Penginjil Morris Cerullo meninggal di usia 88 tahun pada hari Sabtu, tepat setelah keluarganya mengatakan bahwa ia dirawat karena penyakit pneumonia di sebuah rumah sakit di California. Morris Cerullo meninggalkan istrinya, Theresa, anak-anaknya, David Cerullo dan Susan Peterson dengan 7 orang cucu serta 9 orang cicit.

Pada hari Jumat, keluarganya menuliskan di media sosial Facebook kabar ia dirawat di rumah sakit.

“Kami mengapresiasi doa untuk Dr. Cerullo yang saat ini dirawat di rumah sakit karena Pneumonia,” tulis postingan tersebut. “Tolong berdoa juga untuk Theresa yang telah bekerja sepanjang waktu untuk membantu perawatannya. Ia juga membutuhkan bantuan doa kalian agar ia dikuatkan saat ini. Terimakasih untuk perhatian dan doanya untuk Morris dan Theresa!”

Pada bulan Desember tahun 2016, Cerullo mengatakan kepada Christian Post dalam sebuah wawancara bahwa ia telah menghadapi masalah kesehatan yang serius, namun telah pulih setelah terbaring di tempat tidur selama sekitar delapan bulan pada tahun itu.

Ia mengatakan bahwa Tuhanlah yang menyembuhkannya.

Ia diketahui menderita vasculitis, di mana pembuluh darah meradang tanpa sebab yang diketahui dan membuatnya tidak bisa bergerak. Ia mengatakan bahwa itu merupakan mukjizat terbesar yang pernah ia rasakan.

“Saya telah melihat ribuan orang yang sembuh secara ajain, tetapi tidak seperti ini. Saya menyerah pada dokter. Saya lumpuh. Mereka membawa saya di kursi roda selama mungkin sekitar tujuh atau delapan bulan tahun ini,” kata Cerullo saat itu.

Cerullo lahir pada 2 Oktober 1931 di Passaic New Jersey. Ia kemudian menjadi yatim piatu pada usia 2 tahun. Bersama keempat saudaranya, ia dibesarkan di sebuah panti asuhan Yahudi di Clifton, New Jersey.

Pada usia 15 tahun, ia keluar dari panti asuhan karena ia bertobat menjadi seorang Kristen. Ia menyerahkan hidupnya pada Kristus di usia 14 tahun. Di usia 21 tahun, ia menggembalakan sebuah komunitas berisi 15 anggota. Ia melayani juga sebagai petugas kebersihan, petugas pemeliharaan dan penata taman.

Setelah delapan tahun melayani, ia pergi ke Yunani sebagai perjalanan misi luar negeri pertamanya. Itulah awal pelayanan internasionalnya. Mungkin ia melakukan lebih banyak misi di luar negeri daripada di Amerika Serikat, tempat ia tinggal.

Pada usia akhir 20 tahun, ia mulai pergi ke negara-negara berkembang di dunia. Ia telah melayani jutaan orang di 93 negara, di lebih dari 400 kota, di 7 benua, termasuk Indonesia. Melalui pelayanannya, ribuan orang telah mengalami kuasa Allah dan menyerahkan hidup mereka kepada Kristus.

Sumber : berbagai sumber | percayasaja.com