What do you invest today for your future?”

Investasi merupakan suatu tindakan mencurahkan waktu, usaha, atau energi untuk harapan akan hasil yang berharga (Cambridge Dictionary, 2018). Sebagai pribadi yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang menjunjung tinggi hasil, saya sangat suka menyisihkan waktu untuk hal-hal yang “berguna”. Menurut Maxwell (2002), seseorang dapat memanfaatkanan waktu dengan tepat dengan Prinsip 70-25-5. Tujuh puluh persen investasi untuk area yang menjadi kelebihanmu, dua puluh lima persen utuk area yang ingin dikembangkan, serta lima persen untuk area yang menjadi kelemahanmu. Saya percaya, bahwa dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dan bekerja keras, seseorang pasti dapat berhasil di kemudian hari. Hingga suatu saat, “harapan akan hasil yang berharga” itu terenggut dari kehidupan saya.

***

Dunia memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Entah itu kekayaan, popularitas, jabatan, dan lain sebagainya. Tak jarang, gengsi untuk mendapatkan hal-hal tersebut mengalihkan perhatian kita dari sesuatu yang berharga. Sesuatu, yang tidak kasat mata, namun memiliki tempat spesial dalam hati kita. Kita tergelitik untuk mencari tahu, apa sih yang benar-benar bisa mengisi kekosongan hati ini? Seharusnya sih, kita merasa puas dengan kehadiran sesosok Pribadi bernama Yesus, tapi tak jarang, kita merasa kurang- atau bahkan tidak puas sama sekali. Apa yang sedang terjadi? Sebelum menjawab pertanyaan ini, izinkan saya untuk menceritakan sebuah kisah dalam Markus 10:17-22

Ada seorang pemuda kaya raya yang tengah berlari-lari untuk mendapatkan Yesus dan dengan bertelut, ia berkata, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus menjawabnya dengan memberikan penjelasan mengenai Sepuluh Perintah. Pemuda itu menjawabnya, “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.” Yesus pun menatap dia dengan kasih dan berkata,”Hanya satu lagi kekuranganmu: pergillah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar hal itu, ia menjadi kecewa dan pergi dengan sedih sebab ia kaya raya.

Pemuda tersebut telah mengetahui segala perintah Tuhan dan melakukannya sejak masa mudanya dan mengikut Yesus. Ia kemudian tergelitik, sebab segala sesuatu yang ia lakukan sudah baik, namun… ada yang kurang, ada sesuatu yang hilang. Akan tetapi, ketika diberikan kesempatan untuk memberikan lebih dan masuk lebih dalam, ia menolak, “terlalu besar harganya.”

Ia berpikir bahwa ia dapat pergi ke Sorga hanya karena ia menghormati orang tuanya, berhenti berjudi, atau mungkin berhenti melakukan seks bebas, atau berhenti minum-minum. Namun, Kekristenan berbicara jauh lebih dalam. Seseorang perlu bertemu secara pribadi dengan-Nya, mengenal kasih setia-Nya dan memberanikan diri membayar harga, mencurahkan waktu, usaha, dan energi, berinvestasi dalam Kerajaan Allah. Sebab jika kita tidak mengisi hati yang kosong dengan Yesus, roh jahat tersebut akan kembali dengan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan diam dalam kita seperti yang dikatakan dalam Matius 24:43-45. Dan, berbeda dengan tawaran dunia, harapan yang diberikan pada kita semua bukanlah sebuah harapan kosong. Ia menjanjikan jaminan kehidupan kekal, bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Lalu, apa yang terjadi kepada orang-orang yang berani berinvestasi untuk Kerajaan Allah? Dalam kisah lain di Alkitab, ada juga seorang pemuda berpotensi dengan pengaruh yang sangat besar di kotanya. Sebagai seorang teolog, ia adalah seorang yang pandai, berpendidikan, terlebih lagi, kaya. Ia memburu murid-murid Yesus dan menganiaya mereka, mengikuti apa yang selama ini diajarkan kepadanya dalam denominasi. Sampai suatu ketika, ia pun diberikan kesempatan untuk bertemu secara pribadi dengan Yesus di dalam perjalanannya menuju Damsyik melalui sebuah cahaya yang memancar dari langit mengelilingi dia. Ia berkata, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kau aniaya itu.” Singkat cerita, ia pun menyerahkan diri dan dibaptis. Semenjak itu, ia bekerja untuk Allah dan perkara-perkara besar dipercayakan kepadanya. Ia meninggalkan kehidupan lamanya dan mengikut Yesus. Ia meninggalkan segala popularitas, jabatan, dan menjadi orang buangan yang disiksa dan dianiaya. Tetapi, ia beroleh jaminan kehidupan kekal. Perhatikan bahwa, satu kesempatan untuk mengenal Yesus dapat mengubah hidup seseorang Saulus menjadi Paulus dan menyelamatkan satu jiwa pada awalnya, dan beribu jiwa lain pada akhirnya (Kisah Para Rasul 9:1-19).

Ada pula seorang Farisi yang awalnya mengorbankan waktu istirahatnya pada malam hari dan pergi menemui Yesus (Yohanes 3:1-21). Mari kita perhatikan pengakuan Nikodemus, “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus oleh Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Kata “kami” di sini mengacu pada denominasi orang-orang Farisi, dan Nikodemus tahu bahwa mereka tidak dapat mengakui Yesus, sebab mereka akan kehilangan jabatan, menjadi orang buangan. Tetapi Nikodemus membayar harga, dan mengikuti Dia, untuk memperoleh kebenaran. Ia datang untuk membuat investasinya, dan mengetahui bahwa bank yang disediakan Tuhan terbuka 24 jam sehari. Terbuka saat pagi, bahkan saat ini dan di sini. Terbuka saat malam, bahkan untuk Nikodemus dan untukmu. Tuhan membuka pintu selebar-lebarnya kepada setiap kita, ketika kita siap untuk menginvestasikan hidup kita untuk-Nya.

Segala kemakmuran dan kemashyuran tidak selalu berarti bahwa kita adalah seorang Kristen. Bahkan berada dalam gereja pun tidak. Sebab Kekristenan tidak hanya terpaku pada hukum, “sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!” (Yesaya 28:10). Kenalilah pribadiNya secara utuh dan lihatlah betapa besar kasihNya kepada kita dan bahwa Ia menyempurnakan setiap kita. Bertahanlah sampai pada kesudahannya, sebab Ia akan mengirimkan kepada kita apa yang dijanjikan oleh Tuhan (Lukas 24:49), yakni jaminan kehidupan kekal.