Jascha Heifetz adalah seorang pemain biola terkenal di era perang dunia II. Menariknya, ia memilih untuk fokus mengajar di Universitas California (UCLA), bahkan ia menjadi seorang professor di sana.
“Bermain biola adalah seni yang dapat hilang. Harus diwariskan…” jawab Heifetz ketika ditanya mengapa ia memilih meninggalkan dunia gemerlap untukĀ fokus mengajar. “Saya ingat dosen biola saya di Rusia. Ia berkata kalau saya berusaha cukup keras, suatu saat saya akan cukup baik untuk mengajar.”
Banyak orang tentu memilih menjadi seorang selebriti yang terkenal dibandingkan menjadi seorang pengajar, guru ataupun dosen. Penghasilan seorang guru tidak seberapa dibandingkan profesi lainnya, tidak terkenal juga dan menyusahkan diri untuk melayani murid. Menjadi guru bukan hanya sekadar profesi, melainkan panggilan kepada seseorang.
Pekerjaan merupakan sebuah cara untuk mencapai tujuan
Kita membutuhkan uang, karena itu kita bekerja. Karir memberikan keuntungan keuangan, karir meningkat maka keuangan meningkat. Ada kemajuan dan pertumbuhan. Sementara panggilan merupakan sesuatu yang kita lakukan karena kita merasa hal itu bermakna dan bernilai. Panggilan berbeda dengan profesi dan pekerjaan, tetapi profesi kita bisa mendukung apa yang menjadi panggilan kita.
Setiap kita tidak ada di bumi ini hanya untuk memenuhi bumi, melainkan ada sebuah rencana dan tujuan Tuhan.
Tuhan memanggil kita untuk memenuhi tujuan dan kerinduanNya. Ada rencana besar yang Tuhan tetapkan bagi setiap kita, bukan hanya sekadar memenuhi siklus kehidupan – lahir, bertumbuh dewasa, bekerja, menikah, memiliki keturunan – tetapi ada tujuan yang lebih daripada itu, yaitu memenuhi tujuan dan kerinduan Tuhan.
Tidak banyak orang yang bersedia untuk masuk dalam panggilan dan kerinduan Tuhan. Di dalam sebuah panggilan, ada sebuah pengorbanan.
Misalnya seorang guru di Nusa Tenggara Timur yang berjalan kaki berjam-jam untuk mengajar. Ataupun Pater Aven di Flores yang merawat orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Ia tanpa segan melayani, memandikan, merawat orang-orang yang dikucilkan dari masyarakat.
Untuk masuk dalam panggilan Tuhan, kita harus bersedia untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya. Ketika kita menyerahkan segalanya kepada Tuhan, Ia akan menuntun kita pada panggilanNya yang sempurna. Kita akan dituntun pada jalan-jalan Tuhan yang tidak terbatas, yang lebih dari yang manusia dapat pikirkan.
Masuk dalam panggilan akan memberikan damai sejahtera dan sukacita yang besarnya tidak bisa dibandingkan dengan penghasilan yang kita terima setelah melakukan pekerjaan kita. Ada perkenanan dan penyertaan Tuhan di saat kita mau untuk masuk dalam panggilan Tuhan. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya menderita, ada upah yang Tuhan sediakan bagi orang-orang yang mau dengan setia mengerjakan kerinduanNya.
Tuhan tidak menciptakan kita hanya untuk memenuhi bumi, melainkan ada sebuah rencana besar yang Tuhan sudah tetapkan bagi setiap kita.
Sumber : Christ Mercy Center | Esther Idayanti | Ren