Kalau kita pergi ke mall dan melihat pasangan lawan jenis bergandengan tangan saat di elevator, kira-kira apa sih hal pertama yang selalu terlintas di pikiran kamu?

A. “Pasti mereka pacaran”
B. “Kayaknya mereka ada hubungan deh
C. “Yakin temenan doang tuh?”
D. Cuek aja
E. Makan cimol

Lebih dari setengah juta umat manusia cenderung memilih opsi A. Mungkin kamu juga. Zaman sekarang hal yang seperti itu adalah hal yang sangat wajar. Tak jarang kita juga menemukan pasangan kekasih yang melakukan tindakan mesra lebih dari itu. Semak belukar dan pohon beringin bukan lagi menjadi spot favorit bagi pasangan yang masih malu-malu untuk melakukan tindakan intim. Bahkan, pasangan dapat bebas berciuman mesra di pinggir kanal di Amsterdam! Ngeri sekali, bukan? Jangan salah, lho. Di Indonesia juga banyak pasangan yang melakukan tindakan di luar batas. Untuk remaja yang tinggal di perkotaan, hal itu bukan menjadi masalah. Budaya Barat begitu mendominasi gaya hidup anak muda zaman sekarang. Batasan-batasan tentang bagaimana memperlakukan pasangan secara bijaksana pun semakin longgar. Sudahkah kita sadar bahwa ini adalah sebuah masalah yang sangat serius? Atau apakah kita bersikap apatis ketika melihat muda mudi yang seharusnya memiliki potensi untuk memajukan bangsa, justru menjadi generasi yang sebaliknya?

Sebagai anak Tuhan, kita selalu diingatkan tentang satu hal ini: kekudusan. Banyak anak muda yang menurunkan standar-standar kekudusan dalam berhubungan dengan lawan jenis. Mereka berkata, “Ah! Kita ‘kan cuma gandengan tangan.” atau “Di Alkitab gak pernah ditulis kalau pergi kencan gak boleh pulang sampai larut malam.” Ya, memang benar. Tetapi Alkitab mencatat demikian, “Marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah.[2 Korintus 7:1b] dan “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.[Ibrani 12:14]

Di dalam kekudusan tidak ada negosiasi dan kompromi.

Tentunya Allah tidak membenarkan gaya pacaran yang tidak sehat dan tidak kudus. Ketika seseorang memulai hubungan yang serius dengan lawan jenis tanpa adanya motivasi yang benar—hanya menuruti hawa nafsu—tidak lama hubungan itu akan menimbulkan banyak masalah yang fatal. Hamil di luar nikah, mendapat pasangan yang senang selingkuh, kasar, posesif yang berlebihan tentunya bukan menjadi list perjalanan cinta yang kita ingini, bukan? Justru kita semua mendambakan kisah cinta yang romantis dan penuh kasih. Terlebih Yesus yang merindukan kita untuk mempunyai pendamping yang tepat sesuai dengan rencana-Nya. Tetapi sebelum itu, kita harus memberikan diri untuk dipulihkan dari luka-luka masa lalu, gambar diri, dan yang paling penting mencintai Tuhan di atas segalanya. Sehingga ketika kita memiliki pasangan, hati kita tetap condong kepada Yesus dan menjaga kekudusan menjadi dasar untuk menjalankan suatu hubungan yang sehat. Belum mendapat pasangan pun kita tetap merasa aman dan damai karena hanya Yesus yang kita cintai. Tidak semua orang mengerti hal ini. Banyak sekali pasangan muda yang menuruti nafsu daging dan menghalalkan segala cara. Apalagi mood anak remaja belum stabil. Mereka masih dikendalikan oleh situasi dan kondisi, sehingga belum bisa berpikir secara dewasa.

Kasih itu yang membuat kita memiliki tujuan hidup dan menikmati panggilan-Nya.

Untuk itu, ada baiknya bila kita memulai suatu hubungan dengan menjalin pertemanan. Bertemanlah sebanyak-banyaknya! Kenali setiap orang dengan benar. Lebih dari itu semua, milikilah kasih yang berasal dari Yesus. Sebab, hanya kasih Yesus yang memampukan kita untuk mengasihi sesama dengan benar. Kasih itu yang membuat kita memiliki tujuan hidup dan menikmati panggilan-Nya. Soal pasangan bukan menjadi masalah. Ada pasangan pun kita bisa tetap berdampak bagi banyak orang. Alangkah indahnya mengejar Kristus bersama pasangan yang juga mencintai Kristus lebih dari segalanya.