Vincent Foster adalah seorang pengacara yang kemudian ditunjuk menjadi penasihat Gedung Putih pada awal tahun 1993, saat Bill Clinton menjabat sebagai presiden. Kiprahnya begitu luar biasa hingga ia ditunjuk menjadi Ketua FBI, sebuah posisi yang sangat penting dan prestisius. Sayangnya, enam bulan setelah ia menjabat, pada puncak karirnya, ia melakukan bunuh diri dengan menembakkan pistol dalam mulutnya.

Presiden Clinton berusaha menghibur seluruh staff yang merasa kehilangan dan berkata, “Tidak tepat untuk mendefinisikan kehidupan Vincent Foster hanya dengan caranya berakhir.” Di satu sisi, pendapat Presiden Clinton tersebut ada benarnya, bahwa hidup ini dinilai secara keseluruhan. Namun di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa seumur hidup orang akan mengingat bagaimana Vincent Foster mengakhiri hidupnya dengan tragis.

Tidak peduli bagaimana kita memulai hidup kita, karir pekerjaan ataupun pernikahan, tetapi orang akan melihat bagaimana akhir kisah-kisah tersebut. Awal yang baik memang mengesankan, tetapi bagaimana hal itu berakhir akan memberi dampak, baik dampak positif maupun negatif.

Seperti perlombaan, tidak peduli seberapa baik kita memulai pertandingan kita, atau kemenangan kita di tengah pertandingan, tetapi hanya orang pertama yang mencapai garis akhir yang menjadi juara dan mendapat piala.

Dr. J. Robert Clinton adalah professor di Intercultural Studies of Fuller Theological Seminary di Pasadena, California. Dalam bukunya berjudul The Making of A Leader: Recognizing the Lessons and Stages of Leadership Development, ia melakukan penelitian terhadap 1.500 pemimpin. Ia menemukan bahwa bahwa hanya 1 dari 3 pemimpin yang mampu menyelesaikan hidupnya dengan baik. Data statistik ini tidak hanya terjadi di Amerika, tetapi juga di seluruh belahan dunia. Di Indonesia sendiri, berapa banyak tokoh reformasi yang melawan korupsi tahun 1998, justru ternyata saat ini mereka terlibat korupsi dan masuk penjara?

Menurut Dr. J. Robert Clinton, pemimpin yang berakhir dengan baik memiliki ciri di antaranya:

  1. Membangun hubungan yang sungguh dengan Tuhan hingga akhir.
  2. Hidup dalam kebenaran
  3. Menjalani hidup dengan pemahaman bahwa ia mempunyai tujuan.

 

Sumber: Esther Idayanti