Kasus corona di Korea Selatan terus meningkat sejak 12 Agustus lalu. Sampai hari ini, kasus corona di Korea Selatan telah mencapai 17.000 orang. Padahal Korea Selatan termasuk negara yang berhasil menangani COVID-19 di gelombang pertama. Pihak berwenang kemudian memperketat social distancing dan memerintahkan kantor-kantor dan sekolah-sekolah untuk beroperasi secara online.

Pihak berwenang Korea Selatan juga menelusuri asal-asal kasus COVID-19 yang bermunculan di negara tersebut. Mereka mengemukakan bahwa sebagian besar kasus berasal dari salah satu gereja terbesar di Korea Selatan, yaitu gereja Sarang Jeil di Seoul. Sebelumnya, sebuah gereja lain, yaitu gereja Shincheonji, telah menjadi klaster terbesar di gelombang pertama COVID-19 yang melanda negeri ginseng tersebut.

“Dari 4.000 pengunjung gereja Sarang Jeil, sebanyak 3.400 di antaranya menjalani karantina dan 2.000 telah dites,” ujar Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang Lip. Kim juga mengkritik gereja dan menyatakan bahwa daftar keanggotaan gereja tidak akurat sehingga sulit untuk menelusuri semua anggota gereja.

Masyarakat juga marah terhadap gereja dan membuat petisi online yang telah ditanda tangani lebih dari 200.000 orang untuk menahan pemimpin utama gereja tersebut, yaitu Pendeta Jun Kwang Hoon. Sebelumnya, pemimpin Gereja Shincheonji, Lee Man Hee, telah ditangkap pada awal bulan ini dengan tuduhan menyembunyikan informasi tentang anggota gereja.

Diketahui, pemimpin gereja ini memperoleh kontrovensi karena secara vokal mengkritik Presiden Moon Jae In. Bahkan ia juga dilaporkan beberapa kali mengikuti demonstrasi anti-pemerintah di Seoul dan melanggar aturan isolasi mandiri. Ia juga mengajak anggota gereja untuk mengikuti demonstrasi dan mengatakan bahwa “meninggal karena penyakit adalah patriotik” dan menambahkan bahwa “Mereka yang menderita penyakit akan disembuhkan jika mereka menghadiri demonstrasi.”

Selain itu, Pendeta Jun didakwa awal tahun ini dengan tuduhan pencemaran nama baik. Ia menyebut Presiden Moon adalah mata-mata untuk Korea Utara.

Meskipun klaster terbesar di Korea Selatan terjadi beberapa kali dari gereja, namun tidak menjadi alasan untuk kita takut dengan gereja. Karena itu, pentingnya setiap kita menaati protokol kesehatan yang telah diterapkan pemerintah untuk tetap aman, serta menjaga kebersihan diri dan kesehatan. Bagaimanapun, persekutuan dengan orang percaya tidak boleh kita tinggalkan.

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com