Home Articles Zoom Kesombongan yang Terselubung

Kesombongan yang Terselubung

0
214

Ada sebuah kisah seorang penjual yang cerdik. Ia menyombongkan diri karena berhasil melampaui target penjualannya karena berkata pada calon pembeli, “Mari saya tunjukkan sesuatu yang para tetangga Anda katakan bahwa Anda tidak sanggup membelinya.” Kalimat tersebut ternyata berhasil menarik para pembeli.

Orang ingin menjadi yang nomor satu, menjadi yang lebih dari yang lain. Tak terkecuali kita, tanpa sadar kita juga ingin lebih dari pada yang lain. Kita menjadi sombong ketika kita mengukur diri dengan standar yang keliru.

“Aku hanya mengambil uang kantor Rp. 100.000,-. Tidak ada apa-apanya dibandingkan koruptor yang mengambil uang negara milyaran.”

“Dibandingkan orang yang KDRT, saya hanya terkadang bicara kasar.”

“Sudah bagus saya begini, coba lihat orang lain.”

Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat-kalimat orang sombong. Kita merasa kita adalah orang yang baik dibandingkan mereka yang berbuat kesalahan lebih parah daripada kita. Padahal, kita menetapkan standar yang keliru.

Seharusnya, ukuran kita adalah Tuhan, bukan orang lain. Sebab Tuhan memiliki standar moral yang sempurna.

Alkitab tidak berkata “jangan mengambil terlalu banyak,” sehingga standar pembandingan dengan koruptor kelas kakap sudah jelas salah karena Alkitab berkata “jangan mencuri.” Billy Graham berkata bahwa kesombongan timbul ketika kita melihat pada diri kita sendiri, kerendahan hati timbul ketika kita melihat pada Tuhan.

Intinya, kesombongan adalah perhatian berlebihan pada diri sendiri, betapa penting dirinya, pencapaiannya, statusnya, hartanya dan lain sebagainya. Meski seakan-akan tidak melukai orang lain, kesombongan termasuk dalam daftar dosa, bahkan dosa yang paling dibenci Tuhan. Kesombongan mengambil kehormatan dan kemuliaan yang seharusnya adalah milik Tuhan menjadi milik kita.

Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.
Amsal 16:5

Sebenarnya apa yang bisa disombongkan oleh manusia? Karir kita yang bagus? Padahal kita bisa mencapai titik itu karena Tuhan yang memberi kesehatan dan kesempatan. Juara kelas? Tuhanlah yang memberi kita otak yang cemerlang. Cantik atau tampan? Kita tidak punya peran untuk menciptakan wajah kita sendiri. Semua yang ada dalam diri kita adalah pemberian Tuhan. Tugas kita tidak lebih dari mengelola sebaik-baiknya dan memberi penghormatan pada yang berhak menerimanya, yaitu Tuhan.

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
Amsal 16:18

 

Sumber : Esther Idayanti

WhatsApp Support
Shalom kak, Kami menyediakan layanan Konseling dan Doa.