“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”” (Yohanes 8:12).

Ketika Yesus berkata , “Akulah terang dunia,” Ia mendefinisikan diri-Nya. Maksud perkataan-Nya adalah, “Aku tahu siapa Aku.” Yesus mendeskripsikan diri-Nya sebagai pintu, roti hidup, jalan, kebenaran, kebangkitan, dan hidup. Berulang-ulang kali Yesus mendefinisikan diri-Nya sendiri. Yesus tahu siapa Dia, dan oleh karena itulah, Yesus tidak berada di bawah tekanan. Inilah prinsip identitas. Selama kita tidak yakin dengan jati diri kita, maka kita akan terdorong masuk ke dalam cetakan orang lain. Mereka akan memanipulasi kita. Mereka akan berusaha membuat kita menjadi seperti ekspektasi mereka, daripada seperti apa yang Tuhan mau.

Salah satu penyebab utama stres yaitu akibat dari mencoba menjadi orang lain, bukan diri kita sendiri.

Ketika kita takut seseorang akan mengetahui siapa jati diri kita sesungguhnya dan bahwa kita tidak bisa terus mengimbangi mereka, itu menyebabkan stres. Satu-satunya cara kita dapat mengimbangi tekanan eksternal adalah dengan memiliki rasa puas di dalam diri kita, akan siapa diri kita dan apa yang menjadi kehendak Tuhan atas kita. Alkitab mengatakan bahwa kita diciptakan oleh Allah.

Kita sangat dikasihi Allah. Kita diterima-Nya apa adanya. Dia punya rencana untuk hidup kita. Sampai kita menyelesaikan masalah identitas kita itu, maka kita akan merasa tidak aman dan kita akan tertekan oleh stres. Kita tidak dapat melayani orang lain sebelum kita menyelesaikan masalah ini.

Yesus terus-menerus melakukan hal-hal yang mengejutkan semua orang. Dia menempatkan diri-Nya di bawah orang lain dan melayani mereka. Tidak ada satu pun dari murid-Nya yang terpikir untuk saling membasuh kaki mereka di Ruang Atas karena rasa tidak aman mereka. Namun Yesus selalu melayani dari posisi yang kuat. Dia tahu siapa Dia dan siapa pemilik Dia, maka tidak ada masalah bagi Yesus menurunkan diri-Nya sendiri untuk melayani mereka.

Pelayanan datang dari bagaimana kita menghargai diri kita. Apabila kita belum mengatasi rasa tidak aman kita dan merasa aman dengan diri kita sendiri, maka kita akan enggan membantu orang lain. Kita harus merasa aman dengan diri kita ada di tangan Pemilik hidup kita, agar kita dapat dengan efektif melayani orang lain.

Kita akan mendapati pemahaman siapa diri kita dengan mengetahui siapa Pemilik kita.

Tuhan Yesus memberkati.

 

Sumber : percayasaja.com | JFS