Kematian George Floyd di jalanan Minneapolis, Amerika Serikat (25/05) menggemparkan seluruh dunia. Sebuah video klip mengenai seorang pemuda berkulit gelap tengah memohon, meminta belas kasihan kepada seorang aparat kepolisian, Derek Chauvin, selama sekitar 9 menit kemudian melemas dan meninggal. Kematiannya membawa kemarahan publik dan klaim mengenai hak asasi George sebagai seorang berkulit hitam yang mati di tangan, atau lebih tepatnya pada kaki seorang polisi berkulit putih.

Seluruh media dan netizen kemudian dengan cepat mengangkat isu rasisme di tengah hiruk pikuk dan kemarahan mereka. Namun, apakah benar hal ini isu yang sesungguhnya? Ataukah kasus ini hanyalah sebuah panggung untuk memberi makan ideologi kita? Sebelum itu, mari kita berfokus pada apa yang kita benar-benar ketahui. Kita tahu bahwa George adalah seorang manusia. Ia adalah manusia yang diciptakan segambar dengan Sang Khalik. Kita tidak tahu apa motivasi Derek, namun kita tahu apa yang dilakukannya bukan kebenaran dan keadilan. Kita tahu bahwa hal itu salah di mata Allah.

Kisah Para Rasul 17:26 menyatakan bahwa kemanusiaan hadir dari satu manusia saja. Kita, pada awalnya, tidak terbagi menjadi etnisitas, bahasa maupun bangsa tertentu, seperti yang telah diklasifikasikan oleh kebudayaan dan histori manusia selama ini.

Karena semua etnis dapat ditelusuri kembali kepada satu manusia (Adam), kita sebenarnya tidak berbeda satu sama lain – seperti yang didikte oleh budaya kita untuk kita percayai selama ini. Yang mencerai berai kita ialah dosa. Ketika seseorang marah dan membunuh secara tidak adil – seperti Kain dalam pembunuhan pertama sejarah manusia – itu dimotivasi oleh dosa (Kejadian 4:1–16). Ketika seorang petugas polisi menggunakan kekuatan yang tidak perlu untuk meringkuk dan membunuh seorang pria tidak bersenjata di jalanan Minneapolis – itu dimotivasi oleh dosa.

Seorang aktivis berkata, “Kekerasan hanya membuat situasi semakin buruk. Kekerasan hanya akan merangsang tanggapan yang sama kerasnya.” Segelintir orang-orang yang marah hari ini, mungkin bahkan cukup satu orang yang marah, bisa mendatangkan kehancuran di belahan dunia yang lain. Oleh karena itu, mari, Bapak, Ibu dan saudara, kita bersatu untuk tidak memberi makan budaya kita dan tidak angkat bicara tentang rasisme dan dosa orang lain.

Mari kita beriringan berjalan dalam jalan kasih, yang ditunjukkan Allah kepada kita untuk mengasihi orang-orang yang bersalah kepada kita.

Baiklah kita memaafkan George, Derek, orang dengan siapa kita berjumpa setiap hari dan bahkan kepada orang yang kita jumpai sekali saja seumur hidup kita. Kiranya Tuhan menjagai Saudara dimana pun Saudara berada. Tuhan Yesus memberkati.

 

Sumber : percayasaja.com | MW