Kematian Ratu Elizabeth II masih menjadi topik pembahasan yang menarik. Banyak orang berbicara tentang betapa berkharismanya wanita penguasa monarki terlama kedua di dunia ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa Ratu Elizabeth II adalah salah satu pemimpin yang luar biasa dan sangat disegani. Ia telah menjadi seorang ratu, ibu, sekaligus nenek bagi Britania Raya.

Ada banyak pelajaran-pelajaran kepemimpinan yang bisa kita dapatkan dari beliau.

Never complain, never explain

Selama masa pemerintahan Ratu Elizabeth II, ada banyak gosip yang ditujukan pada keluarga kerajaan, tetapi ini adalah salah satu ajaran dari sang Ratu, “jangan komplain, tidak perlu menjelaskan.” Tentunya hal ini bukan berbicara urusan politik karena keluarga kerajaan tidak terlibat politik. Ini tentang bagaimana menanggapi gosip.

Ketika cucu menantunya, Meghan Markle, menuduh bahwa keluarga kerajaan rasis, Ratu tidak bereaksi dengan membuat konferensi pers atau memberikan pernyataan balasan, atau bahkan menuntut atas dasar pencemaran nama baik. Ratu hanya diam, bahkan masih mengundang cucu menantu untuk mengunjunginya.

Kalau Ratu membalas semua pernyataan cucu menantunya, maka waktunya akan habis untuk hal itu dan ia tidak akan produktif. Balas membalas pernyataan belum tentu menyelesaikan tudingan, malah mungkin akan memperpanjang masalah. Lama-lama, gosip akan berhenti dengan sendirinya jika tidak diberi perhatian. Perilaku Ratu yang konsisten menjadi jawaban terbaik dari setiap gosip.

Tujuannya untuk melayani

Pada saat ia naik takhta, ia membacakan pernyataan komitmennya, “Saya deklarasikan di hadapan Anda semua, bahwa seluruh hidup saya, entah panjang atau pendek, akan didedikasikan untuk melayani Anda dan melayani kerajaan di mana kita semua menjadi bagiannya.” Sepanjang pemerintahannya, Ratu Elizabeth II sangat fokus. Ia memahami tujuan hidupnya, yaitu melayani negara dan rakyatnya. Hal inilah yang membantunya bertahan selama 70 tahun memerintah di tengah pergantian zaman, krisis politik, bahkan masalah-masalah dalam keluarganya. Jika raja atau ratu lain mungkin akan berhenti di usia senja dan memberikan takhta kepada penerus selanjutnya, ia telah memilih untuk mendedikasikan seluruh hidupnya, sampai waktunya ia dipanggil Tuhan untuk melayani. Karena itulah, ia tetap bertahan menjadi penguasa monarki hingga 70 tahun lamanya.

Mendengarkan dan berubah

Salah satu alasan yang membuat Ratu Elizabeth II bertahan juga tak lepas dari orang-orang di sekitarnya. Ia bersedia mendengarkan nasihat orang lain, bahkan yang berlawanan dari sudut pandangnya. Ia tak segan mengubah pikirannya.

Saat kematian Princess Diana yang dicintai oleh rakyat Inggris saat itu, ia mengikuti nasihat untuk keluar menemui rakyat. Ia juga pernah menolak nasihat perdana menteri pertamanya, Winston Churchil untuk tetap tradisional dengan tidak menyiarkan kenaikan tahtanya.

Salah satu kalimat dari Ratu Elizabeth II yang terkenal adalah

“Jangan menanggap diri terlalu serius, tidak ada seorang pun yang punya monopoli terhadap kebijaksanaan.”

 

Sumber : Esther Idayanti