Ravi Zacharias International Ministries (RZIM) mengeluarkan permintaan maaf pada hari Kamis, bersamaan dengan mengumumkan hasil investigasi yang telah berlangsung sejak beberapa bulan sejak munculnya tuduhan pelecehan seksual terhadap penginjil apologetika Kristen yang baru saja meninggal Mei tahun lalu, Ravi Zacharias.

Dalam pernyataannya, RZIM mengaku terkejut dan hancur atas tindakan yang dilakukan Ravi.

Pada tahun 2017, Ravi Zacharias dituduh terlibat dalam hubungan seksual online bersama dengan seorang perempuan asal Kanada, Lori Anne. Namun ia membantah dengan mengatakan bahwa perempuan tersebut mengirimkan foto-foto dirinya dan membujuknya untuk melakukan hubungan gelap online dengan tujuan untuk memeras dirinya dan ministri yang dibangunnya, RZIM. Kemudian Ravi menggugat Lori Anne dengan suaminya, Brad Thompson, tetapi berakhir diselesaikan diluar meja hijau.

Pada Mei 2020, dua hari setelah Ravi Zacharias meninggal, Brad dan Lori Anne Thompson membuat pernyataan publik pertama mereka sebagai tanggapan terhadap RZIM.

Mereka menjelaskan cerita mereka dan mengatakan bahwa mereka menyesal telah menandatangani perjanjian Non Disclosure Agreement (NDA) yang membuat mereka diam, sementara Ravi Zacharias dan ministrinya terus berbicara tentang kasus tersebut. Mereka mengatakan bahwa mereka menandatangani perjanjian tersebut di bawah tekanan yang sangat besar dan meminta keluarga Ravi membebaskan mereka dari perjanjian tersebut.

RZIM kemudian merespon bahwa mereka bukan pihak dalam perjanjian dan keluarganya merasa tidak pantas untuk mengubah tanpa sepengetahuan Ravi.

Sebelum meninggal, Ravi juga sempat membahas kasus tersebut dalam pernyataan publik sepanjang 800 kata. Dalam pernyataan tersebut, ia tetap mempertahankan bahwa ia tidak pernah merayu Lori Anne secara romantis. Namun demikian RZIM mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan penyelidikan independen terhadap kasus ini.

Pada Oktober 2020, Christianity Today mendapatkan laporan dari seseorang yang tidak  disebutkan namanya atas perilaku Ravi Zacharias terhadap beberapa wanita yang memberikan terapi pijat secara rutin kepada Ravi Zacharias. Mereka mengklaim bahwa dia telah menyentuh mereka tanpa persetujuan mereka, melakukan masturbasi di depan mereka, dan meminta seks dan foto eksplisit.

Christianity Today melakukan wawancara pada waktu yang berbeda terhadap tiga terapis pijat yang mengklaim Ravi Zacharias melakukan pelecehan seksual terhadap mereka. Tiga terapist itu bekerja di Jivan dan Touch of Eden miliknya. Terapis mengatakan Zacharias mengekspos dirinya dan melakukan masturbasi di depan mereka beberapa kali, dan mereka mengatakan dia menyentuh mereka tanpa izin mereka. Yang satu mengatakan dia menggerakkan tangannya ke atas kakinya ke “area pribadi”, dan yang lain mengatakan dia menyentuh payudara dan di bawah celananya. Yang satu mengatakan dia telah meminta foto eksplisit. “Dia akan mengekspos dirinya sendiri setiap saat, dan dia akan menyentuh dirinya sendiri setiap saat,” kata seorang terapis.

Majalah WORLD juga mewawancarai seorang mantan manajer tempat spa tersebut yang bekerja pada 2009 hingga 2012, Anna Adesanya.

Ia mengatakan bahwa Zacharias datang secara teratur, minimal sebulan sekali. Saat seorang terapis mendatanginya mengeluh karena Zacharias meminta “lebih dari sekadar pijat,” Adesanya sempat membawa masalah tersebut ke mitra Zacharias, Anurag Sharma, dan meminta mereka untuk berbicara pada Zacharias.

“Dia tidak mengakuinya — dia menjadi defensif,” kata Adesanya. Dia berkata, ‘Siapa gadis ini, apa yang dia coba lakukan padaku?'” Zacharias lalu menunjukkan foto rontgen punggung kronisnya dari cedera yang telah sering dikatakannya di depan umum, untuk menjelaskan kebutuhannya akan terapi. Setelah pertemuan, terapis yang mengeluh tersebut dipecat oleh Sharma. Adesanya mengatakan bahwa tidak ada terapis lain yang mengeluh hal serupa.

