Sejak beberapa pekan terakhir, muncul penemuan kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Penemuan ini terdetesi di beberapa negara, seperti Inggris Raya dan Irlandia Utara, Spanyol, Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan juga Indonesia.

Pada tanggal 5 April, World Health Organization (WHO) melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak yang sebelumnya sehat. Mereka berusia 11 bulan hingga 5 tahun. Kementrian Kesehatan Indonesia telah melaporkan tiga kasus kematian yang diduga disebabkan hepatitis akut. Ketiga anak tersebut meninggal dalam kurun waktu berbeda sepanjang dua minggu hingga 30 April 2022.

Hepatitis sendiri adalah kondisi peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi, gangguan autoimun, bahan kimia, obat-obatan, alkohol, atau bahkan genetik.

Disebut akut karena dapat muncul secara tiba-tiba lalu hilang. Kasus hepatitis kali ini disebut misterius oleh sejumlah pakar sebab berbeda dengan kasus hepatitis yang sudah ada sebelumnya. Meskipun sama-sama menimbulkan kerusakan hati, tetapi penyebabnya masih misterius, sebab dari 4 virus yang dapat menyebabkan terjadinya hepatitis, tidak ditemukan dalam tubuh penderita. Apalagi hepatitis akut yang parah, umumnya jarang terjadi pada anak-anak. Sejumlah pakar melihat masalah kesehatan lain sebagai kemungkinan penyebab, termasuk COVID-19, namun WHO menekankan bahwa wabah hepatitis akut ini tidak terkait dengan virus corona.

Gejala hepatitis akut misterius ini dimulai dengan mual, muntah, diare berat dan demam ringan. Jika dibiarkan, gejala tersebut dapat berlanjut dengan kulit dan mata berwarna kekuningan, air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB menjadi putih pucat. Penderita juga dapat mengalami gangguan pembekuan darah, kejang dan juga penurunan kesadaran.

Kementrian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan berhati-hati dengan melakukan tindakan pencegahan seperti:

  • Rutin mencuci tangan menggunakan sabun,
  • Pastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih,
  • Minum air bersih yang matang,
  • Tidak bergantian alat makan,
  • Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan,
  • Hindari kontak dengan orang sakit,
  • Patuhi protokol kesehatan, termasuk memakai masker dan menjaga jarak.

Orang tua juga diimbau segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat diagnosis awal dan jangan menunggu hingga muncul gejala kuning atau bahkan sampai penurunan kesadaran karena kondisi tersebut sebenarnya menunjukkan infeksi sudah sangat berat.

Sumber : berbagai sumber