“Hmm, pingin deh punya uang banyak, bisa beli ini dan itu,”

padahal sehari-hari bisa makan di cafe dan meminum minuman kopi kekinian.

Pernahkah kamu menjumpai situasi tersebut, entah saudara, teman, atau mendengar orang yang tidak kamu kenal sekalipun? Atau bahkan kamu sendiri adalah pelakunya?

Ada seorang supir yang menyampaikan keinginannya untuk punya anak kepada penumpangnya. Ia dan istrinya sedang berusaha keras untuk hal tersebut, walaupun kemungkinannya sangat kecil karena usia yang sudah tidak lagi muda. Penumpang tersebut dengan bijaksana berkata bahwa yang penting adalah bahagia dalam pernikahan dan pernikahan yang bahagia tidak selalu memiliki anak.

Banyak orang yang mengeluh tentang apa yang tidak dipunyai, tetapi lupa membuat daftar panjang dari tentang apa yang ia punyai.

Supir tadi memang tidak punya anak, tetapi ia memiliki waktu dan uang yang lebih untuk pergi berlibur berdua dengan istri yang dirindukan oleh para ayah. Mungkin tidak memiliki orangtua yang mencintai dan sibuk dengan pekerjaan, tetapi ada teman-teman yang setia memperhatikan. Mungkin tidak memiliki mobil untuk berkendara, tetapi masih memiliki uang untuk naik kendaraan umum, sementara orang lain harus berjalan kaki sangat jauh karena tidak memiliki uang. Mari fokus dengan apa yang kita miliki dan bersyukur atasnya, daripada memikirkan apa yang tidak dipunyai.

“Tidak punya” sebenarnya bukan ditentukan apa yang ada di dompet atau yang terlihat, tetapi apa yang ada di dalam hati.

Ada orang yang memiliki semuanya, tetapi tetap merasa “tidak punya” karena hatinya kosong, tidak punya ucapan syukur. Apakah hidup kita didikte oleh rasa “tidak punya?” dan tertekan karena hal tersebut.

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
1 Tesalonika 5:18

Alkitab menyuruh kita untuk selalu mengucap syukur dalam segala hal. Tanpa ucapan syukur, segala hal yang kita miliki hanya akan terasa kosong dan tidak bernilai. Daripada mencari hal yang tidak bisa dimiliki, lebih baik mencari makna hidup yang bisa membuatmu merasa punya segalanya. Kalau kita tidak bisa bersyukur dengan hal-hal yang kita miliki, bagaimana Tuhan akan menaikkan level kita dengan memberi lebih banyak? Plato berkata, “kekayaan terbesar adalah merasa puas dengan yang sedikit.”

 

Sumber : Esther Idayanti | percayasaja.com