Seperti kita tahu, Tuhan sangat mencintai bangsa Israel dan memilihnya menjadi umatNya. Nama Israel bahkan tidak berubah dan masih ada sampai sekarang sejak zaman Perjanjian Lama. Tuhan juga tidak mengijinkan bangsa Israel menikah dengan orang-orang di luar Israel.
Namun, apakah itu berarti Tuhan adalah Tuhan yang rasis?
Sebelum kita berbicara lebih lanjut, kita perlu mengetahui latar belakang bangsa Israel lebih dulu.
Bangsa Israel adalah penggenapan janji Tuhan atas Abraham
Tuhan memanggil Abraham keluar dari negerinya ke tempat yang ditunjuk Tuhan. Itulah saat pertama kali Tuhan menyatakan janjiNya kepada Abraham. Perjanjian tersebut dapat dibaca pada Kejadian 12:1-3. Walaupun tidak mengerti, Abraham percaya akan tuntunan Tuhan dan keluar dari Ur Kasdim, sesuai Firman yang diberikan Tuhan. Tuhan bahkan mengulang perjanjianNya kepada Abraham untuk meneguhkannya hingga tiga kali, yaitu pada Kejadian 15, Kejadian 17 dan Kejadian 18. Perjanjian Tuhan dengan Abraham dinyatakan juga kepada Yakub dalam Kejadian 35 : 11 – 12.
Mengapa Tuhan memberikan janjiNya kepada Abraham dan bukan orang lain? Karena belum tentu orang memiliki respon hati seperti Abraham yang mau taat dan percaya kepada Tuhan, meninggalkan keluarganya yang lain, meninggalkan zona nyamannya. Tuhan melihat kedalaman hati Abraham dan Ia memilih Abraham.
Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan memperkenalkan kemahakuasaanNya kepada bangsa Israel.
Bangsa Mesir dijatuhi sepuluh tulah untuk menunjukkan kebesaran dan kemahakuasaanNya. Tidak hanya menunjukkan kepada bangsa Mesir, tetapi Tuhan juga menunjukkanNya kepada bangsa Israel, agar bangsa Israel percaya kepadaNya. Meskipun demikian, bangsa Israel tetap sulit mempercayai Tuhan dan berkali-kali mencobai Tuhan dalam perjalanan menuju tanah Kanaan, tanah Perjanjian. Tetapi setiap kali Tuhan hendak memusnahkan bangsa Israel, Tuhan mengurungkannya karena Ia mengingat janjiNya kepada Abraham.
Tuhan melarang bangsa Israel menikah dengan bangsa asing agar bangsa Israel tidak menyembah dewa lain.
Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.
Bilangan 25:1-2
Ayat di atas menceritakan bagaimana bangsa Israel mengambil istri dari bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Perempuan-perempuan itu membawa bangsa Israel kepada dewa-dewa mereka dan berpaling dari Tuhan.
Tuhan tahu yang terbaik, Ia tahu apa yang akan terjadi kepada bangsa Israel jika mereka mengambil istri dari bangsa lain atau memberikan anak-anaknya perempuan kepada bangsa asing. Tuhan adalah Tuhan yang pencemburu, Ia tidak ingin bangsa Israel berbalik daripadaNya.
Jadi, dari sini kita mengetahui bahwa Tuhan mengasihi bangsa Israel karena memiliki janji atas Abraham dan Ia adalah Tuhan yang pencemburu sehingga Ia tidak ingin bangsa Israel berbalik dariNya. Saat bangsa Israel meninggalkan Tuhan pun, Tuhan mengutus nabi-nabiNya untuk memberi peringatan agar mereka berbalik dari tingkah laku mereka yang jahat. Hingga terakhir, Tuhan mengirimkan AnakNya yang Tunggal untuk menunjukkan jalan kebenaran dan keselamatan.
Tetapi, Tuhan tidak hanya memberikan keselamatan hanya untuk bangsa Israel saja
Tuhan mengasihi semua umat manusia, tidak memandang ras atau warna kulit seseorang. Hal itu dibuktikan dalam Kisah Para Rasul 10:1-33.
Pada saat itu, injil hanya diberitakan kepada orang-orang Yahudi saja dan merupakan sebuah larangan bagi bangsa Yahudi untuk bergaul dengan bangsa bukan Yahudi. Kornelius, seorang perwira bukan Yahudi adalah orang yang rindu mengenal Tuhan. Kemudian Tuhan menjawab Kornelius dengan membawanya kepada Petrus agar Petrus dapat menuntunnya mengenal Tuhan.
Sebelum bertemu dengan Kornelius, Petrus mendapat penglihatan yang dapat dibaca dalam Kisah Para Rasul 10 : 11-16. Setelah penglihatan itu, Petrus menerima Kornelius dan menuntunnya dalam kebenaran, sehingga ia dan keluarganya menerima kebenaran dan diselamatkan.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah Tuhan yang rasis. Tuhan mengasihi semua umat manusia tanpa terkecuali, termasuk saya dan saudara, bukan hanya bangsa Israel saja. Selama kita mau mengenal Tuhan sungguh-sungguh, melakukan kebenarannya, kita akan memperoleh keselamatan.
Sumber : percayasaja.com | Ren