Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3)
Kita mengenal istilah toxic, bahkan mudah bagi kita untuk menyebutkan orang-orang yang toxic di sekitar kita. Namun secara tidak sadar, ternyata kita sendiri juga memiliki perilaku toxic yang tidak kita sadari bahwa itu adalah perilaku toxic. Lebih mudah bagi kita untuk menunjuk seseorang sebagai seorang yang toxic daripada mengakui diri kita sendiri adalah toxic. Perilaku toxic, bagaimapun melukai hati orang-orang di sekitar kita. Mungkin ketika seseorang melakukannya, kita pun juga terluka.
Apa contoh perilaku toxic yang secara tak sadar kita miliki?
“Sudah sudah, nggak usah nangis… Sabar aja jadi orang…”
Sering kan mendengar kalimat seperti ini? Mungkin tidak bermaksud menyakiti, tetapi sebenarnya kita telah meremehkan rasa sakit orang lain. Rasa sakit untuk setiap orang berbeda, sesuatu yang tidak menyakitkan bagi kamu, mungkin saja berbeda baginya.
Ketika seseorang menangis, biarkan ia menangis dan meluapkan emosinya dan rasa sakitnya. Coba berempatilah kepada mereka, tak perlu memberi nasihat jika mereka tidak meminta. Terkadang seseorang hanya butuh dihibur dan didengarkan.
“Warna lipstik kamu nggak cocok sama warna kulit sama bajumu. Kamu coba deh pakai sunscreen biar kulitmu bisa lebih cerah. Apalagi badan kamu tu agak besar, kurang cocok pakai baju warna cerah. Kamu diet deh, nggak bagus juga loh buat kesehatanmu”
Tidak ada orang yang senang dikritik, apalagi secara terus menerus, tanpa melihat keadaan sekeliling. Kita sangat mudah untuk mencari kekurangan dan kesalahan orang lain. Mungkin kita berpikir bahwa kita sedang membantu dan memberikannya solusi, tetapi belum tentu ia merasa demikian. Apalagi kalau kita selalu memberikan kritik setiap kali bertemu, ia akan merasa tak nyaman dan bisa jadi akan menghindari pertemuan bersamamu.
Apa yang kita pikirkan tidak selalu baik dan dapat diterima oleh orang lain. Selama tidak menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan, selama bukan dosa, jangan memaksakan kritik dan saranmu untuk mereka lakukan. Jika memang ingin memberikan saran, sampaikan dengan baik dan tidak perlu selalu menyampaikannya setiap bertemu. Orang akan dapat menjadi tak nyaman.
Keinginan untuk memperbaiki segalanya
Ada beberapa orang yang dikaruniai kemampuan untuk memecahkan masalah. Namun orang lain bukanlah pekerjaan kita di mana kita bertanggung jawab atas kehidupan mereka, seperti selalu berusaha turut campur memperbaiki seseorang atau masalah seseorang. Orang tua tanpa sadar turun selalu turun tangan membantu masalah-masalah yang dihadapi anak. Jika masalah belum selesai, menjadi buah pikiran yang tanpa henti. Padahal anak-anak mereka sudah dewasa dan sudah mampu untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Tidak ada saat dibutuhkan, tetapi menuntut orang lain selalu ada
Ketika kamu sedang mengalami kesulitan, orang lain ada di sampingmu untuk mendukung dan memberikan bantuan. Tetapi ketika orang lain membutuhkan bantuanmu, kamu justru tidak ada di tempat, atau bahkan enggan memberikan bantuan. Bukan berarti bantuan yang diberikan adalah sebuah transaksional, tetapi usahakan memberi bantuan semampumu. Tanyakan kebutuhan mereka, mungkin mereka tidak membutuhkan bantuan besar, cukup didengarkan saja. Mungkin dengan hal-hal sederhana seperti itu justru sangat berarti bagi mereka.
Apakah kita memiliki perilaku seperti di atas? Itu adalah hal-hal yang tanpa sadar membuat orang lain terluka dan tak nyaman. Mari kita memperbaiki diri dan mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri kita.
Sumber : percayasaja.com