Tentunya setiap kita menginginkan perubahan menjadi lebih baik, baik itu dalam pekerjaan, study, hubungan dan hal-hal lainnya. Yang kuliah tentunya ingin perubahan akan nilainya menjadi lebih baik. Dalam pekerjaan, ingin kenaikan jabatan. Kita ingin aspek-aspek kehidupan kita berubah ke arah yang lebih baik.

Demikian juga, Tuhan menginginkan ada perubahan dalam kehidupan kerohanian kita. Hidup kita harus diperbarui terus menerus sehingga kita menjadi layak di hadapan Tuhan.

Iman memang sudah ada sejak kita mempercayai Tuhan, tapi tidak cukup sampai di sana.

Iman itu harus terus bertumbuh, tidak hanya sekadar ada saja.

Pertumbuhan iman tidak dapat ditunjukkan dengan bernyanyi paling keras, paling merdu, paling menjiwai, tetapi iman ditunjukkan dengan hasil atau tindakan yang kita lakukan sebagai orang beriman.

Kisah Para Rasul 8 : 4-25 menceritakan kisah seorang bernama Simon. Simon adalah seorang tukang sihir. Sihir adalah hal yang menyerupai mujizat yang berasal dari roh jahat. Semua mujizat harus dicek, apakah dari surga atau berasal dari kuasa setan.

Simon mempercayai Tuhan, dibaptis dan mengikut Filipus. Namun pengabdiannya bukan karena ketulusan hati, tetapi karena kesukaannya terhadap hal-hal yang magic, dengan perkara-perkara yang hebat dan besar. Simon ingin diakui sebagai seorang yang berasal dari Tuhan.

Yang menghalangi seseorang mengalami pertobatan adalah karena ia memiliki motivasi yang salah dalam mengikut Tuhan, misalnya ingin mendapat pasangan, ingin dikenal dan banyak hal lainnya. Hatinya bengkok, tidak lurus seperti awal mula Tuhan menciptakan hati seseorang.

Kalau niat kita tidak tulus, kita tidak akan berjumpa dengan Kristus dan tidak akan pernah berubah. Kita bisa seperti Simon, pelayanan yang begitu luar biasa, tetapi memiliki motivasi yang tidak benar. Banyak orang yang mengikut Tuhan dengan tidak tulus. Sebagai bentuk pembuktian diri dan lain sebagainya.

Kerendahan hati mendahului penghormatan.

Tuhan tidak bisa dengan tiba-tiba mengubah hati seseorang. Hati seseorang adalah pilihannya sendiri. Niat awal untuk berubah haruslah berasal dari diri sendiri masing-masing pribadi. Ketika seseorang mau untuk diubahkan, barulah Roh Kudus mengubah hati kita perlahan-lahan untuk menjadi layak menerima perubahan dari Tuhan.

Hati kita adalah Rumah untuk Tuhan, sudahkah digunakan untuk memuji Tuhan? Ataukah digunakan untuk kepentingan yang lain, seperti kekuatiran, harta dan lain sebagainya. Apakah Tuhan masih menjadi tujuan hidup kita. Bukan berarti kita tidak boleh bekerja atau memikirkan hal yang lain, tetapi orientasi hidup kita bukanlah kepada Tuhan. Kita bekerja, tujuannya adalah untuk Tuhan.

Matius 6:33 mengatakan bahwa “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu“. Orientasi hidup kita adalah kepada Tuhan dan Tuhan yang akan memenuhi kehidupan kita.

Apa yang mengisi hati kita saat ini? Apakah kekuatiran hidup? Kita tidak akan bahagia. Tetapi jika kita sudah mengisi hati kita kepada Tuhan, tetapi belum bahagia, mungkin hati kita masih bengkok.
Hati kita tidak tulus dan motivasi hati kita tidak murni. Maka dari itu, mari kita luruskan hati kita kepada Tuhan, biarlah hati kita menjadi rumah yang berkenan bagi Tuhan.

Sumber : grahacmc.org