Home Articles Zoom Menjadi Anak yang Sejati

Menjadi Anak yang Sejati

0
184

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Matius 5:13

Garam adalah sebuah bumbu dapur yang sangat murah dan bisa dipastikan selalu ada di setiap dapur. Orang sering meremehkannya karena harganya yang hanya sekitar Rp. 1000,-/bungkus. Sekalipun sangat murah, banyak orang yang membutuhkannya untuk memberi rasa pada makanan. Tanpa garam, makanan pun menjadi hambar dan tidak enak. Begitulah gambaran “Kasih Karunia” dari Tuhan. Kasih karunia adalah sebuah pemberian yang diberikan cuma-cuma untuk kita. Sayangnya, begitu banyak manusia yang seringkali meremehkan kasih karunia dari Tuhan. Padahal memperoleh kasih karunia adalah sebuah hal berharga. Ketika kita tahu bahwa kesempatan untuk mendapatkannya sangat terbatas, kita akan membayar berapapun harganya untuk memperoleh itu. Karena itu baiklah kita selalu bersyukur akan kasih karunia yang Tuhan berikan pada kita.

Seringkali kita iri dengan orang yang diberi banyak kekayaan padahal mereka tidak mengasihi Tuhan sungguh-sungguh. Sesungguhnya yang ada pada orang itu hanyalah kasih karunia Tuhan, dan kasih karunia hanyalah sebuah “pemberian”. Kita cenderung sibuk dengan aksesoris dunia dan hidup di dalam ketakutan-ketakutan dalam dunia ini; takut tidak mendapatkan jodoh, takut tidak bisa makan, takut dengan penghidupan, dan masih banyak ketakutan lainnya. Kita lupa bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang kaya, Tuhan yang mampu mencukupi segala kebutuhan kita. Kita adalah anak-anak Tuhan, kita berhak mendapatkan lebih dari sekedar pemberian. Tuhan memberikan kasih karunia kepada setiap orang, tetapi hanya anak yang berhak menjadi ahli waris yang mewarisi seluruh kekayaan bapanya. Karena itu, janganlah kita iri ketika ada “pemberian” yang Tuhan berikan kepada orang lain. Sebab pemberian sifatnya hanya situasional. Kita harus percaya bahwa ketika kita menjadi anak, kita mempunyai hak mutlak yaitu warisan dari Bapa yang jauh lebih kekal daripada sebuah pemberian semata.

Apakah kita seorang anak yang sejati? Banyak orang yang juga seringkali berusaha menghibur jiwa mereka dengan lari dari masalah, seperti mereka tidak percaya bahwa Tuhan sanggup menyelesaikan permasalahan mereka. Sebuah hal yang keliru ketika kita hanya berusaha menghibur jiwa kita, tanpa membereskan permasalahan di dalam roh kita. Inilah yang membuat kita menjadi anak-anak “rumah singgah”.

Anak-anak “rumah singgah” hanya akan menjadikan Tuhan sebagai tempat singgah sementara ketika mereka dihadapkan pada masalah. Dan ketika jiwa mereka sudah disegarkan, mereka akan kembali menjadi manusia yang sama seperti yang lalu.  Destiny kita bukanlah menjadi anak-anak “rumah singgah”. Destiny kita adalah menjadi anak-anak Tuhan yang sejati. Bukti bahwa kita anak Tuhan adalah “PERCAYA”. Menjadi anak yang sejati, kita harus percaya penuh pada Bapa kita. Percaya artinya Yesus adalah center dari hidup kita. Dan ketika Yesus adalah pusat dari hidup kita, kita harusnya menjadi orang yang dapat menyatakan kemuliaan Tuhan.

Mari kita renungkan, apakah hidup kita sudah memuliakan nama Tuhan? Ketika hidup kita adalah untuk kemuliaan diri kita sendiri, kita menjadi egois dan akan berpikir bahwa kita lebih baik daripada orang lain. Sedangkan hidup yang memuliakan Tuhan adalah ketika kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri, dan orang lain dapat memuliakan Tuhan dengan memandang hidup kita. Hidup kita sendirilah yang harusnya menceritakan kasih dan kemuliaanNya lewat buah-buah yang kita hasilkan.

Baiklah kita tidak berfokus pada permasalahan-permasalahan kita, tapi baiklah kita berfokus untuk berlari dalam gelanggang pertandingan kita dan berlari pada tujuan kita, yakni Yesus Kristus. Ketika kita dihadapkan pada masalah-masalah kita, jangan kita melarikan diri dari permasalahan kita. Kita harus menyelesaikannya, dengan menyerahkan semuanya dalam tangan Tuhan.  Dan janganlah kita menjadi takut ketika melihat masalah dari mata kita. Pandanglah segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Dia pasti akan dapat menyelesaikan segala permasalahan dengan caraNya yang ajaib pada waktuNya yang tepat.

Berlari pada tujuan, percaya penuh kepadaNya, dan hidup yang berbuah adalah kunci menjadi anak-anakNya yang menyatakan kemuliaan Tuhan di bumi ini. Kelak kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita kepada penghakiman yang kekal. Jika hidup kita adalah untuk dunia ini, apa yang kelak akan kita pertanggungjawabkan? Paulus mengatakan bahwa

malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus , Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus
Filipi 3:8

artinya ketika kita mencari apa yang ada di dunia ini, kita sedang mencari sampah. Sebab segala sesuatu yang bukan untuk kemuliaan Tuhan adalah sampah. Jadi, janganlah kita justru mencari “sampah” daripada Dia yang memberi kekekalan. Hiduplah untuk menyatakan kemuliaan bagiNya dan tinggalkanlah sampah-sampahmu, hai anak-anak Tuhan!

WhatsApp Support
Shalom kak, Kami menyediakan layanan Konseling dan Doa.