#Gilangbungkus sekarang sedang ramai di berbagai media di Indonesia, baik di media sosial, maupun di portal-portal berita. Kasus ini bermula dari akun media sosial Twitter bernama @m_fikris yang menceritakan kejadian dirinya menjadi korban pelecehan seksual berbau fetish seseorang dengan kedok penelitian untuk kelulusan skripsi salah satu perguruan tinggi ternama di Surabaya.

Sebelum korban-korban yang lain bermunculan, banyak orang kebingungan apakah itu merupakan bentuk pelecehan seksual. Mereka tidak mengerti karena tidak ada sentuhan fisik yang dialami pemilik akun @m_fikris tersebut.

Pernahkah kita mendengar kata fetish?

Banyak orang belum pernah mendengar kata fetish dan mereka tidak mengerti arti kata tersebut. Akibatnya, mereka tidak menganggap kejadian yang dialami pemilin akun @m_fikris tersebut merupakan pelecehan seksual.

Dalam bahasa Inggris, fetish berarti pemujaan atau berhala. Namun, dalam arti yang lain, fetish merupakan sebuah bentuk keinginan seksual yang mana ia merasa puas terhadap objek tidak hidup.

Seseorang yang memiliki gangguan fetish dapat memiliki gairah terhadap benda mati atau bisa juga berupa bagian tubuh seseorang, misalnya terhadap pakaian, sepatu, rambut, kaki atau tangan. Ia akan dipuaskan gairah seksualnya ketika memakai pakaian seseorang, atau memegang bagian tubuh seseorang.

Gangguan ini lebih banyak menyerang kaum pria daripada kaum wanita. Orang-orang yang memiliki gangguan ini biasanya akan mengumpulkan hal-hal yang menjadi fetishnya.

Menurut dr. Alvina, seperti yang dilansir oleh detikcom, seseorang dengan fetishsm akan berfantasi seksual atau melakukan perilaku seksual, misalnya masturbasi dengan menggunakan benda tidak hidup sebagai objek untuk menimbulkan rangsangan seksual.

Fetishism sendiri belum tentu gangguan sepanjang tidak menimbulkan distres dan tidak menimbulkan gangguan fungsi. Untuk memenuhi kriteria gangguan jiwa, seseorang dengan fetishism harus mengalami distres yang bermakna dan gangguan fungsi seperti merasa terganggu atau menderita dengan kondisinya. Saat menjadi gangguan, diagnosisnya menjadi gangguan fetihistik,” lanjut dr Alvina.

Pakar seks, dr. Boyke Dian Nugraha, menjelaskan ada kemungkinan trauma masa kecil yang menjadi latar belakang seseorang memiliki gangguan fetish.

“Semua kasus-kasus paraphilia selalu berasal dari trauma pada masa anak-anak, dilecehkan, dapat KDRT, dapat perundungan, dihina-hina, dibanding-bandingkan,” jelas dr. Boyke. “Semua akibatnya akan muncul dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan seksual paraphilia ketika dia dewasa,” lanjutnya.

Tuhan tidak pernah salah dalam menciptakan anak-anakNya. Penyimpangan seksual yang dialami seseorang, baik itu fetishm, necrophilia, LGBT dan lainnya, bukan karena ada gen atau hormon dari lahir yang menjadi penyebab. Namun luka masa lalu, trauma yang dialami, itulah yang menjadi penyebabnya.

Kita tidak dapat memilih kejadian-kejadian yang kita alami, namun kita bisa memilih respon yang kita berikan ketika kita mengalami sesuatu. Kita dapat berdamai dengan masa lalu kita atau kita tetap dengan luka-luka kita. Setiap masalah yang kita alami, tentu ada rencana Tuhan di baliknya.

Tuhan sanggup memulihkan apapun keadaan kita. Mari datang kepadaNya dan minta Ia memulihkan keadaan kita. Sobat Percaya, kami rindu menjadi sahabat Anda. Kami rindu mengajak Anda bergabung dalam komunitas kami. Kami membuka layanan konseling dan doa. Hubungi kami.

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com