Sebuah studi menunjukkan bahwa satu dari empat orang dewasa percaya bahwa Yesus adalah seorang pria yang juga berdosa seperti manusia lainnya. Menurut survei yang dilakukan oleh American Bible Society (ABS) ditemukan bahwa 38% orang yang berusia 18-25 tahun, yang masuk dalam kelompok Gen Z percaya bahwa Yesus Kristus adalah manusia dan juga melakukan dosa seperti yang lainnya.

Sebanyak 2.500 lebih orang dewasa AS disurvei pada bulan Januari secara online atau melalui telepon. 2500 orang ini tersebar di 50 negara bagian Amerika. Dalam laporannya, ABS menyebutkan bahwa penelitian ini memiliki kemungkinan error sebesar 2,5%.

Dari penelitian ini ditemukan 18% orang dari segala usia mempercayai bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa yang bisa berdosa. Jika dirinci lebih dalam menurut usia, Gen X tercatat sebanyak 37%, Gen Y atau Milenial sebanyak 35%, sedangkan Generasi Baby Boomer sebanyak 35%. Sementara orang Amerika berusia 77 tahun ke atas yang mempercayai bahwa Yesus juga berdosa lebih rendah secara statistik, yaitu sebanyak 26%.

Para peneliti lalu mencari hubungan antara Alkitab dengan pilihan seseorang dan hubungan mereka dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Mereka yang tidak terlepas dari Alkitab atau yang tidak pernah membacanya, merupakan responden yang paling banyak mengatakan bahwa Yesus adalah orang berdosa, yaitu sebesar 43%. Sementara mereka yang netral atau biasa saja dengan Alkitab, lebih dari sepertiga mengatakan bahwa Yesus telah berdosa selama hidupnya di bumi.

John Plake, seorang direktur ABS, mengatakan bahwa ia tidak terlalu peduli dengan pandangan orang-orang mengenai dualism Yesus sebagai Tuhan dan sebagai manusia. Ia mengatakan bahwa ia lebih peduli untuk mengarahkan orang-orang kepada Tuhan.

“Kami membawa mereka ke sana, mereka akan menemukan kebijaksanaan, mereka akan menemukan harapan untuk perjuangan emreka dan jika kita dapat membantu orang terhubung secara mendalam dengan Alkitab, maka tantangan doktrinal akan berhasil dengan sendirinya,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa budaya sekuler telah mengangkat pertanyaan penting kepada gereja untuk menjawab keilahian Kristus sejak abad pertama.

“Kebudayaan mencoba membengkokkan kebenaran agar sesuai dengan kategori dan strukturnya sendiri. Ini sudah terjadi sejak Kisah Para Rasul,” kata Plake. “Ini bukan hal baru di Amerika. Ini bukan hal baru di abad ke-21.”

Dalam hal rasa ingin tahu tentang Yesus dan/atau Alkitab, sekitar 75% Gen Z mengatakan bahwa mereka setidaknya “sedikit ingin tahu,” dengan 21% mengatakan mereka “sangat ingin tahu” dan 31% mengatakan bahwa mereka “sangat ingin tahu.”

Keingintahuan itu melonjak, meski ada penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu diakibatkan pandemi COVID-19.

“Bagi mereka, mereka tahu bagaimana menemukan apa yang mereka cari di dalam Alkitab, tetapi di mana mereka ditantang adalah bagaimana menghidupi iman yang alkitabiah melalui pelayanan kepada orang lain dan penyembahan dengan orang lain.”

Meskipun survei ini dilakukan di Amerika, tidak menutup kemungkinan bahwa di Indonesia sendiri ternyata juga sama. Alkitab berkata bahwa di akhir zaman nanti, orang-orang mulai tidak mempedulikan agama dan kasih akan sulit ditemui. Mari didik anak-anak kita untuk mengenal Kristus, karena jika bukan kita yang memuridkan mereka, maka dunia yang akan memuridkan mereka.

Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.
2 Timotius 2:1-4

 

Sumber : christianpost.com