Amsal 19:11 “Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.”

 

Orang yang terluka menyakiti orang lain.

Ketika seseorang menyakiti kita, itu karena mereka pernah tersakiti. Orang yang tidak baik, tidak merasakan kebaikan. Orang yang tidak mengasihi, merasa tidak dikasihi. Ketika seseorang bertindak kasar, kepahitan, jahat, sarkastik, kejam, atau arogan, sesungguhnya mereka sedang berteriak lewat tingkah laku mereka, “Saya terluka! Saya butuh dosis besar cinta! Saya merasa tidak aman!” Orang yang merasa aman dan dikasihi tidak bertingkah laku seperti itu.

Orang yang merasa sangat dikasihi dan tidak khawatir, punya banyak kemurahan hati dan ramah terhadap orang lain.

Lalu, bagaimana seharusnya kita menanggapi ketika seseorang menyakiti kita?

Bagi banyak orang, respons yang langsung mereka tunjukkan ialah marah. Ini anggapan yang dipercaya banyak orang: Dalam hidup, kita hanya punya satu set jumlah amarah. Saat “ember” kemarahan itu sudah penuh, kita perlu membuangnya, kita perlu mengeluarkan amarah kita. Nah, ketika ember itu kosong, itu melepaskan stres kita. Apabila kita percaya itu, maka kita akan bergumul dengan kemarahan sepanjang hidup kita.

Kenyataannya, kita bukan hanya memiliki satu ember amarah, kita memiliki satu pabrik amarah! Pabrik itu dapat terus memproduksi amarah, lagi dan lagi. Ketika kita mengeluarkan amarah yang ada, maka semakin banyak amarah yang tercipta. Semakin banyak amarah yang kita lontarkan, semakin besar amarah kita.

Penelitian demi penelitian memperlihatkan bahwa kecaman hanya menciptakan lebih banyak kecaman. Ledakan amarah menyebabkan lebih banyak amarah, dan kemudian menjadi sebuah kebiasaan. Oleh karena itu, janganlah mengeluarkan amarah kita, karena ember kemarahan itu akan terus terisi.

Jadi sebaliknya, kita harus merelakannya. Jika tujuan kita adalah untuk membalas, itu artinya kita tidak lebih baik dari lawan kita. Agar dapat merespons dengan bijak, maklumi kesalahan orang lain.

Ketika seseorang menyakiti kita, maka kita punya pilihan. Kita bisa menanggapinya dengan kemarahan yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak kemarahan, atau kita dapat menanggapi dengan hikmat dan kasih serta mengabaikan kesalahan dan membalas kejahatan dengan kebaikan.

Maafkan kata-kata seseorang, dan lihat rasa sakit mereka di baliknya. Berikan mereka kasih dan kesabaran.

Tuhan Yesus memberkati.

 

Sumber : percayasaja.com | JFS