Sebuah video game berbasis novel terkenal karya J.K. Rowling, “Harry Potter” dikabarkan akan mengijinkan pemain bermain peran sebagai seorang transgender. Game berjudul Hogwards Legacy tersebut dijadwalkan akan dirilis pada tahun 2022.

Game Hogwards Legacy adalah sebuah video game dengan latar belakang tahun 1800 di mana pemain akan memainkan sebuah karakter dengan suara maskulin atau feminin, terlepas apakah mereka perempuan atau laki-laki. Mereka juga dapat memilih karakter mereka sebagai seorang penyihir baik (wizard) atau penyihir jahat (witch) yang mempraktekkan ilmu hitam. Karakter yang mereka pilih akan menentukan asrama mana yang akan mereka tinggali.

Anggota dari tim pengembang Warner Bros. Interactive Entertainment, Inc., mengatakan bahwa pilihan karakter transgender ditambahkan agar game dapat masuk di berbagai kalangan.

Awalnya, memasukkan pilihan transgender mendapat perlawanan, tetapi fitur tersebut akhirnya tetap ditambahkan.

Sebenarnya penambahan pilihan transgender tidak terlalu mengejutkan, mengingat Amerika sendiri telah melegalkan LGBT. Namun ini menjadi pembicaraan menarik, sebab Rowling pernah menuliskan komentar melalui Twitter mengenai kaum transgender yang melukai mereka yang terlahir perempuan.

Pada bulan Juni 2020 lalu, novelis tersebut menerima banyak kemarahan saat dia menyebut bahwa jenis kelamin adalah sesuatu yang kekal. Ia menulis, “jika seks tidak nyata, kehidupan seorang perempuan akan terhapus.”

“Saya menghormati hak para trans untuk hidup yang membuat mereka merasa nyaman. Saya akan berbaris bersama jika kamu didiskriminasi karena kamu seorang trans. Di waktu bersamaan, kehidupan saya dibentuk sebagai seorang perempuan. Saya tidak percaya mengatakan hal tersebut merupakan kebencian.”

Setelah mengatakan hal tersebut, ia mendapat berbagai macam komentar serangan oleh orang-orang sebagai “trans-phobia” yang menggunakan apa yang ia miliki untuk menyerang kaum minoritas. Terlepas dari kritikan orang-orang, Rowling me-retweet sebuah artikel dari Devex yang menggunakan kalimat “orang-orang yang menstruasi” dalam artikel dan tidak menggunakan kata “wanita” dalam artikel tersebut.

Seperti yang kita tahu, LGBT bukanlah sebuah kebenaran menurut Alkitab. Kita membenci dosanya, tetapi tidak dengan pribadi orangnya. Di dalam dunia yang semakin jahat ini, kita harus dapat tetap teguh memilih apa yang benar, meskipun sesuatu yang salah mungkin menjadi lazim di mata dunia.

 

Sumber : cbn.com