Dalam bersosialisasi, ada waktu di mana kita berbeda pendapat. Tidak jarang juga, meskipun sudah berusaha diskusi, perbedaan pendapat tetap terjadi. Untuk dapat menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut, digunakanlah cara “setuju bahwa kita tidak sepakat” atau juga disebut sebagai agree to disagree, yang berarti memahami bahwa memang mereka berbeda dan tidak bisa disatukan.

Repotnya, beberapa orang tidak bisa menerima perbedaan dan cenderung memaksakan pendapatnya, bahkan tidak jarang menggunakan ancaman atau kekerasan. Ini bisa terjadi di semua hubungan, seperti pernikahan, organisasi, bahkan dalam sebuah bangsa.

Harus setuju!

Orang-orang yang rendah diri cenderung menganggap tidak setuju sebagai sebuah penolakkan, lalu ia merasa dipojokkan. Ia merasa harga diri mereka jatuh ketika mendapat kata “tidak setuju.” Ada juga orang yang superior dan egois, merasa diri paling baik dan paling benar, sehingga semua orang harus tunduk kepadanya. Mereka tidak bisa merasa “kalah” dalam hidup. Ada juga orang yang tidak sependapat karena mereka belum mengerti masalah tersebut secara keseluruhan. Orang yang seperti ini lebih mudah diatasi dengan belajar dan berusaha mengerti.

Tidak setuju bukan permusuhan.

Kita perlu bertindak bijaksana dan menyadari bahwa kedamaian dan keharmonisan lebih penting daripada “saya benar.” Jangan menganggap “tidak setuju” sebagai sebuah serangan pada Anda pribadi. Itu hanya pendapat mereka. Perbedaan pendapat tidak menghancurkan, cara menanganinyalah yang bisa menghancurkan.

Tidak setuju belum tentu salah.

Para pengusaha akan selalu berkata produknya adalah nomor satu. Benar atau salah? Pendapat setiap orang bisa berbeda, tetapi menurutnya, dia benar. Ia memproduksi yang terbaik agar laku di pasaran. Kalau menurut selera kita, produk lain lebih baik, bukan berarti pendapat pengusaha tersebut salah. Dari sisi pengusaha, ia benar. Tidak berarti juga kita harus mengubah selera. Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda, bisa saja yang enak bagi kita, ternyata tidak enak bagi orang lain.

Agar hubungan kita tetap utuh, entah hubungan pertemanan, pernikahan, pekerjaan dan lain-lain tetap utuh, agar tidak terjadi perceraian, perang suadara, kehancuran dan lain sebagainya, maka kita harus berani “agree to disagree.” Memaksakan kehendak dengan kekerasan hanya akan memicu kekerasan yang lain seperti hukum aksi dan reaksi. Setiap manusia unik, perbedaan tidak selalu buruk, bahkan mungkin baik. Yang terpenting adalah kita saling mengasihi satu sama lain.

 

Sumber : Esther Idayanti