Setiap kita memiliki luka, bisa luka dari orang tua, saudara, teman dan lain sebagainya. Ada  hal yang menentukan luka itu serius atau tidak, yaitu Berapa lama luka itu diberikan, Sedalam apa luka, dan siapa yang memberikan luka. Jika kita tergores pisau berkali-kali, luka itu lebih serius dari pada luka tergores pisau sekali. Apakah kita hanya tergores? Ataukah kita tertusuk? Tingkat keseriusannya berbeda. Luka karena pisau dapur dengan luka karena gergaji juga berbeda tingkat keseriusannya.

Lalu bagaimana kita dapat pulih dari luka? Ada 4 tahap pemulihan yang harus kita lewati :

Crisis (Krisis)

Untuk mengalami pemulihan, kita perlu mengalami sebuah momentum kita terguncang oleh suatu kejadian yang membuat kita sadar bahwa ada yang salah dari dalam diri kita. Momen krisis adalah salah satu cara Tuhan untuk menyadarkan kita. Momen ini bisa dari KKR, dari ibadah retreat, bahkan melalui setiap kejadian sehari-hari dalam hidup kita.

Ada 3 respon yang dapat kita di tahap krisis ini, yaitu denial (mengingkari), ignorant (tidak peduli) dan confess (mengakui). Hanya jika kita mau confess yang dapat membawa kita ke tingkat selanjutnya.

  1. Denial (Mengingkari)

    Kita bisa marah ketika kita menyadari ada yang salah dalam diri kita dan tidak mau mengakuinya sebagai sebuah kelemahan. Saul adalah salah satu contoh tokoh yang menolak mengakui bahwa ia memiliki kelemahan, sehingga akhirnya ia ditolak oleh Tuhan.

  2. Ignorant (Tidak peduli)

    Ada yang ia tahu bahwa ia memiliki kelemahan dan menerimanya, namun ia tidak berusaha untuk pulih. Ia tetap di dalam luka-lukanya, tetap dalam kelemahan dirinya. Tidak ada keinginan dalam dirinya untuk berubah.

  3. Confess (Mengakui)

    Hanya mereka yang memberikan respon ini yang akan lanjut ke tahap selanjutnya, yaitu mengakui bahwa ia memiliki kelemahan dan memerlukan pemulihan.

Confess (Mengakui)

Tanpa ada kesadaran, tidak ada pengakuan. Pengakuan adalah tahap yang sering dilewati oleh anak-anak Tuhan, padahal pengakuan sangat penting. Pengakuan berarti kita merendahkan diri kita mengakui bahwa kita memiliki kelemahan. Proses ini adalah proses di mana Tuhan membentuk kerendahan hati anak-anakNya. Karena hanya orang yang rendah hati yang mau mengakui bahwa ia memiliki kelemahan dan hanya orang yang rendah hati yang mau meminta tolong.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
Matius 11 : 28

Saul adalah orang yang angkuh. Ia tidak mau dengan rendah hati meminta kepada Samuel, tetapi sibuk menyalahkan orang-orang dan mencari pembenaran atas perbuatan yang dilakukannya. Akibatnya Saul tidak dapat pulih dan ia jatuh akibat buah-buah dari luka yang dimilikinya.

Commit (Komitmen)

Pemulihan memerlukan komitmen. Orang yang tidak mau komitmen, ia tidak akan benar-benar pulih. Komitmen sangat diperlukan di dalam masa-masa sulit, di mana kita ingin menyerah, kita ingin berhenti. Orang yang sakit dan mau sembuh, harus rutin minum obat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam proses pemulihannya. Jika ia malas minum obat, tidak mau rutin mengikuti setiap proses pemulihan, ia akan sulit untuk sembuh.

Kita membutuhkan komitmen dengan Tuhan, komunitas dan pembimbing rohani atau mentor.

1. Komitmen dengan Tuhan

Dalam hubungan dengan Tuhan juga diperlukan komitmen. Jika seseorang mengatakan bahwa ia mau pulih, tetapi tidak mau memiliki hubungan dengan Tuhan, artinya seseorang tidak serius untuk mau sembuh. Komitmen adalah bukti bahwa ia serius. Jika ia tidak mau komitmen, artinya ia tidak benar-benar serius.

2. Komitmen dalam komunitas

Tuhan memulihkan luka melalui hubungan dengan sesama, yaitu dalam komunitas yang hidup bergaul dengan Tuhan. Ada pembimbing atau saudara-saudara rohani yang menegur dan mengingatkan kita.

