Kita pasti pernah mendengar orang tua berkata pada anaknya, “Kalau nakal nanti disuntik sama dokter!” atau “Nanti mama panggil polisi kalau kamu nakal!” Kemudian anak menjadi takut lalu diam. Ancaman memang trik yang hampir selalu berhasil, karena mampu membuat anak-anak, bahkan orang dewasa menjadi takut dan menurut. Apalagi kalau ancamannya bukan hanya dokter atau polisi, melainkan masuk neraka.

Kalau tidak pergi ke gereja hari Minggu, nanti masuk neraka. Kalau kamu tidak berdoa, nanti masuk neraka. Kalau kamu mengkritik bapak atau ibu pendeta, nanti masuk neraka. Kalau kamu tidak memberi, nanti masuk neraka. Kalau tidak melakukan ini atau itu, nanti akan masuk neraka. Neraka dan neraka…

Bukannya neraka tidak ada, neraka memang ada, alkitab pun berkata bahwa neraka itu ada. Kalau neraka tidak ada, berarti Tuhan tidak adil. Kita tentu merasa tidak nyaman jika ada pembunuh atau kriminal dibiarkan berjalan-jalan di mall, atau bahkan di sekitar kita. Ketidakadilan itu meresahkan! Manusia saja punya rasa keadilan, apalagi Tuhan di surga yang Maha Adil. Apakah para pembunuh, pemerkosa dan pembuat kejahatan apapun di dunia ini mati dan hilang begitu saja? Atau sebaliknya, semua manusia masuk surga karena Tuhan itu baik? Tentu menyebalkan. Tanpa neraka, Tuhan tidak adil.

Kalau kita percaya Tuhan adalah Tuhan yang adil, seharusnya kita tidak perlu pusing “mengadili” orang lain dengan menjatuhkan vonis “neraka” kepada mereka yang tidak mengikuti aturan kita. Pada saatnya, Tuhan akan mengadili setiap orang sesuai keadilanNya yang sempurna.

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menghukum bangsa Israel dengan petir atau dengan ular, atau bahkan Tuhan membuka bumi dan menelan mereka yang berbuat jahat, seperti yang dilakukan oleh Korah. Lalu mengapa Tuhan tidak melakukannya? Pasti bisa karena Tuhan adalah Tuhan yang juga Maha Kuasa. Tetapi selain Tuhan Maha Kuasa dan Maha Adil, Ia juga adalah Tuhan yang Maha Pengasih. Tuhan memberi waktu sampai nafas terakhir manusia untuk ia berubah. Seperti juga Ia tidak mengirim petir kepada kita setiap kita berbuat dosa. Seseorang mungkin menjauhi sesuatu hal karena takut neraka, tetapi ia akan mendekat pada Tuhan kalau ia memahami bahwa Tuhan itu penuh kasih.

 

Sumber : Esther Idayanti