Ketika membaca judul di atas, hal apa yang pertama kali muncul dalam benak kita? Berpikir bahwa ikut Tuhan pasti harus menderita kah atau berpikir bahwa Tuhan “jahat” atau mungkin kita malah berpikir bahwa ini baik buat “kedagingan” kita. Saudaraku, sebenarnya di hadapan Tuhan kita adalah makhluk yang “miskin”.

Apa maksudnya menjadi “miskin” dihadapan Allah?

Sesungguhnya apa yang ada pada kita saat ini semuanya bukanlah milik kita. Saat kita datang ke dalam dunia ini, kita datang tidak membawa apa-apa. Begitu juga dengan saat kita meninggalkan dunia ini, kita juga tidak akan membawa apa-apa, bahkan sepeser rupiah pun tidak akan bisa kita bawa saat kita meninggal nanti. Dalam Ayub 14:1-2 dikatakan: “Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan“. Hidup kita di dunia ini hanya sementara. Seringkali pemikiran kita tentang kepemilikan terhadap harta, jabatan, skill, dan semua yang ada di dunia ini membuat kita terikat dan membuat kita lupa akan tujuan kita datang ke dunia ini yang sebenarnya. Sesungguhnya semuanya ini hanyalah sebuah fasilitas atau alat yang diberikan untuk memperlengkapi dan membantu kita dalam mencapai misi kita di dunia ini.

Ada seorang yang menginap di sebuah hotel dengan menyewa sebuah kamar yang lengkap dengan segala perabotannya. Saat orang itu melihat kamar di hotel tersebut, dia merasa tidak nyaman dengan perabotan yang ada di dalamnya. Jadi, orang itu memutuskan untuk mengganti semua perabotan yang ada dalam kamar tersebut sesuai dengan seleranya. Orang itu membeli TV, karpet, tirai, kulkas, sofa, tempat tidur, dan berbagai perabotan yang lainnya. Orang itu tidak sadar kalau dia hanya menginap sementara di hotel tersebut. Orang itu terlalu berfokus pada segala fasilitas yang ada dalam kamar hotel tersebut.

Kita akan menjadi sama seperti orang itu apabila kita tidak sadar bahwa semua yang ada dalam dunia ini hanya bersifat sementara. Kita terlalu berfokus pada apa yang ada dalam dunia ini. Dalam Yohanes 15:19 dikatakan: “Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu”. Kita harus menyadari bahwa kita bukan berasal dari dunia ini.

“Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Lukas 14:33)

Mari kita menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita. Di dalam Ratapan 3:22-24 menurut versi Terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan : “Kasih TUHAN kekal abadi, rahmat-Nya tak pernah habis, selalu baru setiap pagi sungguh, TUHAN setia sekali! TUHAN adalah hartaku satu-satunya. Karena itu, aku berharap kepada-Nya“. Menjadi “miskin” di hadapan Tuhan artinya kita melepaskan segala yang kita miliki di dunia ini dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita. Bila kita lebih takut menjadi miskin dan lebih takut kehilangan harta kita daripada mengikuti kehendakNya, itu artinya kita belum benar-benar mengasihi Dia.

Di dalam Matius 5:3 dikatakan : “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga“. Tapi dunia mengatakan : “Berbahagialah orang yang kaya, karena merekalah yang empunya kerajaan dunia“. Inilah perbedaan yang hakiki antara ajaran Kristus dan ajaran dunia, antara filsafat Kristen dan filsafat dunia. Di dalam Mazmur, Raja Daud seringkali mengatakan bahwa dia miskin di hadapan Tuhan (Mazmur 86:1). Raja Daud tidak terikat dengan jabatan dan harta yang dimilikinya karena dia menyadari bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup memenuhkan hidupnya, bukan yang lain.

Menjadi “miskin” di hadapan Tuhan artinya kita melepaskan segala yang kita miliki di dunia ini dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita

Seringkali saat kita merasa bodoh, tidak kaya dan buruk, kita merasa rendah diri. Padahal, justru Tuhan ingin memakai orang-orang yang menurut dunia ini bodoh,tapi menurut Tuhan tidak. Justru orang-orang yang demikianlah yang hanya memandang dan mengandalkan Tuhan, bukan bersandar pada kepandaian dan kemampuan sendiri. Namun, bukan artinya kita berhenti dan tidak mengembangkan diri kita. Kita adalah anak-anak terang yang memiliki misi ke dunia ini untuk memberitakan KerajaanNya. Jangan biarkan diri kita menjadi orang yang “miskin” dalam karakter yang baik, “miskin” pengetahuan, dan “miskin” dalam skill.

Ada beberapa penyebab “kemiskinan” yang dapat kita pelajari dari Kitab Amsal, yaitu :

  1. Malas

Di dalam Amsal 6:10-11 dikatakan: “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.“Begitu juga di dalam Amsal 10:4 dikatakan: “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya“. Menurut versi Amplified Bible dikatakan: “He becomes poor who works with a slack and idle hand, but the hand of the diligent makes rich“. Slack artinya lalai, lamban, lemah, lelet, dan tidak bersemangat. Baik dalam pekerjaan maupun pelayanan, mari kita belajar untuk tidak menjadi orang yang lamban, lebih cepat dalam menanggapi sesuatu, dan tidak menunda-nunda. Mari kita juga jangan malas untuk belajar hal yang baru. Dengan belajar hal yang baru akan membuat pengetahuan dan skill kita semakin berkembang. Firman Tuhan dalam Matius 11:29 mengatakan : “belajarlah kepadaKu“, itu artinya kita harus belajar dari Tuhan, bukan belajar dari prinsip-prinsip dunia karena prinsip dunia pasti berbeda dengan prinsip Firman Tuhan.

  1. Mengabaikan didikan dan teguran

Di dalam Amsal 13:18 dikatakan: “Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati,artinya jika kita ingin menjadi seorang yang berkenan di hadapan Tuhan kita harus mau dibentuk dan diubahkan. Jangan menjadi orang yang “miskin” dalam karakter yang baik. Ada sebuah kutipan kalimat yang bagus, yaitu : Orang yang memiliki karakter yang baik akan jauh lebih dikenal daripada mereka yang hanya menggunakan barang-barang bermerek. Untuk dapat memiliki karakter yang baik kita tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Kita hanya perlu memperbaiki emosi, memperbaiki kualitas diri, berpikir benar sesuai dengan Firman Allah, dan semakin memperkaya diri kita dengan membangun relasi yang sehat bersama Kristus. Maka semua perkataan, sikap, dan perilaku kita akan berubah menjadi baik.

  1. Mudah tergiur dengan kesenangan sesaat dan “serakah”

Di dalam Amsal 23:21 dikatakan : “Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping“. Orang yang mudah tergiur dengan segala kesenangan duniawi dan memiliki keserakahan pasti akan sangat mudah jatuh miskin.

Mari kita belajar untuk mensyukuri setiap apa yang pada diri kita saat ini, karena di saat itulah sesungguhnya kita justru menjadi orang yang “kaya”.