Kita tentu sering menemui pengubahan lagu-lagu sekuler yang liriknya diubah atau diadaptasi menjadi lagu rohani. Lagu-lagu yang tadinya untuk si “dia” diubah menjadi untuk Tuhan. Namun, ke depannya kita perlu berhati-hati, karena bisa saja kita dituntut karena pelanggaran hak cipta, seperti yang terjadi pada gereja ini.
The Door Church yang berbasis di Texas, dilaporkan oleh Lin Manuel Miranda karena mengadaptasi ulang drama musikal Hamilton menjadi rohani dengan tuduhan tidak memiliki izin resmi.
Miranda mengecam pengubahan tersebut dan menuntut pihak gereja secara hukum dengan membayar ganti rugi atas penyalahgunaan tersebut.
Hamilton adalah drama musikal yang menceritakan kehidupan Bapak Pendiri Amerika Serikat Alexander Hamilton yang musik, lirik dan bukunya dikarang oleh Lin Manuel Miranda. Musikal ini dipentaskan pertama kali pada tahun 2015 dan tiketnya terjual habis. Banyak penghargaan yang diperoleh dari musikal ini.
The Door Church kemudian memproduksi adaptasi dari Hamilton dengan memasukkan nilai-nilai kekristenan di dalamnya. Salah satunya adalah mengubah akhir dari hidup Hamilton yang mengalami pertobatan.
Video adaptasi musikal tersebut beredar luas di media sosial hingga sampai ke pihak produser Hamilton, Lin Manuel Miranda, yang sangat mendukung toleransi, cinta, iklusivisme dan hak-hak kaum LGBTQ. Lin Manuel kemudian mengirim surat yang meminta pihak gereja menghapus semua video dan gambar dari semua media.
Pihak The Door Church dengan terbuka menyampaikan kepada publik bahwa mereka memang tidak pernah menerima izin untuk memproduksi, menggelar, mereplikasi atau mengubah karya musikal hit tersebut.
Namun mereka berharap dapat menggunakan karya tersebut sebagai kesempatan untuk belajar tentang karya seni. Mereka juga berjanji tidak menampilkan pertunjukkan adaptasi tersebut di media sosial lagi dan semua rekaman dan gambar yang sudah beredar akan segera dihapus.
Seorang profesor musikologi di Oklahoma City University, Jake Johnson, mengatakan bahwa ia teresan dengan kecanggihan produksi gereja, meski ada masalah etika dan hukum yang serius. Jake mengaku tidak terkejut dengan hal itu, sebab gereja telah lama mengadaptasi karya-karya untuk menyebarkan pesan mereka.
Penulis dan sejarawan, Peter Manseau, yang juga turut berkomentar bahwa sangat mungkin gereja akan menggunakan Hamilton untuk diadaptasi menyampaikan pesan mereka. “Mengingat popularitas Hamilton, sangat mungkin gereja akan mencoba menggunakannya kembali, bahkan mungkin bertentangan dengan niat awal pertunjukan,” katanya.
Ruth Ann Poppen, direktur musik dan penyembahan sebuah gereja di Illinois menyebut bahwa gerejanya juga beberapa kali menampilkan musikal seperti Mary Poppins dan Joseph and the Amazing Technicolor Dreamcoat. Namun gereja membayar hak cipta untuk menampilkan pertunjukkan tersebut.
Hemant Mehta, seorang komentator dan penulis sekuler mengatakan bahwa apa yang dilakukan pihak gereja sama dengan mencuri dan pemimpin gereja seharusnya tahu lebih baik.
“Saya akan senang melihat mereka memberikan donasi yang cukup besar untuk karya seni ini. Mungkin juga ini bisa menajdi cara untuk menebus apa yang telah mereka lakukan,” katanya.
Kasus ini masih dalam proses hukum dan belum diketahui denda yang akan dijatuhkan kepada pihak The Door Church.
Sumber : christianitytoday.com