Dalam masa pandemi ini, para orangtua mungkin khawatir akan masa depan anak-anaknya. Tidak ada kejelasan kapan pandemi akan berakhir. Masa depan seperti apa yang akan dihadapi anak-anak? Apakah dunia akan lebih ramah terhadap mereka dibandingkan masa sekarang? Apakah dunia dapat menerima mereka?

Sebenarnya, penentunya bukanlah keadaan dunia ini, melainkan apakah anak-anak cukup dapat tetap kuat dan tangguh menghadapi dunia yang tidak jelas. Justru, masa pandemi seharusnya dapat menjadi kesempatan untuk membangun anak-anak menjadi orang yang tangguh. Bagaimana caranya?

Berhenti mengeluh

Anak-anak yang pesimis terhadap masa depan biasanya lahir dari orangtua yang juga pesimis terhadap masa depan, karena anak-anak adalah cerminan orangtua, mereka melihat dan menirukan lingkungan mereka.

Sepanjang hari, mereka mendengar orangtuanya mengeluh tentang beratnya ekonomi, cemas tentang masa depan, khawatir dengan pandemi, takut terkena COVID-19, komplain kepada pemerintah dan lain sebagainya. Anak-anak akan menyerap hal-hal tersebut dan mencontohnya.

Jika menginginkan anak-anak yang tangguh, jadilah orangtua tangguh terlebih dahulu. Ubah cara pandang terhadap dunia dengan segala isinya, syukuri segala yang ada.

Bangun kedekatan emosional

Kedekatan emosional dengan anak-anak akan memberikan rasa aman. Mereka tahu bahwa ada orang-orang yang mendukung mereka saat mereka merasa kesulitan. Rasa aman yang dimiliki anak, entah secara fisik maupun mental dan emosional, sangat penting bagi perkembangan anak, serta kesuksesan mereka di masa yang akan datang.

Ajari mereka menghadapi masalah, jangan ambil masalah mereka. Mereka tidak dapat berkembang dengan cara seperti itu. Terkadang orang tua harus tega untuk membentuk pribadi anak menjadi lebih kuat. Ajari jika mereka salah, bukan memarahi mereka.

Tuntun mereka agar mereka mengerti, bukan mengambil alih masalah mereka.

Bangun Spiritualitas

Menjadi orangtua yang dapat diandalkan dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak memang luar biasa, tetapi orangtua memiliki keterbatasan. Ada hal-hal yang tidak bisa kita berikan, ada pertanyaan yang tidak bisa kita jawab, bahkan kita tidak akan bersama mereka selamanya.

Untuk itu, anak-anak perlu diperkenalkan kepada yang berkuasa, yang sanggup melakukan segala perkara dan yang tidak pernah meninggalkan mereka, yaitu Tuhan yang mengasihi mereka, jauh lebih dari kita mengasihi mereka.

Maya Angelou, seorang pejuang hak masyarakat Amerika berkata, “Aku percaya ada Tuhan karena nenek mengatakannya. Tapi ketika aku tahu bukan hanya ada Tuhan, teteapi bahwa aku adalah anakNya, ketika aku memahami hal itu, mengerti hal itu, menginternalisasi hal itu, maka aku menjadi seorang pemberani.”

 

Sumber : Esther Idayanti