko Widodo menekankan kepada semua pihak agar ketersediaan air di daerah sentra produksi pertanian harus dipenuhi. Misalnya dengan mengoptimalkan penyimpanan air hujan, memenuhi danau, waduk, embung dan penyimpanan air buatan lainnya. Presiden juga meminta untuk mengatasi kekeringan dengan melakukan percepatan musim tanam dan terus memanfaatkan hujan yang masih ada saat ini. Presiden juga mengimbau agar petani-petani dipastikan tetap berproduksi dengan protokol kesehatan karena kesehatan adalah yang terutama. Ketersediaan sarana produksi pertanian dan stimulus ekonomi untuk petani juga harus dipertajam.

Presiden juga meminta manajemen pengelolaan stok untuk kebutuhan pokok dari Bulog. Bulog harus tetap membeli gabah dari petani.

“Jadi petani produksi dan yang membeli juga ada, jangna sampai petani produksi banyak, Bulog tidak ambil, RNI tidak ambil. Ini mekanismenya harus cepat diputuskan dan kemarin kita sampaikan dengan Menteri BUMN segera siapa, produknya apa, pembiayaannya seperti apa,” kata Presiden Joko Widodo.

Krisis pangan sudah di depan mata. Mari kita tetap berdoa agar kita bisa dilewatkan dari masa-masa sulit ini.

Sumber : berbagai sumber