Ia juga menceritakan bahwa Zacharias hanya pergi ke terapis tertentu dan sering membawa terapis pijatnya sendiri, seorang wanita India, dan mereka akan menempati salah satu ruangan untuk sesi terapi. Adesanya mengatakan mereka akan berada di ruangan itu selama berjam-jam, padahal sesi terapi biasanya satu setengah jam, paling lama dua jam.

“Sayangnya, pembaruan penyelidikan sementara menunjukkan bahwa penilaian perilaku Ravi ini benar,” kata RZIM pada bulan Desember 2020 menyusul laporan dari Christianity Today. “Pelanggaran ini sangat mengganggu dan sama sekali tidak konsisten dengan orang yang dihadirkan Ravi Zacharias baik di depan umum maupun secara pribadi kepada begitu banyak orang selama lebih dari empat dekade pelayanan publik.”

Pada laporan yang dirilis pada Kamis, 11 Februari 2021 kemarin, juga mencakup wawancara terhadap lebih dari selusin terapis yang merawat Zacharias selama bertahun-tahun.

Seorang terapis pijat mengatakan penginjil itu sering mencoba “lebih dari sekadar pijatan,” sementara empat terapis pijat mengatakan Zacharias melakukan masturbasi atau meminta mereka untuk menyentuh alat kelaminnya selama pemijatan. Lima mengatakan dia “menyentuh area pribadi.” Terapis pijat lain melaporkan tindakan yang dapat disebut sebagai pemerkosaan.

“Hanya satu dari saksi yang kami wawancarai mengatakan bahwa Tuan Zacharias melakukan hubungan seksual,” kata laporan itu. “Untuk melindungi identitasnya, laporan ini tidak mengungkapkan banyak detail yang dia bagikan kepada kami.”

Hal itu bermula dari Zacharias berbicara dengannya mengenai iman dan keuangannya dan menjadikan dirinya sebagai figur ayah.

Namun kemudian ia menuntut seks dan memperingatkannya untuk tidak menentangnya atau bertanggung jawab atas jutaan jiwa yang keselamatannya akan hilang jika reputasinya rusak.

Laporan juga mengatakan bahwa ditemukan juga lebih dari 200 foto eksplisit banyak perempuan muda yang dimiliki oleh Zacharias dalam pernagkat elektroniknya. Terungkap pula Zacharias berkirim pesan secara romantis kepada seorang wanita di Korea Selatan dan terapis pijat di Thailand yang disebutnya sebagai “angel.

Dalam pernyataannya pada hari Kamis, RZIM mengatakan bahwa pihaknya sekarang mempercayai saksi yang berbicara tentang perilaku Zacharias.

“Pasti sangat menyakitkan bagi para korban pelecehan dan kesalahan Ravi untuk menceritakan kisah mereka dan menghidupkan kembali pengalaman buruk mereka saat mereka berpartisipasi dalam penyelidikan ini,” kata RZIM. “Kepada Anda kami ucapkan secara langsung: Kata-kata tidak dapat mendekati untuk mengungkapkan kesedihan yang kami rasakan atas apa yang telah Anda lalui atau rasa syukur yang kami rasakan atas keberanian yang telah Anda tanggapi. Kami sangat berterima kasih kepada Anda, dan kami sangat menyesal.”

RZIM juga mengambil langkah untuk membantu para korban.

Mereka melibatkan advokat Rachael Denhollander untuk membantu mereka dalam memahami trauma, pelecehan dan apa yang harus dilakukan.

“Mengingat temuan penyelidikan dan evaluasi yang sedang berlangsung, kami mencari kehendak Tuhan tentang masa depan pelayanan ini,” bunyi pernyataan itu. “Kami belajar banyak selama ini dan berharap memiliki kesempatan untuk menerapkan pelajaran ini di masa mendatang.Kami tetap bersemangat melihat Injil dikhotbahkan melalui pertanyaan budaya. Kami akan menghabiskan waktu terfokus untuk berdoa dan berpuasa saat kami memahami bagaimana Tuhan memimpin, dan kami akan membicarakannya dalam waktu dekat. ”

“Jika mereka ingin menghindari mengikuti contoh RZIM, pelayanan dan gereja Kristen harus mengevaluasi secara ketat bagaimana sistem dan budaya mereka dapat mencegah mereka mengalami krisis ini secara pribadi,” tulisnya. “Semoga Tuhan memberi kami kejelasan dan keberanian yang kami butuhkan untuk menjadi pendukung setia bagi para penyintas pelecehan – dan untuk mencegah pelecehan seperti itu terjadi di masa depan.”

Peristiwa ini mengajarkan kita untuk tidak mengidolakan manusia, siapapun mereka dengan citra apapun mereka. Karena apa yang kita lihat belum tentu merupakan kebenarannya. Hendaklah Kristus satu-satunya yang menjadi pusat kehidupan kita, karena tidak ada yang sempurna selain Kristus Yesus.

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com