“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin  merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” (2 Korintus 4:16-17).

“Kenapa aku?”

Jika kita belum pernah mengajukan pertanyaan ini, mungkin suatu saat kita akan mempertanyakannya. Ketika kehidupan berubah menjadi begitu sulit, kebanyakan orang pada akhirnya akan bertanya, “Kenapa aku?”

Tetapi seharusnya bukan pertanyaan ini yang kita tanyakan di hari-hari yang sulit. Sebaliknya, cobalah bertanya, “Ya Tuhan, apa tujuan Engkau atas semua hal ini?”

“Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api – sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (1 Petrus 1:6-7).

Tidak ada yang datang ke dalam kehidupan kita secara kebetulan.

Tuhan tidak pernah menciptakan rancangan yang jahat. Melainkan, Dia dapat mendatangkan kebaikan dari segala hal, bahkan dari yang jahat sekalipun. Ujian kehidupan menyingkapkan karakter kita, nilai-nilai yang kita percayai, dan iman kita.

Rasul Paulus mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani Tuhan, akan tetapi dalam banyak hal, hidupnya lebih malang dari apa yang bisa kita bayangkan. Dia pernah dilempari batu, kapal yang ditumpanginya karam, dipukuli, dipenjara, dicambuk, dan dirampok. Tetapi ia tidak pernah merasa kepahitan. Bukan bertanya, “Kenapa aku? Tetapi Paulus percaya pada rancangan Tuhan atas dirinya. Dia belajar untuk percaya kepada Tuhan dalam menghadapi masalah-masalahnya, bahkan ketika ia tidak mengerti sekalipun.

Ketika Yesus mati di kayu Salib, para pengikut-Nya mengira itu sebuah tragedi yang tak masuk akal, suatu kesalahan besar. Tetapi apa yang tidak bisa mereka lihat ialah Allah tetap duduk di atas tahta-Nya, melakukan tujuan yang lebih besar. Setelah kebangkitan Yesus, Ia menampakkan diri kepada para murid-Nya dan berkata, “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” (Yohanes 20:21).

Beberapa saat sebelumnya, para murid bertanya-tanya mengapa mereka harus mengalami penderitaan itu. Namun kemudian datanglah Yesus, memberi tahu mereka bahwa Allah memberikan mereka satu tugas baru yang merupakan bagian dari tujuan besar-Nya.”

Sobat percaya, tujuan Tuhan atas hidup kita selalu lebih besar dari pada masalah kita. Percayalah pada-Nya.

Tuhan Yesus memberkati.

 

Sumber : percayasaja.com | JFS