“Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” (Yakobus 1:14).
Saya sangat suka memancing, bahkan saya juga suka ketika melihat orang lain sedang memancing. Bagian yang saya suka dari memancing adalah dimana saya harus sabar menunggu, terus memperhatikan, hingga rasa bahagia ketika mendapatkan ikan. Dari memancing saya juga tahu bahwa ikan tidak akan memakan kail dengan umpan yang kosong. Kita tidak bisa begitu saja melempar kail ke air dan berharap akan mendapatkan ikan. Kita harus memasang umpan di kail, dan nelayan yang baik tahu bahwa jenis ikan yang berbeda menyukai umpan yang berbeda pula.
Sama seperti nelayan yang tahu cara memancing berbagai jenis ikan, Iblis tahu persis cara memikat kita.
Dia tahu rasa yang kita sukai dan apa yang menarik perhatian kita. Dia tahu persis di mana titik lemah kita, kebutuhan emosional kita yang belum terpenuhi, hati kita yang kosong, dan hasrat terdalam kita. Itulah mengapa kita harus memikirkan tentang apa yang sedang kita pikirkan. Kailnya adalah dosa, tetapi umpannya adalah kebohongan yang Iblis ingin kita percayai, yaitu kebohongan yang mana Iblis tahu kita mudah termakan olehnya: “Jika kau melakukan ini, kau akan merasa lebih baik. Jika kau melakukan ini, itu akan membuatmu merasa berguna. Jika kau melakukan ini, semuanya akan baik-baik saja.”
Meski kita tahu bahwa ada kail di balik umpan tersebut, kita masih tetap bisa menggigitnya sedikit demi sedikit. Mengapa? Karena kita akan memakan kebohongan apa pun yang Iblis berikan kepada kita. Jika kita merasa bisa terus mengunyah tanpa harus tertangkap, maka kita hanya membodohi diri sendiri.
Gagasan bahwa kita tidak akan terluka merupakan salah satu kebohongan Iblis.
Salah satu kebohongan yang paling lazim adalah bahwa, setiap kali kita tergoda, sesuatu di luar diri kita telah menggoda kita. Namun masalah yang sebenarnya bukanlah godaan eksternal. Godaan dimulai dengan keinginan batiniah kita, titik-titik rentan yang Iblis gunakan sebagai umpan. Keinginan itu mengarahkan kita kepada tindakan-tindakan dosa, dan tindakan itu mengarahkan kita kepada kematian.
Apa yang kita pikirkan menentukan perasaan kita, dan apa yang kita rasakan menentukan bagaimana kita bertindak.
Jangan biasakan menyalahkan keadaan kita. Saat kita tergoda, kita mungkin menganggap bahwa kita tak kuasa menahan godaan itu. Namun ketahuilah, kita bisa menolaknya! Semua itu dimulai dengan mengubah cara pikir kita. Ketika kita tergoda, berhentilah sejenak dan ajukan pertanyaan ini pada diri kita sendiri, “Kebohongan apa yang sedang saya percayai?” Kemudian, gantilah kebohongan itu dengan kebenaran Tuhan. Kebenaran-Nya akan selalu mengarahkan kita pada kehidupan yang sejati.
Stop memberi alasan untuk alarm yang bersuara di hati nurani kita.
Tuhan Yesus memberkati.
Sumber : percayasaja.com | JFS