Layanan Streaming Netflix terus mendapatkan kritikan setelah merilis film kontroversi “Cuties”. yang digarap seorang sutradara Perancis, Maïmouna Doucouré. Film Cuties menampilkan gadis-gadis di bawah umur dalam pose-pose dewasa yang menjurus ke arah seksual dengan pakaian terbuka.

Setelah poster ini dirilis, sejumlah kritikan dilayangkan kepada Netflix yang membuat mereka menarik poster tersebut dan mengatakan bahwa penggambaran tersebut tidak mewakili konten film. Dan ternyata, Netflix benar : film tersebut jauh lebih buruk daripada posternya.

“Ini adalah pronografi anak,” tulis Jason Howerton, seorang tokoh media konservatif yang juga seorang ayah, setelah melihat cuplikan seorang gadis berusia 11 tahun menunjukkan tarian dengan gerakan erotis. “Aku sangat marah.”

Deskripsi yang diberikan Howerton bukan tindakan melebih-lebihkan. Hal ini didukung oleh panduan orang tua dalam website IMDb. Website tersebut menyatakan bahwa konten seks dalam film tersebut “parah.”

“Dalam salah satu dari banyak adegan tarian erotis [dan], tarian yang sangat erotis, yang sengaja mengeksploitasi [dan] menunjukkan banyak gadis di bawah umur berpakaian minim, salah satu penari cilik perempuan mengangkat pakaian cropped top-nya untuk menampilkan dada telanjangnya,” tulis peringatan orang tua dalam website tersebut. “Ini secara hukum didefinisikan sebagai pedofilia dan bisa sangat mengganggu orang-orang yang melihatnya.”

Film Cuties memang mendapat rating dewasa atau ditujukan untuk usia delapan belas tahun ke atas meskipun menceritakan gadis-gadis dibawah umur.

Seorang warganet menanggapi film Cuties sebagai pedofilia.

“Poster tersebut merupakan penggambaran dari keseluruhan film, yang mendorong gadis-gadis pra-puber untuk mengeksplorasi “seksualitas” mereka dan bertindak secara seksual. Film ini merupakan pornografi ringan pedofilia,” tutur seorang warganet.

“Poster bukanlah satu-satunya hal yang salah. Bagaimana film ini dinilai TV-MA tetapi menampilkan anak di bawah umur? Juga, bukankah keseluruhan premis dari film sangat mengganggu? Kalian harus membatalkan seluruh film,” tambah warganet lain.

Sebuah petisi untuk menghentikan film Cuties telah mendapat 400.000 lebih tanda tangan, namun belum ada tanggapan dari pihak Netflix mengenai hal ini.

Sang sutradara, Maïmouna Doucouré, angkat bicara mengenai film garapannya yang menjadi kontroversi. Ia menyatakan bahwa film yang dibuatnya tersebut telah melalui riset selama kurang lebih satu setengah tahun dan ada pesan kuat dibalik film tersebut.

“Pesan utama dari film ini adalah bahwa gadis-gadis ini harus memiliki waktu untuk menjadi anak-anak, menikmati masa kecil mereka, dan memiliki waktu untuk memilih siapa yang mereka inginkan ketika mereka dewasa. Kita dapat mengatur di antara budaya-budaya ini dan memilih, untuk berkembang menjadi diri sendiri, terlepas dari apa yang didikte media sosial,” kata perempuan 35 tahun tersebut, seperti yang tertulis pada Deadline, Sabtu, 12 September 2020.

Doucouré melihat bahwa media sosial menjadi wadah untuk bertukar informasi sekaligus dapat mengubah cara pandang kaum muda tentang cinta dan harga diri.

“Gadis remaja melihat gambar wanita menjadi obyek. Semakin wanita menjadi obyek, semakin banyak pengikut dan like yang ia miliki. Mereka menjadikan hal tersebut sebagai panutan dan mencoba meniru wanita-wanita ini, tetapi mereka belum cukup dewasa untuk mengerti apa yang mereka lakukan,” tambahnya.

Film Cuties sendiri di Perancis mendapat respon positif. Namun, sejak rilis di Amerika Serikat, perilisan film ini menjadi tidak mulus karena banyak mendapat kecaman. Meskipun begitu, ia berharap bahwa orang-orang yang menonton dapat melihat film ini dari sudut pandang yang berbeda.

“Aku berharap mereka mengerti bahwa sebenarnya kita berada di pihak yang sama. Jika kita bergabung, kita dapat membuat perubahan besar di dunia ini,” kata Doucouré.

Cuties adalah sebuah film dengan dua sisi yang berbeda.

Jika dilihat dari sisi sang sutradara, ia ingin menyampaikan bahaya media sosial terhadap gadis-gadis remaja yang menjadi dewasa sebelum waktunya. Namun, dari sisi yang lain, tidak dapat dipungkiri jika film ini dapat menjadi sasaran para phedofilia.

Banyak film yang membenarkan keberadaan mereka dengan mengatakan bahwa mereka membawa pesan moral. Namun satu hal yang harus kita ingat bahwa menyampaikan pesan tidak harus dengan melawan moral. Menginjili orang-orang berdosa, kita tidak harus menjadi berdosa dulu, seperti Yesus yang tetap kudus dan tidak berdosa meskipun menginjili orang berdosa.

 

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com