Pernahkah kita mengecek media sosial berkali-kali meskipun semua berita terbaru telah kita baca? Atau pernahkah kita tidak tahan jika tidak melakukan menulis atau memposting sesuatu dalam sehari? Hati-hati, mungkin kita mengalami FOMO.

Apa itu FOMO?

FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yang mana merupakan sebuah ketakutan atau khawatir berlebihan akan tertinggal informasi yang sedang berjalan. Di era serba digital seperti sekarang, akses informasi sangat mudah didapat oleh masyarakat, sehingga muncul ketakutan berlebihan jika ketinggalan informasi. Kekhawatiran berlebihan seperti ini tentu akan membawa dampak negatif.

Salah satu ciri FOMO dapat dilihat dari kebiasaan seseorang dalam menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan layar smartphone atau komputer dan cemas jika tidak memegangnya walau hanya sebentar.

Kesehatan mental terganggu

Kita tentu pernah merasa cemas dan takut, dan kita tentu merasa lelah karenanya. Tidak ada orang yang ingin hidup dalam kecemasan dan kekhawatiran. Tentu orang menginginkan kedamaian. Rasa takut akan membuat seseorang cepat merasa lelah, kurang konsentrasi dan insomnia atau sulit untuk tidur sesuai kebutuhan.

Hubungan sosial terganggu

Tidak bisa dipungkiri, internet membuat seseorang dapat berinteraksi dengan siapa saja. Namun, kemudahan ini juga membuat batasan hubungan seseorang menjadi tidak ada. Orang dapat berkomentar apa saja dan kepada siapa saja, bahkan dengan kata-kata yang tidak pantas dan di luar norma-norma yang seharusnya. Banyak orang menjadi depresi karena komentar jahat di media sosial.

Tidak hanya dalam hubungan dunia maya, dalam dunia nyata pun, batasan mulai runtuh. Ingatkah fenomena kata “baper”? Orang dengan mudah meledek orang lain. Ketika orang tersebut sakit hati, dengan mudahnya orang mengatakan “baper.”

Orang dapat merundung orang lain hanya karena ia tidak up to date. Atau bahkan orang mengenal kata-kata kasar yang tak pantas dari internet dan mengucapkannya kepada orang lain sehingga membuat orang lain menjadi sakit hati.

Gangguan Finansial

Kemudahan informasi juga menjadi salah satu penyebab perilaku konsumtif. Bagi sindrom FOMO yang selalu khawatir tertinggal informasi, tentu tidak ingin tertinggal juga untuk mengikuti trend, baik dalam hal berpakaian, lifestyle dan lain sebagainya. Akibatnya, banyak orang yang terkena FOMO (Fear of Missing Out) mengalami kendala finansial karena sering membeli barang yang tidak bersifat urgent, tetapi hanya karena gengsi tidak ingin ketinggalan tren.

Misalnya ketika di masa pandemi, orang menjadi lebih giat berolahraga, terutama sepeda. Melihat orang ramai-ramai membeli sepeda, orang yang terkena sindrom FOMO kemudian menjadi ikut membeli sepeda baru, meskipun mungkin sebenarnya ia telah memiliki sepeda.

Lain hal dengan FOMO, ada juga istilah JOMO (Joy of Missing Out).

JOMO berkembang di masyarakat setelah munculnya kesadaran masyarakat akan dampak negatif FOMO yang kian hari semakin merugikan. Langkah-langkah penerapan JOMO adalah sebagai berikut :

  1. Uninstall aplikasi media sosial yang tidak terlalu penting dan bukan merupakan sarana komunikasi
  2. Perbanyak kegiatan yang dapat mengembangkan diri, seperti membaca buku, melakukan hobi, belajar hal baru dan lain sebagainya
  3. Sediakan waktu untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan, seperti berdoa dan membaca Alkitab di tempat masing-masing

Salah satu yang membuat orang memiliki sindrom FOMO adalah rasa kesepian dan kurangnya rasa berharga. Namun, media sosial bukanlah tempat untuk bisa memuaskan kita. Justru media sosial dapat menjadi sumber rasa kesepian dan rasa berharga kita. Tuhanlah yang menjadi tempat jawaban sumber pemuasan kita.

 

Sumber : percayasaja.com | Ren