Karena tidak semua orang yang sibuk pasti produktif

Pernahkah Anda mendengar seseorang yang sangat aktif berkomplain ria atas kesibukannya dalam sehari? Apakah itu kawan sekerja Anda, teman kelompok dalam sebuah tugas, ataukah Anda sendiri? Seringkali, kita tenggelam dalam aktivitas sehari-hari dan menjadi sibuk, tetapi tidak produktif. Menurut KBBI, produktif bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar) dan mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan sebagainya).

Membedakan produktif dan sibuk

Banyak sekali artikel atau posting-an mengenai perbedaan orang produktif dan orang yang sekadar sibuk tanpa menghasilkan apa pun. Sekarang, mari kita telaah topik ini melalui perspektif Alkitabiah dengan membaca nas dalam kitab Mazmur 119:26 dan Markus 4:25 sebagai pembukaan. Pada Markus dinyatakan bahwa, orang yang memiliki kelimpahan akan diberi, tetapi orang yang tidak memiliki, apa pun juga yang ada padanya akan dirampas. Nas ini terdengar kejam dan tidak masuk akal bagi sebagian dari kita. Agar dapat mengerti lebih lanjut, kita perlu mengetahui terlebih dahulu perbedaan kedua tipe orang tersebut. Karakteristik orang sibuk dapat disimpulkan dalam beberapa poin:

Komitmen

Orang sibuk berkomitmen dengan terlalu banyak orang atau perkara, namun tidak menghasilkan apa-apa. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak menyelesaikan setiap komitmen dengan baik, sebab fokus mereka terbagi ke semua arah, sehingga tidak satu pun pekerjaannya dapat terselesaikan. Pada ekstrem lain, mereka bisa saja tidak punya komitmen sama sekali tentang suatu hal, dan oleh karena itu, mengerjakan apa pun sesuai keinginan dan kehendaknya sembari merugikan orang lain.

Tujuan

Orang sibuk ialah orang yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Orang sibuk notabene mengiyakan segala sesuatu, baik dari hal terkecil hingga terbesar. Mereka sepertinya produktif, dalam satu hari melakukan ini dan itu, tetapi tidak ada hal berarti yang mereka capai. Di dalam lingkungan gereja misalnya, beberapa pemimpin dalam Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) yang hanya berfokus memenuhi kebutuhan emosi dan jiwa anak-anaknya tanpa memberikan makanan rohani yang tepat. Kebutuhan emosi dan jiwa memang krusial, tetapi sebagai seorang pemimpin yang benar, sebaiknya kita tidak melupakan tujuan KTB itu sendiri, yakni pertumbuhan dari setiap mereka

Ketidakmampuan untuk menolong orang lain

Orang sibuk sering menolak dan tidak bisa ketika dimintai tolong oleh orang lain. Karena tidak bisa berfokus dan terlalu banyak mengambil perkara, barulah ia cenderung menolak untuk membantu orang lain. Poin ini terkadang sulit untuk dibedakan antara orang produktif atau orang sibuk. Sebab bahwasanya, orang produktif pun dapat menolak permintaan seseorang apabila diluar kapasitas pengerjaannya. Lalu bagaimana cara membedakan kedua jenis orang ini?

Kita perlu memiliki “pemurnian motivasi,” yang berarti menginstrospeksi setiap motivasi dari pengambilan keputusan untuk menolak atau menerima sebuah komitmen. Komitmen disini mencakup komitmen di dunia sekuler maupun di dalam gereja sendiri. Apakah Anda menerima tawaran kerja untuk menghasilkan uang atau mengerjakan ladang? Apakah Anda menerima tawaran full time untuk lari dari kenyataan kerja atau mengerjakan ladang?

Orang produktif menerima dan menolak tawaran sesuai dengan tujuan dan panggilan Allah, tetapi orang sibuk menerima dan menolak tawaran sesuai dengan kata hati mereka sendiri.

Buah (Hasil yang ditunjukkan)

Ada tiga jenis buah yang dihasilkan oleh orang yang sungguh-sungguh bertobat di hadapan Allah, yakni buah pertobatan, buah pelayanan, dan buah jiwa-jiwa. Ketika seseorang condong pada satu buah dan mengabaikan yang lain, maka ada indikasi bahwa ia sedang tidak bertumbuh dengan benar.

Produktif benar dan produktif salah

Selain membedakan antara orang produktif dan orang sibuk, kita juga perlu berhati-hati dengan produktivitas yang salah. Produktivitas yang salah juga berakar pada motivasi yang salah, sama halnya dengan orang yang sibuk. Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa tugas kita dibumi ialah untuk memperlebar kerajaan Allah dan bukan kerajaan diri sendiri. Seseorang dapat menjadi sangat produktif untuk mengejar kekayaan. Ketika ia telah berhasil mendapatkan harta sebesar-besarnya, 10 M misalnya, sebagai warisan kepada keturunannya. Yang terjadi sesungguhnya ialah perseteruan dan kebencian, propaganda dan maksiat untuk mendapatkan harta tersebut.

Produktivitas yang salah juga berakar pada motivasi yang salah, sama halnya dengan orang yang sibuk.

Perkara kerajaan Allah tidak kasat mata, tetapi pekerjaan-Nya nyata dalam kehidupan kita secara pribadi. Seumpama biji sesawi yang berukuran seperti sebutir debu, iman yang demikian sudah cukup bagi Roh Kudus untuk bekerja didalam kita. Ia mengalir, merasuk, dan membentuk karakter kita, mengerjakan segala sesuatu yang baik dan membawa kita pada kekekalan. Orang yang produktif didalam Allah akan berbuah seratus kali lipat, layaknya biji sesawi yang tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya (Markus 4:20;30).

“Lebih baik 1 warisan rohani yang baik daripada 1000 warisan materi di dunia.”