Ada dua hal yang mirip, namun sebenarnya berbeda. “Menjadi yang terbaik” dan “melakukan yang terbaik” adalah dua hal yang seringkali disamakan, padahal sebenarnya memiliki makna yang berbeda.

“Menjadi yang terbaik” akan mendorong seseorang memiliki ambisi untuk menjadi yang nomor satu dan mengalahkan orang lain, misalnya menjadi juara satu, meraih jabatan tertinggi, dan lain sebagainya.

Seseorang yang selalu ingin “menjadi yang terbaik” akan memandang hidup sebagai sebuah pertandingan yang harus dimenangkan.

Ia tidak boleh kalah dan tidak menerima ada orang lain yang berada di atasnya. Tidak heran kalau ia akan selalu merasa stres dan khawatir. Apalagi di zaman media sosial seperti saat ini, di mana orang senantiasa membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain. Sulit untuk menetapkan batas di mana ambisi perlu berhenti.

Sementara “melakukan yang terbaik” tidak mengharusan kita menjadi nomor satu.

Kita tidak bertanding dengan orang lain menggunakan ukuran yang diatur oleh dunia, melainkan menetapkan ukuran bagi diri sendiri, yaitu yang terbaik dari diri kita sendiri. Kita tidak berusaha menang dan menjadi lebih sukses dari yang lain, melainkan bertanding dengan diri sendiri untuk menjadi lebih barik dari hari kemarin. Karena bukan sebuah pertandingan, maka hati kita tidak selalu berdegup kencang untuk lari. Kita tidak akan resah bila ada orang lain di depan kita. Tidak hanya itu, kita bisa saja menghalalkan segala cara untuk menjadi yang nomor satu.

Dalam kehidupan ini, sebenarnya kita tidak sedang bertanding, melainkan melayani

Jika kita memandang hidup ini sebagai pertandingan, maka kita selalu berupaya untuk menjadi nomor satu. Tetapi bila kita memandang kehidupan sebagai pengabdian, sebagai seorang hamba, dengan Tuhan yang menjadi “tuan” kita, kita akan berupaya melakukan yang terbaik sesuai dengan ukuranNya dan untuk menyenangkanNya. Setiap kita berada di dunia ini karena ada tujuan dan tugas yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap kita. Apa yang sebenarnya menjadi panggilan kita, yang Tuhan sudah rencanakan bagi setiap kita? Sudahkah kita mengoptimalkan apa yang sudah Tuhan investasikan dalam hidup kita, baik itu waktu, kekayaan, kepandaian, karir dan lain-lain.

Jadikan hidup kita sebagai sebuah pengabdian, bukan pertandingan. Selalu melakukan yang terbaik, bukan menjadi yang terbaik.

Sumber : Esther Idayanti | percayasaja.com