Komunitas akan “mengoperasi” luka kita. Kita mungin akan mengalami sakit karena teguran mentor atau saudara-saudara rohani, tetapi itu akan memulihkan kita. Ketika luka itu diberi obat, tentu kita akan mengalami sakit dan perih, tetapi itu menyembuhkan kita. Ada orang-orang yang tidak tahan dengan perih yang menyembuhkan ini dan memilih untuk mundur dan pergi, sehingga sampai kapanpun ia tidak akan pulih.

Komitmen dalam komunitas artinya tertanam dalam komunitas. Komunitas bukan sebagai pajangan, tetapi sebagai penjaga. Ada kehidupan “saling” di sana, saling membangun, saling menopang, saling menguatkan, saling memulihkan.

3. Komitmen dengan pembimbing atau mentor.

Setiap kita harus memiliki pembimbing atau mentor. Tuhan memulihkan kita melalui pembimbing atau mentor. Tidak perlu mencari orang yang hebat dan terkenal untuk menjadi pembimbing atau mentor kita. Cukup orang yang selangkah atau dua langkah lebih dulu di depan kita untuk membantu membimbing kita dalam menjalani proses penyembuhan.

4. Komitmen untuk melayani dan mementori orang lain

Banyak orang berpikir bahwa hanya orang-orang yang sudah sembuh yang bisa melayani dan membimbing orang lain. Sebenarnya, melayani dan membimbing atau mementori orang lain adalah bagian dari proses pemulihan kita.

Jika kita memiliki beban anak rohani yang kita bimbing, kita akan lebih tertantang untuk memiliki kehidupan doa dan mempelajari Firman Tuhan lebih lagi. Dan jika kita mulai mengurusi masalah-masalah dan ulah-ulah mereka, kita akan berkaca pada diri kita sendiri. Bahkan anak-anak rohani yang kita bimbing dapat membuka pikiran-pikiran kita terhadap sesuatu yang belum kita ketahui.

Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Amsal 27:17

Cooperation (Kerjasama)

Pemulihan membutuhkan kerjasama dari diri sendiri. Pemulihan ada proses kerjasama antara Tuhan dengan manusia. Kita mungkin sudah melakukan tahap-tahap sebelumnya, tetapi kita tidak kunjung pulih, mungkin karena kita belum bekerja sama dengan baik.

Orang yang mau dipulihkan, orang yang dibimbing harus bekerja lebih keras. Kita akan pulih kalau kita mengerjakan tanggung jawab kita. Tidak ada pemulihan tanpa tanggung jawab. Jangan meminta mentor atau pembimbing kita untuk bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan karena mereka tidak bertanggung jawab untuk apa yang kita lakukan.

Ketika seorang dokter memberi obat kepada pasien untuk sembuh, tidak mungkin dokter mengambil alih meminum obatnya dan pasiennya yang sembuh. Harus kerjasama dari pasien untuk sembuh dengan berkomitmen meminum obatnya.

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28

Kita tidak bisa pulih tanpa Tuhan terlibat, tetapi kita juga tidak bisa pulih tanpa kerjasama dari kita. Kata turut bekerja artinya bekerjasama. Tidak bisa jika Tuhan saja atau kita saja. Tuhan yang memimpin dan membimbing, tetapi kita juga harus “bekerja” dengan mengikutinya. Kita harus keluar dari rasa manja dan rasa malas kita untuk kita bisa pulih.

4 tahap di atas memerlukan satu pengikat agar semuanya dapat berhasil, yaitu :

Christ Centered (Berpusat Kepada Kristus)

Ilmu apapun, walaupun bagus dan bermanfaat, mereka terbatas. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Kita bisa memulihkan kondisi tubuh kita dengan minum obat dan vitamin. Kita bisa memulihkan jiwa dengan berkunjung ke psikolog. Tetapi hanya Tuhan dan kebenaranNya yang bisa memulihkan secara utuh, yaitu tubuh, jiwa dan roh.

Kesembuhan tidak terfokus pada diri sendiri (self centered). Banyak orang yang ingin tidak sakit, tetapi tidak merasa sakit bukan berarti ia sudah sembuh. Namun jika ia sudah sembuh, ia pasti tidak merasa sakit. Ada orang-orang yang sudah mati rasa, karena sudah bertubi-tubi luka yang diterimanya.

Jika fokusnya pada diri sendiri, ia hanya tidak merasa sakit. Namun bukan itu tujuan dari dimerdekakan, sembuh dari luka. Tujuan dari dimerdekakan adalah agar kita menjadi dewasa dan serupa dengan Kristus.

Kristus di dalam kita memberikan kasih karunia untuk kita bisa pulih dan bebas. Kasih karunia harus kita alami secara pribadi dan menjadi sebuah sistem operasi dalam pikiran kita, sehingga ketika kita dilukai lagi, itu tidak membuahkan apa-apa.

Sumber : Ferry Felani | Ren