1 Samuel 9 dan 1 Samuel 10 menceritakan kisah Saul untuk pertama kalinya ketika ia dipilih menjadi raja atas bangsa Israel. Ia berasal dari keturunan Benyamin yang sangat tampan perawakannya (1 Samuel 9:2). Dan bukan hanya tampan, ternyata Saul memiliki hati yang baik.

Ia sangat taat pada ayahnya (1 Samuel 9:3) dan rendah hati. Ia mau mendengarkan nasehat bujang atau pelayannya. Tidak banyak pemimpin yang mau mendengar nasehat orang yang dipimpinnya. Selain itu Saul memiliki sopan santun yang baik. Ia tahu untuk hormat kepada abdi Allah. Diceritakan, ia tidak ingin pergi ke Abdi Allah tanpa membawa apa-apa. Oleh karena itu, sikap hati Saul telah mendapat tempat di hati Tuhan dan Tuhan menjadikan Saul menjadi raja atas Israel melalui Nabi Samuel.

Tuhan sangat menyukai cinta yang mula-mula, sikap hati yang lembut mudah dibentuk dan dinasehati.

Roh Tuhan mengurapi Saul, sehingga Saul menjadi raja yang memenangkan banyak peperangan, memiliki keberanian yang luar biasa. Sungguh berharga sekali perkenanan Tuhan atas seseorang yang menarik hatiNya.

Namun sayang, kisah Saul tidak berakhir dengan baik. Saul tidak dapat menjaga hatinya yang murni itu. Sehingga Tuhan mengangkat Daud untuk menggantikan Saul. Mari kita lihat awal mula kehancuran Saul.

1 Samuel 13:9-11

Ketika mendapat jabatan sebagai raja, hati Saul perlahan berubah. Sikap hormat kepada Samuel hilang, tidak lagi menjadi seorang yang sabar dan rendah hati. Pada waktu Saul belum diurapi dan diangkat, Saul sangat rendah hati dan berkata ia sangat tidak layak menjadi raja.

Saul tidak lagi menghargai Tuhan. Ia diminta menumpas habis orang Amalek, tetapi Saul tidak taat dan menggunakan pemikirannya sendiri. Saul menjarah harta yang harusnya dimusnahkan dengan dalih memberikannya kepada Tuhan.

KetaataN haruslah SERATUs persen, tidak sembilan puluh persen. Ketaatan yang setengah-setengah adalah ketidaktaatan.

Saul menjadi orang yang penuh dengki. Ia marah kepada Daud karena lebih disanjung oleh rakyat. Hatinya dipenuhi dengan amarah yang tidak beralasan dan membuatnya kehilangan fokus yang semula, kini ia berfokus membunuh Daud.

Apakah kita masih mempertahankan api cinta kita yang semula kepada Tuhan? Apakah api cinta kita tidak lagi berkobar menyala? Ataukah api cinta kita kepada Tuhan telah mulai mengecil dan padam?

Bahaya terbesar dari gereja dan anak-anak Tuhan adalah tidak bisa mempertahankan api cinta yang semula kepada Tuhan.

Tuhan akan melewatkan gereja itu dan memilih yang lain, seperti Saul yang digantikan oleh Daud.

Tuhan tetap mengasihi kita, namun jika kita salah memilih jalan, Tuhan tidak bisa pergi bersama-sama kita. Namun, Tuhan tetap menanti kita untuk kembali padaNya dan berjalan bersama-sama lagi denganNya. Jika kita mau merendahkan hati untuk datang kepadaNya, Ia akan mengampuni setiap kita.

Sumber : percayasaja.com | Ren