Tidak banyak yang tahu, pada hari Selasa, 11 Mei 2021 lalu terjadi pembunuhan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT di Poso.

Sebelumnya, kelompok teroris ini bertanggung jawab atas pembunuhan satu keluarga yang merupakan pelayan Gereja Bala Keselamatan di Sigi pada bulan Desember tahun lalu. Kali ini mereka membunuh empat orang petani di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

“Tidak ada luka tembak, hanya luka akibat senjata tajam,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Komisaris Besar, Didik Supranato. “Dari keterangan saksi, yang memimpin kelompok teror ini adalah Qatar, salah satu DPO (Daftar Pencarian Orang).”

Menurut saksi yang berhasil melarikan diri, mereka didatangi oleh lima orang tak dikenal, kemudian membunuh para petani tersebut dan mengambil uang serta barang lain milik korban. Keempat korban ditemukan di dua lokasi berbeda di perkebunan kopi di Desa Kalimago.

Saat ini TNI dan kepolisian berjaga di lokasi dan mengimbau agar warga tidak panik, namun tetap waspada. Adapun lokasi pembunuhan berjarak 2 kilometer dari perkampungan warga.

“Tindakan kekejian yang dipertontonkan para teroris MIT di tengah bulan suci Ramadan, serta di situasi pandemi COVID-19 menunjukkan watak dan perilaku para teroris yang sama sekali tidak memiliki nilai-nilai agama serta tidak memiliki nurani kemanusiaan,” kata Deputi V Kantor Staf Kepresidenan, Jaleswati Pramodhawardani. Jaleswari juga memastikan aparat keamanan akan mengejar kelompok teroris tersebut.

Para pendeta dari Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Klasis Napu Kabupaten Poso memberikan pelayanan rohani berupa trauma healing kepada seluruh korban.

Tentu keluarga korban diliputi perasaan duka mendalam. Bahkan tidak hanya perasaan duka, namun juga trauma dan kekhawatiran terkait pembantaian yang terjadi terhadap anggota keluarganya.

“Sudah tentu dengan kejadian ini membuat warga di sana trauma, begitu juga keluarganya. Makanya kami terpanggil untuk datang ke sana memberikan pelayanan,” ucap Pendeta Thomas Tontosi, dilansir oleh Kumparan, pada hari Minggu, 16 Mei 2021.

Para pendeta GKST meminta pemerintah untuk menjamin keamanan dan perlindungan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

“Kami menyadari, mungkin aparat kita terbatas. Mereka tidak mungkin ada di setiap sudut, namun jangan sampai kejadian ini membuat nilai kebangsaan kita tercabik-cabik. Saya kira kami masih percaya kepada aparat keamanan,” ungkap Pendeta Thomas.

Persekutuan Gereja-gereja Indonesia atau PGI juga turut mendesak pemerintah dan aparat keamanan untuk meningkatkan upaya mengejar kelompok teroris MIT ini, sebab ini sudah kejadian kedua terjadi di Sulawesi. Mereka juga turut mengucapkan bela sungkawa terhadap keluarga dan kerabat yang ditinggalkan.

PGI juga mengimbau masyarakat setempat untuk tetap waspada, sekaligus memberi dukungan terhadap upaya pemerintah yang menangani kasus ini. PGI berharap seluruh elemen masyarakat dapat bersikap proaktif melawan gerakan ekstremisme yang melegalkan cara-cara kekerasan dan teror.

“Kami terus mendoakan dan mendukung semua langkah dan upaya pemerintah untuk memelihara keamanan dan ketentraman masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bebas dari aksi teror dan ekstremisme,” kata PGI di akhir suratnya.

Saat ini, teroris MIT yang dipimpin oleh Ali Kalora dan anggotanya masih menjadi buronan pemerintah.

Pada 5 April 2021 kemarin, Polri mengumumkan perpanjangan masa tugas Satuan Tugas Madago Raya yang bertanggung jawab mengejar kelompok teroris Ali Kalora. Satgas Madago Raya sebelumnya bernama Tinombala dibentuk untuk melumpuhkan dan menangkap jaringan teroris MIT yang dipimpin Santoso. Namun Santoso telah tewas dalam baku tembak pada 18 Juli 2016 dan digantikan oleh Ali Kalora. Satgas ini merupakan gabungan pasukan Polri dan TNI untuk meringkus sisa-sisa teroris MIT di Poso.

Mari berdoa agar keluarga korban dapat dikuatkan dan dipulihkan dari trauma. Juga agar masyarakat Poso mendapat perlindungan Tuhan dan dijauhkan dari segala tindakan kejahatan, serta pemerintah dan aparat keamanan diberikan hikmat dan kekuatan untuk mengejar kelompok teroris.

 

Sumber : berbagai sumber