Home Articles Zoom Memahami Feminisme di Jaman ini dengan Benar

Memahami Feminisme di Jaman ini dengan Benar

0
19

Ada sebuah humor yang dipasang di sebuah kantor militer yang berbunyi, “Nikahi seorang tentara. Ia dapat memasak, membereskan tempat tidur, menjahit dan sudah terbiasa menerima perintah.” Humor ini menggambarkan model suami ideal bagi perempuan-perempuan dominan yang ingin mengontrol rumah tangganya, ingin mengatur suami dan membuat semua keputusan. “Saya harus mengambil keputusan. Saya tidak bisa mempercayainya karena ia berulang kali melakukan kesalahan.”

Apakah perempuan harus menjadi sosok yang lemah dan menuruti semua kemauan suami? Apakah perempuan tidak boleh memiliki sifat dominan?

Memiliki dua CEO dalam sebuah perusahaan akan membingungkan anggotanya. Memiliki dua presiden dalam satu negara akan membingungkan rakyatnya. Memiliki dua pemimpin bukanlah hal yang baik. Demikian juga hanya ada satu pimpinan di dalam rumah tangga, dan Tuhan mempercayakan posisi kepemimpinan itu kepada suami. Istri haruslah tunduk kepada suami, sebagai kepala rumah tangga. Tetapi, tunduk bukan berarti memiliki nilai lebih rendah, bukan juga berarti boleh diperlakukan seenaknya. Tunduk bukan berarti lemah, tetapi berarti belajar untuk percaya dan menghormati serta saling mengasihi.

Sebagai perempuan dominan yang sulit percaya, selalu ada pikiran, “Bagaimana kalau dia salah mengambil keputusan, bukankah itu akan berdampak pada seluruh keluarga?” Bisa jadi pikiran itu benar adanya. Sebagai istri, kita bisa memberi usulan, tetapi tidak mengambil alih kepemimpinan. Biarkan suami tetap mengambil keputusan. Kalaupun ia berbuat kesalahan, itu akan membuanya belajar untuk lebih bijak, rendah hati dan bergantung pada Tuhan. Kita akan belajar banyak hal ketika kita berbuat kesalahan.

Kebutuhan terbesar seorang pria adalah respect.

Salah satu cara menunjukkannya adalah dengan membairkannya memimpin dan memberi ruang untuk berbuat kesalahan tanpa merendahkannya. Tetap dukung suami saat melakukan kesalahan dan bukan memarahinya, karena ia sudah tahu bahwa ia melakukan kesalahan.

Menjadi istri memang tidak mudah. Kita diminta hormat dan tunduk pada seseorang yang tidak sempurna. Tetapi, Tuhan bisa memakai seseorang yang tidak sempurna untuk menyempurnakan karakter kita. Tuhanlah yang bertugas mengubah suami kita, sementara tugas kita adalah menginspirasinya dengan kasih dan hormat. Perempuan diciptakan sebagai penolong, itulah yang kita lakukan.

Sumber : Esther Idayanti

WhatsApp Support
Shalom kak, Kami menyediakan layanan Konseling dan Doa.