Saat ini, media sosial merupakan sesuatu yang wajib dimiliki. Media sosial sendiri tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga dapat memberikan informasi sekaligus hiburan juga bagi penggunanya.

Namun, meski media sosial dapat mempermudah komunikasi sehari-hari, jika tidak digunakan secara bijak dapat memberi kerugian. Salah satu aktivitas yang merugikan adalah oversharing atau berbagi yang berlebihan.

Menurut kamus Merriam-Webster, oversharing adalah untuk berbagi atau mengungkapkan terlalu banyak informasi. Istilah ini biasa digunakan pada seseorang yang secara sadar atau tidak sadar telah terlalu banyak mengumbar informasi, seakan-akan semua orang harus mengetahui kegiatan dan tindakannya di dunia nyata.

Tindakan oversharing sebenarnya sangat berbahaya, apalagi jika yang dibagikan merupakan hal-hal yang seharusnya pribadi, sehingga bisa membuat orang-orang meretas dan mengambil data-data yang tidak diinginkan. Atau mungkin memanfaatkan apa yang dibagikan untuk berbuat kejahatan, misalnya kita membagikan sedang berpergian keluar kota atau keluar negeri satu keluarga dan rumah kita kosong. Bisa jadi ada orang yang menggunakannya untuk  masuk ke rumah dan mencuri barang-barang kita.

Bukan hanya masalah keamanan, tindakan oversharing sendiri dapat membuat pengguna mengalami gangguan kecemasan.

Hal ini dikarenakan merasa takut tidak diperhatikan atau malah membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial. Selain itu oversharing juga akan menimbulkan rasa FOMO (Fear of Missing Out) jika tidak membagikan sesuatu di media sosial atau juga karena cemas akan perhatian yang akan ia dapatkan.

Menurut Linda Papadopoulus, seorang psikolog dan Internet Matters Ambassadors, anak-anak merupakan golongan pengguna media sosial yang sering melakukan oversharing. Hal ini disebabkan pengalaman anak-anak masih sedikit dan kebanyakan tidak memahami dampak negatif media sosial. Sebagai orang tua, ini beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan anak-anak dari kebiasaan ini:

Jelaskan pentingnya privasi saat menggunakan media sosial, terutama data diri dan kemanan akun. Anak-anak kebanyakan belum mengerti mengenai privasi dan apa pentingnya data diri. Karena itu, kita harus lebih dulu untuk menjelaskan kepada mereka pentingnya hal-hal tersebut. Meminta mereka untuk menunjukkan terlebih dahulu apa yang akan mereka bagikan. sehingga kita bisa memberitahu mereka dengan lebih pasti apakah yang mereka bagikan cukup aman atau tidak. Dan yang paling penting selalu pantau penggunaan media sosial anak-anak dan jaga komunikasi dengan mereka.

Apa yang kita unggah di media sosial sebenarnya juga menunjukkan siapa diri kita. Sehingga yang harus memperhatikan aktivitas oversharing ini bukan hanya anak-anak, tetapi semua orang. Bahkan para pencari kerja juga harus memperhatikan apa yang dibagikan di media sosial karena saat ini banyak perusahaan yang juga mulai mempertimbangkan media sosial untuk menerima karyawannya.

Agar terhindar dari kegiatan oversharing, kita bisa lakukan beberapa cara berikut:

  1. Membedakan akun pribadi dan akun profesional, yang mana akun pribadi hanya untuk orang-orang terdekat saja.
  2. Pertimbangkan apa yang akan kita unggah adalah layak, karena tidak semua hal harus diunggah di media sosial.
  3. Sibukkan diri di dunia nyata sehingga kegiatan bermedia sosial dapat diminimalisir.
Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com