Pernahkah Anda melakukan hal bodoh dimasa lalu, mengenangnya, lalu tiba-tiba menggerutu, “Aduuhh… Kenapa sih aku melakukan hal memalukan begitu?!

Jika Anda pernah melakukannya, percayalah, Anda tidak sendiri. Saya pun pernah menjadi korban dari keusilan dan kebodohan dari masa-masa absurd itu.

***

Ada pepatah yang mengatakan, kebijaksanaan itu muncul seiring berjalannya waktu. Ada pula yang membantah dengan mengatakan kebijaksanaan itu muncul seiring kedewasaan manusia. Akan tetapi, saya memilih untuk percaya bahwa kebijaksanaan itu hanya dapat diperoleh dari Tuhan, Sang pemberi hikmat (Amsal 2:6). Anda boleh berargumen atau tidak setuju dengan pernyataan saya, namun bila berkenan, cobalah menelusuri pemikiran saya terlebih dahulu sembari mengisi waktu senggang Anda.

Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.
Amsal 2:6

Di tengah dunia yang sarat akan informasi, kita sulit untuk bertumpu pada satu inti. Belum selesai mengecek e-mail, telepon berdering masuk. Belum selesai makan malam bersama keluarga, tiba-tiba ada urusan mendadak di kantor. Seakan-akan, pekerjaan demi pekerjaan terus berdatangan tiada henti. Andrews (2009) dalam bukunya, The Noticer, mengungkapkan bagaimana dua jenis informasi yang berkontradiksi dapat terkumpul pada waktu luang seseorang. Kebijaksanaan dan informasi buruk yang dapat mengubah arah hidup kita, berasal dari dengan siapa kita bergaul, buku yang kita baca, dan segala sesuatu yang kita dengar atau tonton melalui sosial media. Lalu, kita pun menjadi terdistorsi atau mengalami bias akan sesuatu yang disebut sebagai kebenaran. Jika semua pendapat salah, mana yang benar?

tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
1 Korintus 1:23

Dunia mengatakan bahwa Injil merupakan suatu kebodohan. Dunia mengkritik karya awal seorang JK Rowling adalah karya gagal yang tak akan laris. Dunia tidak mengharapkan atlet Indonesia, Zohri, untuk menang di pertandingan jarak pendek melawan Amerika. Dunia menertawakan seorang Thomas Alva Edison sebagai seorang pemimpi bodoh yang menyerahkan proposal mengenai dunia yang berkilauan dengan lampu pijar buatannya. Namun, semua itu berhasil diluluh lantakkan dengan akhir yang tak terduga secara mengesankan. Terkadang, apa yang kita anggap bodoh itu memang bodoh sampai kita menyadari, bahwa orang bodoh itu ialah diri kita sendiri yang tidak mengerti apa yang dikatakan sebelum kita dapat melihat bukti nyatanya.

Begitu pula dengan isi Alkitab.
Banyak orang tidak mengerti dan tidak percaya karena segala sesuatu belum terjadi. Menurut orang-orang dengan gaya positivisme yang tidak mengakui hal-hal abstrak seperti Tuhan, kita sebagai umat Kristiani adalah orang bodoh. Kita pun, akan menganggap mereka sebagai orang bodoh yang tidak percaya akan kebenaran. Tidakkah kita sadari, semakin kesini, kita semakin terguncang dengan labelling “bodoh” yang mendarah daging dalam diri kita, entah sebagai umat Kristiani maupun tidak?

Saat ini pun, saya tidak ingin menuduh dan menyalahkan Anda sebagai orang positivis, jika Anda adalah salah satunya. Saya juga tidak ingin menghakimi Anda sebagai orang Kristen yang gagal, sebab pada dasarnya, kita semua adalah manusia yang penuh kekurangan. Saya hanya lebih memilih untuk percaya, dan membagikan perspektif pribadi mengenai kebenaran yang tertuang dalam Alkitab, terutama dalam Matius 5:18, dimana Allah berfirman,

“…Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”

 

Ada orang Kristen yang gagal, dan ada orang positivis yang sangat sukses. Namun, semua itu hanya masalah sudut pandang. Dari mana kita menilai suatu kegagalan? Berdasarkan rasio harta dunia ataukah harta yang kekal? Apakah ke depannya akan selalu dipandang bodoh dan gagal? Belum tentu. Dan saya percaya, tiap-tiap orang dibekali dengan Roh Kudus dan Tuhan menyertai kita di mana pun kita berada. Jikalau kita merasa sebagai salah satu orang yang bodoh dan gagal saat ini, mari kita menyambut kebenaran lembut yang disampaikan ini bersama-sama dalam 1 Korintus 1:27-29 yang berbunyi demikian.

“Tetapi, apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.”

Tidak peduli masa lalu, tak peduli masa depan. Ia melihatmu pada masa saat ini dan sekarang. Akankah engkau membukakan pintu hatimu yang diketuk secara perlahan oleh Roh Kudus dan membiarkan Ia bekerja dalam kehidupanmu? Tuhan rindu untuk menyatakan diri-Nya kepada dunia, terlebih kepadamu secara pribadi. Dapatkah kita merespon panggilan-Nya dengan benar dan memberitakan Injil kebenaran ini melalui hidupmu? Siapkah kita dianggap bodoh oleh dunia karena berpegang teguh pada Kristus?