Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.
Kidung Agung 8:6-7

 Natal…

Apa yang ada di benak kita ketika berbicara mengenai natal? Liburan panjang, kado natal, pohon natal, kebahagiaan dan lain-lain.

Terlebih dari semua hal-hal itu, natal adalah mengenai kasih Bapa kepada kita, anak-anakNya. Natal adalah suatu pengorbanan dan penyerahan, sebuah karya Allah Bapa yang ajaib. Juga merupakan kerjasama dari manusia untuk menerima anugerah itu. Cinta Bapa kepada setiap kita adalah kasih tanpa syarat, menerima apa adanya dan tidak pernah letih kepada kita walaupun kita sendiri bahkan, lelah menghadapi diri sendiri.

METERAI pada hatiMu, Meterai pada lenganmu.

Meterai adalah sebuah tanda perjanjian. Tuhan selalu mengingat perjanjianNya dengan kita, namun kita seringkali melupakan perjanjian dengan Tuhan. Kita seringkali lupa akan janji dan nazar kita, lupa dengan kerinduan kita dan menjauh dari kasih Tuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan seharusnya seperti hubungan sepasang kekasih. Manusia dipersiapkan untuk menjadi mempelaiNya dan Dia adalah kekasih sejati kita. Perjanjian Tuhan itu kekal untuk kita dan Dia tidak akan mengingkari perjanjianNya, karena Dia adalah Tuhan yang setia. Mari kita belajar juga untuk menjadi setia seperti Tuhan yang adalah setia. Setia berarti tetap kepadaNya, tidak berubah-ubah apapun yang terjadi, tidak bergantung pada mood. Manusia seringkali tidak setia, berubah-ubah sesuai mood dan keadaan, tapi Tuhan tidak demikian. Karena itulah, Tuhan mengikat kita dengan meterai yang kekal, yang tidak dengan mudah berubah oleh keadaan sekeliling. Kita harus belajar untuk tidak mudah berubah setia kepada Tuhan. Dalam keadaan senang ataupun susah, saat serasa sulit memahami kehendakNya, kita mau belajar untuk TETAP setia kepadaNya.

Sebuah perjanjian dapat dibatalkan dan rusak karena salah satu mengingkari perjanjian itu. Perjanjian kita dengan Tuhan pun dapat rusak yang biasanya disebabkan oleh kita. Tetapi selalu ada janji yang lain dari Tuhan yang dapat memulihkan dan mengembalikan yang telah kita rusak. Kita sering tidak sadar atau bahkan sadar merusak hubungan kita dengan Tuhan. Dosa-dosa yang kita lakukan, kecemaran, ketidaktaatan, pemberontakan, ketidakmurnian dan banyak hal-hal buruk lainnya. Kita harus melekatkan hati hati kita pada Tuhan agar senantiasa tidak akan jauh dari hadiratNya.

Cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati.

Tidak ada yang dapat melawan kuatnya kematian. Kematian begitu menakutkan bagi banyak orang. Walaupun di dalam Kristus, kematian adalah sebuah jalan bagi kita untuk bersatu dengan Tuhan, namun kematian tidak dapat dihindari kengeriannya.

Cinta itu kuat seperti maut dan seperti itulah kasih Tuhan kepada kita. Sebegitu kuatnya, hingga Ia tidak bisa untuk tidak mengasihi kita. Ia merindukan kita juga untuk memahami dan mengasihi Dia dengan segenap hati kita. Jika kita sudah memahami dan mengalami kasihNya, kita pun juga akan dapat mengasihi Dia. Jika ada cinta, selalu ada gairah. Cinta adalah kekuatan terbesar yang dapat dimiliki manusia. Ketika kita mencintai Tuhan, akan selalu ada kekuatan untuk bertahan dan melakukan segalanya, untuk yang kita kasihi. Bapa tidak pernah lelah mengasihi kita. Ia menghajar dan mendidik anak-anakNya agar mau kembali kepadaNya, membuat anak-anakNya mengerti bahwa di luar Dia, anak-anakNya tidak dapat berbuat apa-apa. Walaupun didikan Tuhan terlihat buruk dan seolah kasihNya tidak ada lagi untuk kita. Tetapi sebenarnya, semua perlakuan yang Tuhan berikan kepada kita adalah karena Ia begitu mengasihi kita, Ia tidak mau orang yang dikasihiNya tidak dapat bersatu denganNya di kekekalan karena dosa-dosa yang dilakukannya. Itulah hati Bapa untuk kita, untuk manusia. Kalau kita mengerti akan kasih dan didikan Tuhan, kita pun akan selalu memiliki kekuatan dan keberanian untuk kembali kepadaNya lagi setelah kita menyakiti hatiNya.

Apakah kita sudah memiliki gairah untuk melakukan kehendakNya? Apakah kita memiliki gairah dalam pelayanan dan semua rencanaNya? Kalau gairah itu hilang, seolah lenyap untuk Tuhan kita, maka dapat dipastikan kita sedang menjauh dari kasih Tuhan.

Nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!

KasihNya seperti api yang membakar hati kita untuk diubahkan semakin hari serupa dengan hatiNya. Nyala api Tuhan adalah api yang menghanguskan kedagingan dan dosa kita, sekaligus memurnikan hati kita menjadi emas yang murni.

Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.

Ada banyak arus di bumi ini. Arus duniawi yang menyeret begitu banyak anak-anak Tuhan dan membawa mereka pada kesesatan dan nafsu dunia. Arus cinta akan uang yang bahkan menyeret para pelayan dan hamba-hamba Tuhan. Arus haus akan kasih sayang dan arus hedonisme menyeret anak-anak Tuhan pada kesenangan-kesenangan dunia. Apakah arus yang sedang membawa Anda hari-hari ini? Apakah arus kasih Tuhan? Ataukah arus dunia dengan segala macam kecemaran, iri hati, cinta uang, kebencian? Dalam pelayanan, dalam gereja, juga ada banyak arus yang tidak benar dan kita harus berdiri teguh dalam kebenaran dan selalu terikat kepada Kristus setiap waktu.

Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina

Cinta tidak dapat diukur dengan uang. Untuk mendapatkan hati Tuhan, maka kita harus menjangkauNya dengan hati. Segala sesuatu yang disampaikan dengan roh akan ditangkap oleh roh juga. Tetapi apakah dunia mampu membeli cinta kita kepada Kristus?

Cinta itu kuat. Mari kita periksa hati kita kembali. Bukan kasih Kristus yang patut dipertanyakan kepada kita, namun apakah kita sungguh mengasihi Kristus?